“Monochrome Dimension!”
Terdengar suara Bintang menggema ditempat itu, dan ; Weeesshhh..!
Cahaya keperakan tanpa warna langsung menyemburat keatas membentuk satu pilar sepanjang bilah pedang yang tadi terbungkus oleh cahaya keperakan tersebut, dua pilar itu terbentuk dari dua pedang pusaka yang ada ditangan Jaya Sampoerna dan Aria Amante, hebatnya lagi pilar-pilar itu hanya terbentuk sebesar bilah Pedang Merah dan Pedang Biru, rupanya Bintang sudah mampu untuk mengendalikan besarnya Monochrome Dimension yang terbuat dari segel dewa tanahnya.
Cahaya tanpa warna itu terus terbentuk hingga tinggi menjulang, seperti pilar langit, dan ;
BLLEEGGARRRR..! BLLEEGGARRRR..!
Dua ledakan dahsyat terjadi dari pusaka Pedang Merah dan Pedang Biru, dan ledakan dahsyat itu langsung membuncah naik keatas, mengikuti alur pilar yang terbentuk tinggi menjulang.
Api merah dari pusaka Pe
Keesokan harinya, semuanya kembali berkumpul di aula tempat kediaman Mahaguru Jayalaksana. Semua mahaguru beserta rombongannya telah duduk ditempat yang telah dipersiapkan, sementara itu ditengah-tengah mereka tampak duduk bersimpuh sosok jelita Aria Amante dengan wajah tertunduk.“Aria Amante.” terdengar suara Mahaguru Jayalaksana membahana ditempat itu. Aria Amante terlihat mengangkat wajahnya menatap kearah depan, dimana didepannya memang terlihat sosok Mahaguru Jayalaksana.“Saya mahaguru.”“Setelah melihat pertarunganmu kemarin.. Aku telah mengambil keputusan. Pusaka Pedang Merah ini memang pantas untuk kau warisi.” ucap Mahaguru Jayalaksana seraya mengangkat pusaka Pedang Merah yang ada dihadapannya, salah satu murid Mahaguru Jayalaksana terlihat bangkit berdiri mendekati Mahaguru Jayalaksana yang segera menyerahkan pusaka Pedang Merah ditangannya kepada muridnya itu, sang murid lalu menerimany
Sementara itu wajah Jaya Sampoerna terlihat berubah mendengar penolakan dari Aria Amante. Apalagi saat melihat tatapan Aria Amante kepada Bintang. Mahaguru Jayalaksana sendiri masih tetap diam ditempatnya.“Baiklah.. Jika memang begitu kenyataannya.” ucap Mahaguru Jayalaksana akhirnya. Bagi Mahaguru Jayalaksana hal itu tidak menjadi masalah, yang penting pusaka Pedang Merah masih tetap berada ditangannya, dan itu berarti untuk mewujudkan keinginannya mendapatkan Pedang Alam Semesta akan segera terlaksana. Mahaguru Jayalaksana kemudian terlihat memandang kearah Bintang yang terlihat masih sibuk meringis kesakitan, karena Roro dan Ajeng yang terus mencubitinya.“Tuan Bintang.” terdengar suara menggema Mahaguru Jayalaksana. Roro dan Ajeng yang sibuk mencubit Bintang menghentikan tindakan mereka dan kini mereka memandang kearah Mahaguru Jayalaksana.“Ada satu hal yang sangat membuatku penasaran, jika hal ini tak diwuju
Huupp...!Berfikir seperti itu, Bintang bersalto tinggi keudara untuk menghindari serangan Mahaguru Jayalaksana, dan seperti dugaan Bintang, Mahaguru Jayalaksana kembali memburunya keatas. Diudara... Bintang memperlihatkan kelasnya sebagai pendekar pilih tanding, jurus kelana pemabuk dipergunakan diudara, hasilnya serangan-serangan Mahaguru Jayalaksana meleset sedikit saja dari sasaran. Masih berada diudara, keduanya terus bertarung dengan sengit. Kedua-duanya seperti mampu menjejak udara sehingga pertarungan terlihat lebih sengit dan seru.Dari pertarungan diudara, sampai kembali lagi ketanah, sejauh ini Bintang hanya terlihat mampu menghindar, sementara Mahaguru Jayalaksana terus melancarkan serangan maut dan gencarnya.Pertarungan yang memakan waktu lama itu membuat Bintang sedikit heran, karena sedikitpun tidak terlihat tanda-tanda Mahaguru Jayalaksana terkuras tenaganya, padahal sudah menyerangnya sedemikian lama. “Apakah ini berarti kela
“Jurus buta tidak akan mempan terhadapku tuan Bintang!” ucap Mahaguru Jayalaksana hingga kembali membuat wajah Bintang berubah. Benar saja, jurus Langkah Sembilan Buta yang biasanya mampu mendeteksi pergerakan lawan, kini tidak bisa meraba gerakan yang dibuat oleh Mahaguru Jayalaksana, sosok keberadaan Mahaguru Jayalaksana seperti menghilang dari hadapannya.“Hadapi dengan jurus menghindarmu dan digabung dengan ilmu mengosongkan dirimu Bintang.” sebuah suara terngiang ditelinga Bintang yang Bintang yakini merupakan suara eyang Mandalaksana.Serrrr..Kembali sosok Mahaguru Jayalaksana melesat dengan sangat cepat kearah Bintang, kedua jari telunjuk Mahaguru Jayalaksana masih mengeluarkan cahaya hijau terang. Kali ini Bintang sudah siap kembali menyambutnya dengan jurus kelana pemabuknya.Maka pertarungan sengitpun kembali terjadi diantara keduanya. Mahaguru Jayalaksana sedikit heran melihat Bintang tetap me
Hal ini pula kemudian yang membuat Mahaguru Jayalaksana menghentikan serangannya dan menatap Bintang dengan lekat-lekat. Sementara Bintang masih berdiri dengan tenang ditempatnya. Mahaguru Jayalaksana kemudian tiba-tiba saja duduk mengambil sikap semadi. Kedua jari telunjuk Mahaguru Jayalaksana yang masih mengeluarkan cahaya hijau terang, terlihat tiba-tiba saja diletakkan oleh Mahaguru Jayalaksana keatas tanah yang ada disebelah kiri dan kanannya.Bintang masih tetap berdiri tenang ditempatnya, memperhatikan apa yang dilakukan oleh Mahaguru Jayalaksana.“Hati-hati Bintang, Jayalaksana akan mengeluarkan jurus Jari Malaikat menggetarkan buminya... serangannya akan datang dari bawah tanah.” kembali terngiang suara eyang Mandalaksana memberikan petunjuknya kepada Bintang.Mendengar petunjuk itu, Bintangpun segera mempertajam pendengarannya, tapi sesaat kening Bintang terlihat berubah, karena Bintang sedikitpun tak mendengar apapun pergerakan da
Duer!!Guntur menggelegar keras dikaki langit, cuaca saat itu terang, tidak ada tanda-tanda akan terjadi mendung apalagi hujan.Duer.. Duer... Duer...!!Kembali guntur yang diiringi kilat menerangi langit, menggelegar dengan keras. Sungguh mengerikan keadaan cuaca saat itu.Clleettarrrr... Clleettarrrr...!Tiba-tiba saja kilat menyambar jari telunjuk Mahaguru Jayalaksana yang mengacung keatas.Zzgggghhh...!Jari telunjuk Mahaguru Jayalaksana kini sudah mengeluarkan kilatan-kilatan cahaya petir yang dahsyat, begitu dahsyatnya sampai-sampai tempat dimana Bintang berdiri langsung bergetar. Bintang pernah melihat jurus ini dikerahkan oleh Jaya Sampoerna. Jurus Jari Malaikat menggetarkan langit. “Ini bukan lagi latih tanding, tapi Jayalaksana benar-benar ingin membunuh Bintang.” ucap eyang Mandalaksana lagi hingga mengejutkan orang-orang yang berada didekat eyang Mandalaksana.“Apa maksud kakang ?&
Duer!! Duer!! Duer!! Duer!!Wuutt.. Wuutt..! Bllaarrr..! Bllaarrr..!Begitulah.. Akhirnya sosok Bintang menjadi bulan-bulanan serangan-serangan Mahaguru Jayalaksana yang datang silih berganti. Mahaguru Jayalaksana kini hanya menggunakan jurus ‘jari malaikat menggetarkan langit’ miliknya, dimana dengan kekuatan jari malaikatnya, bagaikan kilat halilintar menyambar kini terus menghantam sosok Bintang yang terkapar ditanah bagaikan hujan yang turun tanpa henti.Sementara itu sosok Bintang yang terkapar masih tampak diliputi oleh energi keemasan yang bersumber dari ‘Jubah Sakti 9 Dewa’nya, hal inilah yang membuat Mahaguru Jayalaksana tidak mengendorkan sedikitpun serangannya, karena Mahaguru Jayalaksana yakin sosok Bintang masih terlindungi oleh energi keemasan yang menyelimuti sekujur tubuh Bintang.Duer!! Duer!! Duer!! Duer!! Duer!! Duer!!Wuutt.. Wuutt..! Bllaarrr..! Bllaarrr..!Sinar hijau terang yan
Di udara, terlihat Mahaguru Jayalaksana menghentikan serangan sinar hijau terangnya dan kini berfokus pada serangan Ajian Gelap Sayuta miliknya yang terus menghimpit sosok Bintang yang berada dibawah. Mahaguru Jayalaksana terus memantau tanda-tanda kehidupan pada sosok Bintang yang berada didalam gumpalan awan hitam petir tersebut, bila dirasa tanda-tanda kehidupan Bintang mulai menghilang, Mahaguru Jayalaksana akan segera menghentikan serangannya. Apa yang dilakukan oleh Mahaguru Jayalaksana juga dilakukan oleh eyang Mandalaksana dan kedua mahaguru lainnya. Sementara Roro dan Ajeng terlihat sangat cemas dengan keadaan Bintang.Mahaguru Jayalaksana yang masih berada diudara, tiba-tiba saja raut wajahnya berubah, bukan wajah Mahaguru Jayalaksana saja yang berubah, tapi wajah eyang Mandalaksana dan kedua mahaguru lainnyapun ikut berubah, apa yang menjadi penyebabnya? tanda-tanda kehidupan Bintang tiba-tiba saja menghilang.Cling... Cling...! Cling...!! Cling...!
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig