"Kami sudah mendengar. Sebelumnya dalam satu pertemuan dia juga telah mengatakan hal itu! Tapi siapa yang percaya! Seperti katamu tadi kehidupan para Dewi kini jauh dari suci! Entah siapa yang menghamili, Bintang yang difitnah! Keterlaluan!" Yang bicara adalah Bayu.
"Pemuda konyol bermulut seenaknya! Jika kalian tidak percaya silahkan datang ke Puri Kebahagiaan! Kalian saksikan sendiri apa yang terjadi dengan Bunda Dewi. Dia terbaring menderita malu besar dan sengsara berat!"
"Jika Bunda Dewi memang hamil tanpa adanya keributan, berarti dia sendiri ikut senang melakukan perbuatan itu! Mengapa kini persoalannya dibesar- besarkan? Bukankah kau menambah malu kaummu sendiri?" "Jika terbukti Bunda Dewi berlaku seperti itu dia pasti mendapat hukuman. Tapi sahabatmu Bintang tidak akan lolos dari tangan kami!"
Sambil pegang bahu Maithatarun. Si Arya memandang pada Dewi Awan Putih dan berkata. "Dewi Awan Putih, kau memang wajib menyelidiki persoalan ini sampai tuntas. Me
“Kaki bukit batu... Pohon-pohon tumbang... Sunyi. Di mana ini... Bagaimana aku bisa berada di tempat ini?” Bintang kembali memandang berkeliling. Dia coba mengingat-ingat. Seperti diceritakan dalam episode terdahulu, “Ruhrembulan”, sebelum dinikahkan oleh Ramahila, si nenek juru nikah itu telah memberi minuman yang disebut Embun Murni kepada Bintang. Akibat meneguk minuman aneh itu Bintang menjadi seperti hilang kesadarannya dan mau melakukan apa yang dikatakan si nenek. Bahkan dia tidak sadar kalau telah melakukan upacara pernikahan dengan Jin Santet Laknat yang berubah ke ujud aslinya, berupa seorang dara cantik jelita bernama Ruhrembulan.“Edan!” Bintang tepuk keningnya sendiri. “Otakku tak bisa bekerja! Jangan-jangan otakku sudah tak ada lagi dalam batok kepala!” Bintang jitak-jitak keningnya sendiri hingga mengeluarkan suara tuk... tuk... tuk. Pendekar ini lalu menyeringai sendiri. “Ah...! Dari bunyinya jelas otakku m
Seperti dituturkan dalam episode “Badai Fitnah Di Negeri Jin”, demi menolong Ksatria Pengembara, Jin Santet Laknat mengikat Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab dengan ular jejadian yang sebenarnya adalah tali yang terbuat dari akar gantung pohon besar. Ilmu hitam si nenek ternyata berhasil membuat Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab tidak berdaya. Jin Santet Laknat kemudian melarikan Bintang, membawanya ke sebuah gubuk di satu bukit di mana dia memberikan pengobatan pada sang pendekar hingga sembuh. Begitu juga Pawungu. Ketika dia muncul dan hendak menolong Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab, Bayu dan Arya bersama Betina Bercula yang juga muncul tak terduga di tempat itu segera bertindak. Kakek satu ini berhasil mereka lumpuhkan dengan jalan menotok. Setelah itu baik Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab maupun Pawungu dipermainkan habis-habisan oleh ketiga orang itu. Pawungu dikencingi mulutnya oleh Arya sedang Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab pakaiannya sebelah bawah perut disusupi berbagai binatang
“Na... na... na! Ni... ni... ni! Terima kasih! Begitulah sifat manusia. Ketika membutuhkan, mengemis bahkan menjilat pantat orangpun mau! Hik... hik! Tapi kalau sudah terlepas dari kesulitan, uhhh... Sombongnya minta ampun. Hik... hik... hik!” Sambil melangkah ke arah pohon besar di depannya Si Jin Sinting palsu terus nyerocos. “Orang bijak berkata bahwa orang tua-tua itu menjadi pegangan hati dan perasaannya, menjadi cermin otak dan jalan pikirannya, menjadi panutan sikap dan tindakannya. Tapi kalian berdua semakin tua semakin lupa diri. Tidak heran kalau berkat dan perlindungan para Dewa tidak sampai atas diri kalian! Musibah berkepanjangan. Tidak heran makhluk yang namanya Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab kini tidak punya kemampuan lagi untuk jadi tempat bertanya dan tempat mencari jawab! Na... na... na! Ni... ni... ni! Hik... hik!”Wajah Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab menjadi merah padam mendengar kata-kata Si Jin Sinting palsu itu. Bintang sendiri sem
Menyusul berkelebat satu bayangan hitam, membuat gerakan Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab tertahan. Sosoknya sesaat seperti mengapung di udara lalu terdorong ke samping.Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab terkejut besar. Terlebih ketika dia melihat yang barusan memapaki serangan mautnya terhadap Ksatria Pengembara adalah si jubah hitam muka tengkorak tubuh jerangkong.“Makhluk salah ujud! Tempatmu seharusnya di neraka! Jadi kalau kau sesat datang kemari jangan berani mencampuri urusan orang!” Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab membentak marah. “Setahuku bukankah kau adalah guru Jin Santet Laknat. Kita memang tidak berada di satu pihak. Tapi adalah aneh kau membela pemuda asing yang menjadi musuh muridmu itu! Malah bukankah kau yang selama ini memberi perintah pada Jin Santet Laknat untuk menghabisi pemuda asing ini bersama teman-temannya?! Jangan memaksa diriku untuk ikut menghabisi dirimu saat ini juga!”Makhluk muka tengkorak yang dipanggil dengan s
“Sudah lama aku mendengar kehebatan pukulan sakti Bumi Langit Menghimpit Roh! Ternyata hanya ilmu kosong tak ada apa-apanya! Pawungu, apa kau masih punya daya menghadapiku barang dua tiga jurus lagi?!”Rahang Pawungu sampai menggembung dan keluarkan suara bergemeretak saking marahnya mendengar ejekan orang. Kakek ini jadi kalap.“Makhluk sesat keparat! Aku mengadu nyawa denganmu! Tempatmu di pusaran neraka! Aku akan kembalikan kau ke sana!”Wuuuttt!Tubuh Pawungu berkelebat. Sosoknya berubah menjadi bayang-bayang ungu. Dibarengi suara menggemuruh bayang-bayang ungu itu kemudian menebar menjadi lima, melabrak ke arah Sang Junjungan. Inilah serangan yang disebut Badai Lima Penjuru. Sosok Sang Junjungan seolah dihantam badai yang datang dari lima penjuru, semuanya melabrak dari arah depan!Makhluk muka tengkorak keluarkan teriakan keras. Lalu melompat setinggi dua tombak. Sambil menghindari serangan Badai Lima Penjuru orang ini
Kakek berjubah putih yang otaknya di atas kepala itu tersentak kaget Dia cepat menarik pulang tangannya ketika menyadari apa dan siapa yang melayang di hadapannya itu. Namun terlambat! Angin pukulan Membuhul Urat Mengikat Otot telah lebih dulu menerpa sosok yang melayang di depan Bintang. Begitu terkena sosok ini langsung kaku dan, buukkk! Jatuh bergedebuk keras di tanah!“Pawungu!” teriak Jin Sejuta Tanya Sejuta Jawab lalu dengan cepat dia jatuhkan diri menubruk sosok Pawungu yang tergelimpang di tanah dalam keadaan kaku. Mulutnya terbuka tapi suaranya yang keluar hanya suara megap-megap.Sang Junjungan tertawa mengekeh sambil rangkapkan tangan di depan dada. Dialah tadi yang telah melemparkan sosok Pawungu untuk dipakai sebagai tameng melindungi Ksatria Pengembara. Sebelumnya antara Pawungu dan Sang Junjungan kembali terjadi pertempuran hebat. Ternyata Pawungu tidak mampu menghadapi lawannya. Delapan jurus di muka dalam keadaan terdesak hebat, Sang Junjun
“Aku tidak pernah...”“Bicaraku belum habis!” menukas Sang Junjungan. “Jin Santet Laknat adalah muridku. Lebih dari itu dia telah kuanggap sebagai anak! Kalau kau kawin dengan dia bukankah berarti kau adalah menantuku? Yang juga bisa kuanggap sebagai anak pula?!”“Celaka... celaka!” keluh Bintang berulang-ulang. Air mukanya tampak pucat. Ketika makhluk muka tengkorak melangkah mendekatinya, mau tak mau Bintang bertindak mundur.“Anak muda, lekas kau berlutut di hadapanku. Aku mertuamu! Kau harus menaruh hormat dan patuh pada diriku! Ha... ha... ha!”Rasa takut membuat saat itu Bintang jadi kepingin kencing. Makhluk di hadapannya itu memiliki kesaktian luar biasa. Jika dia menolak berlutut makhluk itu pasti akan marah besar. Tapi jika dia mematuhi berlutut buntutnya bisa jadi panjang. “Sialan betul! Aku tidak tahu makhluk ini apa lelaki apa perempuan. Atau banci! Aku harus mencari akal...&rd
“Hai Guru, aku gembira kau telah menyirap apa yang terjadi di luaran sana. Hingga aku tidak perlu menutur berpanjang lebar. Mengenai perihal penyakitku, aku berhasil menemukan seorang pemuda asing dan dua kawannya. Konon mereka datang dari negeri manusia. Pemuda inilah yang telah memberitahu obat yang harus kumakan agar penyakit kentutku lenyap. Belasan tahun aku kentut terus-terusan tanpa bisa ditahan. Gara-gara ubi yang menjadi makanan satu-satunya selama aku berada di goa ini...”Di langit-langit goa kembali ada kelihatan bintik yang memancarkan sinar terang tadi. Lalu menyusul suara menggema dari makhluk yang dipanggil guru oleh si nenek. “Jadi penyakit kentutmu benar-benar telah lenyap Hai muridku?”“Lenyap habis seluruhnya memang tidak. Masih ada tertinggal sedikit. Tapi justru aku sengaja tak mau menghilangkannya. Karena terdengarnya indah bagus. Begitu kata pemuda yang menolongku itu...”Gema tawa sang guru yang dipang