“Sudah cukup sampai disini, Mahaguru Jayalaksana” tiba-tiba saja ditelinga Mahaguru Jayalaksana terngiang sebuah suara yang diyakini Mahaguru Jayalaksana adalah suara Bintang.
“Aku belum kalah, Tuan Bintang” ucap Mahaguru Jayalaksana mengirimkan suaranya lewat angin ketelinga Bintang. Seiring dengan itu, Mahaguru Jayalaksana terlihat mengangkat tangan kanannya dan mengarahkan jari telunjuknya kearah Bintang untuk melancarkan serangannya kembali, tapi wajah Mahaguru Jayalaksana tiba-tiba saja berubah, karena bagaimana tidak, secara tiba-tiba saja sosok Bintang sudah berada tepat didepan matanya. Cepat sekali gerakan yang Bintang lakukan, sampai-sampai tak terlihat oleh Mahaguru Jayalaksana, gerakan Bintang cepat tanpa suara.
Tak ingin berlarut dalam rasa terkejutnya, Mahaguru Jayalaksana langsung melancarkan serangan jari malaikatnya kepada Bintang yang kini sudah berdiri tepat dihadapannya, hanya berjarak satu langkah didepannya, dalam jarak sed
Tuk...!Eyang Mandalaksana tampak melepaskan totokan yang mendera ditubuh Mahaguru Jayalaksana sehingga kini Mahaguru Jayalaksana kembali bisa menggerakan tubuhnya.Roro dan Ajeng yang juga sudah turun ke arena pertarungan, terlihat langsung merangkul Bintang di kiri dan kanan.“Kanda tidak apa-apakan?” tanya Ajeng dengan lembut. Bintang haya tersenyum dan mengangguk.“Bagaimana luka dalam kanda?” tanya Roro dengan khawatir.“Sudah tidak apa-apa dinda” jawab Bintang lembut.Di antara semua orang yang ada ditempat itu, hanya dua sosok yang tampak menatap berbeda melihat kemesraan Bintang dengan kedua istrinya, dia adalah Amanda Gayatri dan Aria Amante.-o0o-Malam itu, Mahaguru Jayalaksana meminta putri angkatnya, Amanda Gayatri untuk menemuinya dikamar, hal ini tentu saja membuat Amanda heran, karena tak biasanya ayah angkatnya melakukan hal itu.Saat ini Amanda Gayatri s
Tok... Tok... Tok...!Baru saja dikatakan, sebuah ketukan terdengar didepan pintu. Mahaguru Jayalaksana dan Amanda Gayatri segera berpaling kearah pintu. Wajah keduanya berubah. Bila Mahaguru Jayalaksana tersenyum melihat sosok Bintang yang ada didepan pintu, berbeda dengan Amanda Gayatri yang langsung memerah wajahnya melihat sosok Bintang.“Silahkan masuk Tuan Bintang” ucap Mahaguru Jayalaksana mempersilahkan sosok Bintang yang ada didepan pintu untuk masuk. Bintang sendiri cukup heran melihat Mahaguru Jayalaksana yang mengundangnya malam-malam untuk bertemu, apalagi mengundangnya kedalam kamar, tidak diruangan aula seperti biasa, ditambah yang ada dikamar itu hanya Mahaguru Jayalaksana dan Amanda Gayatri, tapi akhirnya Bintang melangkah masuk juga, dihadapan Mahaguru Jayalaksana dan Amanda Gayatri, Bintang menjura hormat.“Mari, silahkan duduk Tuan Bintang” ucap Mahaguru Jayalaksana lagi, Bintang pun duduk dikursi yang ada diruangan it
Bintang berjalan menyelusuri lorong bangunan besar yang menjadi tempat kediaman Mahaguru Jayalaksana. Bintang baru saja meninggalkan kamar Mahaguru Jayalaksana dimana Mahaguru Jayalaksana akhirnya bisa menerima alasan Bintang menolak perjodohan dirinya dengan Amanda Gayatri. Sebelum pergi meninggalkan kamar Mahaguru Jayalaksana, Bintang masih dapat melihat raut wajah Amanda Gayatri yang cantik ayu tampak murung.Baru saja keluar dari rumah utama Mahaguru Jayalaksana, langkah Bintang tiba-tiba saja terhenti, dihadapannya tampak menghadang dua sosok perempuan cantik berpakaian sangat seksi yang kini juga tampak menatap kearah Bintang dengan senyum-senyum nakalnya.“Nadien... Genne” ucap Bintang menyebutkan nama kedua perempuan bertubuh seksi nan montok itu.Kedua perempuan berparas cantik terkesan nakal inipun tampak berjalan mendekati Bintang.“Mahaguru kami ingin bertemu dengan kakang” ucap Nadien si Ratu Pemikat dengan lembut. Bin
Sserrrr!!!Tiba-tiba saja sosok dari balik tirai sutra melesat cepat kearah Bintang, Bintang cukup terkejut.Pllakk.. Pllakk.. Pllakk.. Pllakk..!Beberapa kali Bintang memapaki serangan tersebut, dan selanjutnya terjadilah pertarungan antara Bintang dengan sosok seorang wanita bercadar yang terus menyerangnya dengan gencar.Pllakk.. Pllakk.. Pllakk.. Pllakk..!Terlihat beberapa kali Bintang berhasil menangkis serangan wanita bercadar tersebut, hebatnya lagi Bintang menghindar dan menangkis serangan wanita bercadar tanpa sedikitpun menggeser tubuhnya.Walaupun mengenakan cadar, tapi pakaian yang dikenakan oleh perempuan itu dikatakan sangat seksi dan menantang, bagaimana tidak, mengenakan pakaian ungu dan Mengenakan mahkota kecil dikepalanya dengan mengenakan gelang lempengan emas di kedua lengannya. Penampilannya begitu seksi dan sangat menggoda sekali, terutama dibagian pahanya, dimana kain yang membungkus kakinya tampak membelah panjang hi
“Kenapa diam saja tuan?” tanya Mahaguru Mellya menyadarkan keterpanaan Bintang, maka tanpa menunggu waktu lagi Bintang segera menundukkan wajahnya dan melumat bibir sensual dan indah milik Mahaguru Mellya. Mahaguru Mellyapun tak tinggal diam, dibalasnya lumatan Bintang dengan tak kalah buas. Bahkan dengan berani Mahaguru Mellya memainkan lidahnya didalam mulut Bintang, Bintang pun membalasnya.Keduanya terus menerus memainkan lidah, sehingga lidah keduanya saling membelit. Keduanya dapat merasakan kalau air liur mereka berdua menetes-netes di sekitar bibir karena keduanya berciuman sangat lama. Tangan Bintang yang tadi mencengkram kedua tangan Mahaguru Mellya diatas kepalanya sudah dilepaskan dan dengan cepat Mahaguru Mellya langsung melingkarkan kedua tangannya dileher Bintang dan menariknya dengan kuat, seakan tak ingin melepaskan lagi lumatannya pada bibir Bintang. Bintang pun tak mau kalah, direngkuhnya tubuh indah Mahaguru Mellya kedalam pelukannya.Ma
Dikamar, Bintang terlihat tengah duduk menyandar di sandaran tempat tidur, sementara didada Bintang terlihat menyandar pula sosok jelita berkulit putih mulus, hidungnya mancung, bibirnya ranum memerah, bila kita lihat lebih teliti, ternyata sosok jelita yang tengah menyandarkan dirinya dipelukan Bintang itu adalah sosok Sabina, Sabina yang biasanya selalu mengenakan pakaian hijab panjang disekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai kaki, hanya mata dan kedua tangannya yang terlihat, tapi kali ini Sabina tampak berbeda, mengenakan gaun putih tidur yang begitu indah karena terbuat dari sutra lembut yang berwarna keperakan sehingga begitu serasi dengan kulit tubuhnya yang putih dan mulus. Rambutnya yang selama ini tidak pernah terlihat oleh siapapun kecuali Bintang suaminya, kini dibiarkan tergerai dengan indahnya hingga sebatas pinggang, sosok Sabina memang tergolong tinggi, mungkin tingginya mencapai 182 cm, dibanding Bintang, mungkin sosok Sabina sedikit lebih tinggi, sehingga pakai
Keesokan malam.Malam sudah semakin larut, keadaan dibukit bayangan kembali sepi hening, hanya suara binatang malam yang terdengar menyapa dikeheningan. Sementara itu disebuah bangunan yang mirip dengan bangunan masjid yang letakknya bersebelahan dengan tempat kediaman Bintang, dulunya tempat itu hanyalah merupakan sebuah bangunan kecil yang biasa kita sebut langgar atau mushola, tapi sekarang tempat itu sudah menjadi semakin besar membentuk sebuah bangunan masjid.Di dalamnya, tampak sepasang muda mudi yang tengah duduk menghadap kearah pintu masjid. Aneh, bukannya duduk menghadap kearah depan. Sosok yang satu adalah sosok yang mengenakan hijab panjang disekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai kaki, hanya mata dan kedua tangannya yang terlihat. Melihat sosoknya, dia adalah Sabina. Sedangkan lelaki muda tampan yang duduk disebelah Sabina tak lain adalah Bintang.“Kanda sudah siap?” tanya Sabina seraya menoleh kearah Bintang yang ada disebelahnya,
“Thya.. Aku ingin menikahimu” ucap Bintang akhirnya.Daggghh...! Thya merasakan jantungnya seperti mau copot dari tempatnya, wajahnya seketika memerah.“Aa..aaa...apa yang maharaja katakan?” tanya Thya Azzahra dengan gugup, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Aku ingin menikahimu Thya... menjadi istriku” ucap Bintang lagi mengulangi ucapannya. Kembali wajah Thya Azzahra berubah merah, kali ini dia tak salah dengar, dengan seketika Thya Azzahra tampak memalingkan pandangannya kearah Sabina. Sabina tampak tersenyum dan mengangguk.“Menikahlah dengan kak Bintang Thya... Mudah-mudahan itu akan menjadi ibadah yang akan menghapus dosamu dimasa lalu” ucap Sabina dengan lembut. Kembali Thya memalingkan pandangannya kearah Bintang. Suasana terlihat begitu canggung diantara mereka.“Maaf.. Maharaja, hamba tak bisa.. Apa yang akan hamba katakan pada Ratu Negeri Atas Angin”
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig