Maithatarun menggoyangkan kepalanya ke arah kuda tunggangannya. “Kudaku yang setia itu. Dia yang mencarikan makanan untukku di hutan sekitar sini”
“Kuda aneh. Kakinya saja enam...” kata Bayu sambil goleng-goleng kepala.
“Selama enam bulan kau tidak berhasil meloloskan diri. Bagaimana mungkin kau akan membalas dendam?” tanya Bintang.
Maithatarun menghela nafas dalam. “Jika ini memang pekerjaan si dukun laknat Jin Santet, berarti aku terpaksa menunggu sampai dia menemui ajal. Begitu mati ilmunya akan leleh dan aku akan terbebas. Tapi berapa lama baru dia akan mampus? Orang di sini rata-rata hidup sampai sampai ratusan tahun. Jin Santet kurasa baru berusia sembilan puluh tahun!”
Bintang, Bayu dan Arya jadi saling pandang mendengar ucapan Maithatarun itu.
“Tapi setiap hari aku selalu berdoa memohon pertolongan para Dewa dan para Dewi. Aku tidak putus asa. Disamping itu diam-diam aku berusaha meningk
Blegaaar...!Satu letupan keras berkumandang begitu kedua tangan Bintang menghantam rantai besi. Tanah di antara dua kaki Maithatarun terbongkar. Rantai besi mengeluarkan suara berdentrangan dan terangkat ke tanah lalu jatuh kembali ke tanah. Bintang sendiri terhuyung mundur empat langkah lalu jatuh duduk di tanah. Kilatan petir yang tadi ada dikedua tangannya lenyap. Di depan sana rantai besi tidak berubah walau tadi sempat terbungkus kilatan petir seolah dilamun api.Maithatarun menunduk lalu angkat rantai besi dengan tangan kirinya. “Hai! sobatku Bintang. Paling sedikit kau harus menghantam lima kali dengan ilmu kesaktianmu tadi. Baru rantai ini bisa putus!”Bintang tak berkata apa-apa. Dia bangkit berdiri dan melangkah mendekati Bayu. “Mungkin dengan ilmu gaib yang mendekam di dadamu kau bisa menolong Maithatarun,” katanya.Tapi Bayu gelengkan kepala. “Aku mau mencoba. Kalau gagal kemana kubuang rasa maluku! Kita berhadap
“Makhluk luar biasa...” desis Maithatarun. Dia ingat pada Bintang dan dua temannya. Dengan cepat Maithatarun membungkuk mengambil ketiganya. “Kalian bertiga, terutama kau Hai! Bintang telah menolongku! Aku sangat berterima kasih! Mulai hari ini, aku mengangkat sumpah bahwa kalian bertiga adalah saudara satu darahku!”“Terima kasih kau mau berbaik hati mengangkat kami jadi saudara-saudaramu!” kata Bintang. “Mudah-mudahan saja kau tidak malu punya tiga saudara kutu cebol begini!”Maithatarun buka mulutnya lebar-lebar hendak tertawa bergelak mendengar ucapan Bintang itu. Tapi Bintang cepat berteriak. “Jangan tertawa! Kami bertiga bisa mental ke udara! Jatuh ke tanah!”Maithatarun segera tekap mulutnya dengan tangan kiri lalu berkata. “Sahabat Bintang, sebelumnya aku telah berulang kali mengejek dan menghinamu dan dua kawanmu. Ternyata kau seorang sakti berkepandaian tinggi. Ilmu memelihara dan memang
Di dalam kocek jerami kering, Bintang dan dua kawannya mendengar jelas bentakan-bentakan itu. Dengan susah payah mereka menggeser penutup kocek lalu mengintai.“Celaka, naga-naganya akan terjadi perkelahian hebat!” kata Bayu. “Kalau sampai tendangan atau senjata lawan mengenai kocek ini, kita bisa medel semua!”“Kalau begitu biar aku keluar saja dan merosot lewat kaki celana Maithatarun!” kata Arya.“Mati hidup kita tetap dalam kocek ini! Berada di luar mungkin lebih besar bahayanya!” kata Bintang lalu menarik daun telinga lebar Arya.-o0o-Lelaki di sebelah depan yang mengenakan destar tinggi warna hitam terbuat dari sejenis kulit kayu meludah ke tanah. “Dasar manusia bodoh! Setelah membunuh keponakanku kau masih bisa berkata tidak mencari lantai terjungkat! Menuduh kami memfitnah!”“Hai! Pasalut, Lamanda, Ruhrinjani istri yang kucintai! Perihnya
Di hadapan Maithatarun ular hijau bergerak secara aneh. Binatang ini tidak melata di tanah melainkan, tegak lurus di atas ekornya yang laksana besi dipancang. Didahului desisan keras dan semburan racun berwarna hijau, sosok Pasalut yang telah jadi ular itu melesat ke depan. Kepala mematuk ke arah leher sedang bagian tubuh berusaha menggelung sementara ujung ekor tetap tegak di tanah dan mampu bergerak cepat kian kemari.Bintang, Arya dan Bayu yang berada dalam kocek jerami dan menyaksikan apa yang terjadi menjadi sangat ketakutan. Kalau sampai hantaman ular jejadian itu mengenai kocek maka tamatlah riwayat mereka bertiga!Sambil menyingkir hindari serangan Maithatarun berseru.“Hai! Lamanda Pasalut! Aku Maithatarun yang muda bersedia menyudahi perkelahian ini. Asalkan kau mau menghentikan serangan!”Tapi Pasalut yang telah jadi ular hijau besar itu tidak perduli ucapan orang. Patukannya menyambar ganas. Untung Maithatarun masih bisa meng
“Lalu bagaimana dengan kita?” tanya Bayu.“Jangan terlalu mengharap. Kita sendiri akan berada dalam bahaya berkepanjangan. Mungkin kita harus menunggu sampai Maithatarun menghabisi Zalanbur. Kalau dia menang! Kita tetap harus mencari jalan kembali ke dunia kita! Tanah Jawa! Sekarang hari sudah gelap. Malam akan segera tiba. Aku tidak dapat membayangkan ngerinya malam di negeri aneh ini! Tapi kalau siang datang, aku minta Maithatarun mengantarkan kita ke kawasan berumput itu. Kita harus dapatkan Cincin bermata hijau itu kembali!” sandarkan badannya ke dinding kocek. “Sialnya nasib kita ini...”Tiba-tiba saja mereka merasakan seperti melayang di udara. Lalu ada suara menggemuruh.“Apa yang terjadi?!” seru Arya sambil berusaha menahan kencingnya.Bayu coba mengintai. Sesaat kemudian dia memberi tahu. “Maithatarun berada di atas kuda kaki enamnya!”“Berarti kita tengah menuju Kota Jin!&r
“Patole.... Patole,” kata Maithatarun sambil geleng-geleng kepala. “Apa kau dan lima kerabat sudah pada buta? Dengan siapa saat ini kalian berhadapan?!”Patole menjawab. “Yang kami lihat memang sosok kasar Maithatarun, bekas Kepala Kota Jin. Tapi kami tidak tahu apakah ini benar jazad hidupnya atau rohnya yang gentayangan dari alam kematian!”Kembali telinga Maithatarun menjadi panas. Malah dadanya kini mulai terasa seolah dibakar. “Hai! enam kerabat, tidak tahu aku siapa yang buta dan pandir di antara kita. Aku tidak ingin bicara berlama-lama dengan kalian. Beri aku jalan! Aku akan segera menuju Kota Jin!”“Maithatarun!, harap kau mau bersadar diri. Keadaan sekarang berubah sudah. Dulu kau Kepala Kota Jin yang kami hormati. Tapi sekarang tidak. Saat ini kami adalah para wakil kepercayaan Zalanbur, Kepala Kota Jin yang baru! Kami diperintahkan untuk mencegatmu. Kau tidak boleh memasuki Jin!”&ldq
Di sebelah kiri kuda kaki enam meringkik keras sewaktu salah seekor kadal raksasa menancapkan gigi-giginya di tengkuk. Kuda ini berlaku cerdik. Dia jatuhkan diri, berguling di tanah sambil menyorongkan kepalanya. Tanduknya yang tajam berkeluk menancap di perut kadal coklat yang tadi menyerangnya!Niat baik Maithatarun ternyata tidak mendapat sambutan Patole. Malah dia melompati Maithatarun dan memiting lehernya dari belakang. Dari depan dua kawannya menyerbu dengan parang terhunus!“Bacok! Lekas kalian bacok dia!” teriak Patole.Maithatarun kertakkah rahang. Kesabaran dan rasa kasihannya hilang. Dengan bola batu kaki kirinya dia menginjak kaki kiri Patole hingga berderak hancur. Selagi Patole menjerit kesakitan dan lepaskan pitingan-nya, Maithatarun tarik sosok orang ini lalu dilemparkan ke depan. Tepat pada saat dua parang besi datang membacok.Patole menjerit keras lalu roboh ke tanah mandi darah. Dua orang kawannya yang barusan secara tak s
Mendengar kata-kata Si Bayu, mau tak mau Arya memandang ke arah yang ditunjuk. Anak perempuan yang ditunjuk Bayu ternyata adalah seorang anak kecil yang tubuhnya penuh koreng dan ingusnya mengambang turun naik di atas bibirnya!Arya mengomel panjang pendek sedang Bayu dan Bintang tertawa gelak-gelak.Penutup kocek tiba-tiba jatuh ke bawah. Tiga orang jatuh terhempas jatuh. Bintang cepat berdiri dan berusaha mendorong penutup kocek ke atas. Dia tahu sesuatu yang hebat bakal terjadi.“Duelcarok! Duelcarok!” Kembali orang banyak di seputar tanah lapang berteriak-teriak sambil mengacung-acungkan tangan atau benda apa saja yang mereka pegang.Di ujung tanah lapang besar di hadapan Maithatarun, di atas sebuah kursi batu duduklah seorang pemuda berwajah kebiru-biruan. Di kepalanya ada sebuah destar terbuat dari kulit kayu berwarna merah dan berukir-ukir gambar kepala harimau bersilang tombak. Destar itu adalah destar kebesaran milik Kepala Kota Jin.
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig