Keesokan harinya, semuanya kembali berkumpul di aula tempat kediaman Mahaguru Jayalaksana. Semua mahaguru beserta rombongannya telah duduk ditempat yang telah dipersiapkan, sementara itu ditengah-tengah mereka tampak duduk bersimpuh sosok jelita Aria Amante dengan wajah tertunduk.
“Aria Amante.” terdengar suara Mahaguru Jayalaksana membahana ditempat itu. Aria Amante terlihat mengangkat wajahnya menatap kearah depan, dimana didepannya memang terlihat sosok Mahaguru Jayalaksana.
“Saya mahaguru.”
“Setelah melihat pertarunganmu kemarin.. Aku telah mengambil keputusan. Pusaka Pedang Merah ini memang pantas untuk kau warisi.” ucap Mahaguru Jayalaksana seraya mengangkat pusaka Pedang Merah yang ada dihadapannya, salah satu murid Mahaguru Jayalaksana terlihat bangkit berdiri mendekati Mahaguru Jayalaksana yang segera menyerahkan pusaka Pedang Merah ditangannya kepada muridnya itu, sang murid lalu menerimany
Sementara itu wajah Jaya Sampoerna terlihat berubah mendengar penolakan dari Aria Amante. Apalagi saat melihat tatapan Aria Amante kepada Bintang. Mahaguru Jayalaksana sendiri masih tetap diam ditempatnya.“Baiklah.. Jika memang begitu kenyataannya.” ucap Mahaguru Jayalaksana akhirnya. Bagi Mahaguru Jayalaksana hal itu tidak menjadi masalah, yang penting pusaka Pedang Merah masih tetap berada ditangannya, dan itu berarti untuk mewujudkan keinginannya mendapatkan Pedang Alam Semesta akan segera terlaksana. Mahaguru Jayalaksana kemudian terlihat memandang kearah Bintang yang terlihat masih sibuk meringis kesakitan, karena Roro dan Ajeng yang terus mencubitinya.“Tuan Bintang.” terdengar suara menggema Mahaguru Jayalaksana. Roro dan Ajeng yang sibuk mencubit Bintang menghentikan tindakan mereka dan kini mereka memandang kearah Mahaguru Jayalaksana.“Ada satu hal yang sangat membuatku penasaran, jika hal ini tak diwuju
Huupp...!Berfikir seperti itu, Bintang bersalto tinggi keudara untuk menghindari serangan Mahaguru Jayalaksana, dan seperti dugaan Bintang, Mahaguru Jayalaksana kembali memburunya keatas. Diudara... Bintang memperlihatkan kelasnya sebagai pendekar pilih tanding, jurus kelana pemabuk dipergunakan diudara, hasilnya serangan-serangan Mahaguru Jayalaksana meleset sedikit saja dari sasaran. Masih berada diudara, keduanya terus bertarung dengan sengit. Kedua-duanya seperti mampu menjejak udara sehingga pertarungan terlihat lebih sengit dan seru.Dari pertarungan diudara, sampai kembali lagi ketanah, sejauh ini Bintang hanya terlihat mampu menghindar, sementara Mahaguru Jayalaksana terus melancarkan serangan maut dan gencarnya.Pertarungan yang memakan waktu lama itu membuat Bintang sedikit heran, karena sedikitpun tidak terlihat tanda-tanda Mahaguru Jayalaksana terkuras tenaganya, padahal sudah menyerangnya sedemikian lama. “Apakah ini berarti kela
“Jurus buta tidak akan mempan terhadapku tuan Bintang!” ucap Mahaguru Jayalaksana hingga kembali membuat wajah Bintang berubah. Benar saja, jurus Langkah Sembilan Buta yang biasanya mampu mendeteksi pergerakan lawan, kini tidak bisa meraba gerakan yang dibuat oleh Mahaguru Jayalaksana, sosok keberadaan Mahaguru Jayalaksana seperti menghilang dari hadapannya.“Hadapi dengan jurus menghindarmu dan digabung dengan ilmu mengosongkan dirimu Bintang.” sebuah suara terngiang ditelinga Bintang yang Bintang yakini merupakan suara eyang Mandalaksana.Serrrr..Kembali sosok Mahaguru Jayalaksana melesat dengan sangat cepat kearah Bintang, kedua jari telunjuk Mahaguru Jayalaksana masih mengeluarkan cahaya hijau terang. Kali ini Bintang sudah siap kembali menyambutnya dengan jurus kelana pemabuknya.Maka pertarungan sengitpun kembali terjadi diantara keduanya. Mahaguru Jayalaksana sedikit heran melihat Bintang tetap me
Hal ini pula kemudian yang membuat Mahaguru Jayalaksana menghentikan serangannya dan menatap Bintang dengan lekat-lekat. Sementara Bintang masih berdiri dengan tenang ditempatnya. Mahaguru Jayalaksana kemudian tiba-tiba saja duduk mengambil sikap semadi. Kedua jari telunjuk Mahaguru Jayalaksana yang masih mengeluarkan cahaya hijau terang, terlihat tiba-tiba saja diletakkan oleh Mahaguru Jayalaksana keatas tanah yang ada disebelah kiri dan kanannya.Bintang masih tetap berdiri tenang ditempatnya, memperhatikan apa yang dilakukan oleh Mahaguru Jayalaksana.“Hati-hati Bintang, Jayalaksana akan mengeluarkan jurus Jari Malaikat menggetarkan buminya... serangannya akan datang dari bawah tanah.” kembali terngiang suara eyang Mandalaksana memberikan petunjuknya kepada Bintang.Mendengar petunjuk itu, Bintangpun segera mempertajam pendengarannya, tapi sesaat kening Bintang terlihat berubah, karena Bintang sedikitpun tak mendengar apapun pergerakan da
Duer!!Guntur menggelegar keras dikaki langit, cuaca saat itu terang, tidak ada tanda-tanda akan terjadi mendung apalagi hujan.Duer.. Duer... Duer...!!Kembali guntur yang diiringi kilat menerangi langit, menggelegar dengan keras. Sungguh mengerikan keadaan cuaca saat itu.Clleettarrrr... Clleettarrrr...!Tiba-tiba saja kilat menyambar jari telunjuk Mahaguru Jayalaksana yang mengacung keatas.Zzgggghhh...!Jari telunjuk Mahaguru Jayalaksana kini sudah mengeluarkan kilatan-kilatan cahaya petir yang dahsyat, begitu dahsyatnya sampai-sampai tempat dimana Bintang berdiri langsung bergetar. Bintang pernah melihat jurus ini dikerahkan oleh Jaya Sampoerna. Jurus Jari Malaikat menggetarkan langit. “Ini bukan lagi latih tanding, tapi Jayalaksana benar-benar ingin membunuh Bintang.” ucap eyang Mandalaksana lagi hingga mengejutkan orang-orang yang berada didekat eyang Mandalaksana.“Apa maksud kakang ?&
Duer!! Duer!! Duer!! Duer!!Wuutt.. Wuutt..! Bllaarrr..! Bllaarrr..!Begitulah.. Akhirnya sosok Bintang menjadi bulan-bulanan serangan-serangan Mahaguru Jayalaksana yang datang silih berganti. Mahaguru Jayalaksana kini hanya menggunakan jurus ‘jari malaikat menggetarkan langit’ miliknya, dimana dengan kekuatan jari malaikatnya, bagaikan kilat halilintar menyambar kini terus menghantam sosok Bintang yang terkapar ditanah bagaikan hujan yang turun tanpa henti.Sementara itu sosok Bintang yang terkapar masih tampak diliputi oleh energi keemasan yang bersumber dari ‘Jubah Sakti 9 Dewa’nya, hal inilah yang membuat Mahaguru Jayalaksana tidak mengendorkan sedikitpun serangannya, karena Mahaguru Jayalaksana yakin sosok Bintang masih terlindungi oleh energi keemasan yang menyelimuti sekujur tubuh Bintang.Duer!! Duer!! Duer!! Duer!! Duer!! Duer!!Wuutt.. Wuutt..! Bllaarrr..! Bllaarrr..!Sinar hijau terang yan
Di udara, terlihat Mahaguru Jayalaksana menghentikan serangan sinar hijau terangnya dan kini berfokus pada serangan Ajian Gelap Sayuta miliknya yang terus menghimpit sosok Bintang yang berada dibawah. Mahaguru Jayalaksana terus memantau tanda-tanda kehidupan pada sosok Bintang yang berada didalam gumpalan awan hitam petir tersebut, bila dirasa tanda-tanda kehidupan Bintang mulai menghilang, Mahaguru Jayalaksana akan segera menghentikan serangannya. Apa yang dilakukan oleh Mahaguru Jayalaksana juga dilakukan oleh eyang Mandalaksana dan kedua mahaguru lainnya. Sementara Roro dan Ajeng terlihat sangat cemas dengan keadaan Bintang.Mahaguru Jayalaksana yang masih berada diudara, tiba-tiba saja raut wajahnya berubah, bukan wajah Mahaguru Jayalaksana saja yang berubah, tapi wajah eyang Mandalaksana dan kedua mahaguru lainnyapun ikut berubah, apa yang menjadi penyebabnya? tanda-tanda kehidupan Bintang tiba-tiba saja menghilang.Cling... Cling...! Cling...!! Cling...!
“Sudah cukup sampai disini, Mahaguru Jayalaksana” tiba-tiba saja ditelinga Mahaguru Jayalaksana terngiang sebuah suara yang diyakini Mahaguru Jayalaksana adalah suara Bintang.“Aku belum kalah, Tuan Bintang” ucap Mahaguru Jayalaksana mengirimkan suaranya lewat angin ketelinga Bintang. Seiring dengan itu, Mahaguru Jayalaksana terlihat mengangkat tangan kanannya dan mengarahkan jari telunjuknya kearah Bintang untuk melancarkan serangannya kembali, tapi wajah Mahaguru Jayalaksana tiba-tiba saja berubah, karena bagaimana tidak, secara tiba-tiba saja sosok Bintang sudah berada tepat didepan matanya. Cepat sekali gerakan yang Bintang lakukan, sampai-sampai tak terlihat oleh Mahaguru Jayalaksana, gerakan Bintang cepat tanpa suara.Tak ingin berlarut dalam rasa terkejutnya, Mahaguru Jayalaksana langsung melancarkan serangan jari malaikatnya kepada Bintang yang kini sudah berdiri tepat dihadapannya, hanya berjarak satu langkah didepannya, dalam jarak sed