“Kenapa diam saja tuan?” tanya Mahaguru Mellya menyadarkan keterpanaan Bintang, maka tanpa menunggu waktu lagi Bintang segera menundukkan wajahnya dan melumat bibir sensual dan indah milik Mahaguru Mellya. Mahaguru Mellyapun tak tinggal diam, dibalasnya lumatan Bintang dengan tak kalah buas. Bahkan dengan berani Mahaguru Mellya memainkan lidahnya didalam mulut Bintang, Bintang pun membalasnya.
Keduanya terus menerus memainkan lidah, sehingga lidah keduanya saling membelit. Keduanya dapat merasakan kalau air liur mereka berdua menetes-netes di sekitar bibir karena keduanya berciuman sangat lama. Tangan Bintang yang tadi mencengkram kedua tangan Mahaguru Mellya diatas kepalanya sudah dilepaskan dan dengan cepat Mahaguru Mellya langsung melingkarkan kedua tangannya dileher Bintang dan menariknya dengan kuat, seakan tak ingin melepaskan lagi lumatannya pada bibir Bintang. Bintang pun tak mau kalah, direngkuhnya tubuh indah Mahaguru Mellya kedalam pelukannya.
Ma
Dikamar, Bintang terlihat tengah duduk menyandar di sandaran tempat tidur, sementara didada Bintang terlihat menyandar pula sosok jelita berkulit putih mulus, hidungnya mancung, bibirnya ranum memerah, bila kita lihat lebih teliti, ternyata sosok jelita yang tengah menyandarkan dirinya dipelukan Bintang itu adalah sosok Sabina, Sabina yang biasanya selalu mengenakan pakaian hijab panjang disekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai kaki, hanya mata dan kedua tangannya yang terlihat, tapi kali ini Sabina tampak berbeda, mengenakan gaun putih tidur yang begitu indah karena terbuat dari sutra lembut yang berwarna keperakan sehingga begitu serasi dengan kulit tubuhnya yang putih dan mulus. Rambutnya yang selama ini tidak pernah terlihat oleh siapapun kecuali Bintang suaminya, kini dibiarkan tergerai dengan indahnya hingga sebatas pinggang, sosok Sabina memang tergolong tinggi, mungkin tingginya mencapai 182 cm, dibanding Bintang, mungkin sosok Sabina sedikit lebih tinggi, sehingga pakai
Keesokan malam.Malam sudah semakin larut, keadaan dibukit bayangan kembali sepi hening, hanya suara binatang malam yang terdengar menyapa dikeheningan. Sementara itu disebuah bangunan yang mirip dengan bangunan masjid yang letakknya bersebelahan dengan tempat kediaman Bintang, dulunya tempat itu hanyalah merupakan sebuah bangunan kecil yang biasa kita sebut langgar atau mushola, tapi sekarang tempat itu sudah menjadi semakin besar membentuk sebuah bangunan masjid.Di dalamnya, tampak sepasang muda mudi yang tengah duduk menghadap kearah pintu masjid. Aneh, bukannya duduk menghadap kearah depan. Sosok yang satu adalah sosok yang mengenakan hijab panjang disekujur tubuhnya, dari ujung kepala sampai kaki, hanya mata dan kedua tangannya yang terlihat. Melihat sosoknya, dia adalah Sabina. Sedangkan lelaki muda tampan yang duduk disebelah Sabina tak lain adalah Bintang.“Kanda sudah siap?” tanya Sabina seraya menoleh kearah Bintang yang ada disebelahnya,
“Thya.. Aku ingin menikahimu” ucap Bintang akhirnya.Daggghh...! Thya merasakan jantungnya seperti mau copot dari tempatnya, wajahnya seketika memerah.“Aa..aaa...apa yang maharaja katakan?” tanya Thya Azzahra dengan gugup, seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.“Aku ingin menikahimu Thya... menjadi istriku” ucap Bintang lagi mengulangi ucapannya. Kembali wajah Thya Azzahra berubah merah, kali ini dia tak salah dengar, dengan seketika Thya Azzahra tampak memalingkan pandangannya kearah Sabina. Sabina tampak tersenyum dan mengangguk.“Menikahlah dengan kak Bintang Thya... Mudah-mudahan itu akan menjadi ibadah yang akan menghapus dosamu dimasa lalu” ucap Sabina dengan lembut. Kembali Thya memalingkan pandangannya kearah Bintang. Suasana terlihat begitu canggung diantara mereka.“Maaf.. Maharaja, hamba tak bisa.. Apa yang akan hamba katakan pada Ratu Negeri Atas Angin”
“Bbee..benarkah kak?” tanya Thya seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, Bintang tersenyum dan mengangguk.“Sekarang, akhirnya keinginan kakak sudah terwujud... kakak bahagia sekali”“Thya juga bahagia kak... bahagia sekali” ucap Thya tak mampu membendung harunya, air mata bening mengalir dari pelupuk kedua mata indahnya, tapi Bintang dengan cepat bertindak menghapus air mata itu seraya berkata ; “Jangan menangis sayang... malam ini adalah malam pernikahan kita” ucap Bintang seraya menundukkan wajahnya dan dengan lembut Bintang mengecup kedua mata indah Thya, Thya tampak memejamkan kedua matanya dan meresapi kecupan lembut Bintang pada kedua matanya dan diakhiri dengan kecupan dikeningnya.Sejenak Bintang kembali merenggangkan dirinya, ditatapnya dengan penuh kelembutan sosok anggun yang ada dihadapannya, Thya benar-benar anggun dan cantik dalam penampilannya yang begitu muslimah seperti saat ini,
KERIBUTAN KECIL tampak terjadi disebuah kotaraja yang padat penduduknya, hal ini dapat terlihat dari kerumunan orang yang mencoba melihat keributan kecil diantara seorang pemuda yang masih berperawakan muda, tubuhnya kurus bahkan sangat kurus untuk pemuda seumurannya, dilengannya terlihat sebuah buntalan kain yang sepertinya berisi pakaian, 2 orang laki berperawakan cukup sangar tampak berusaha untuk menangkapnya, tapi dengan gerakan gesit dan lincah, pemuda kurus itu selalu berhasil menghindari tangkapan dan pukulan lawan. Hal ini pula yang menjadi tontonan banyak orang. Sementara itu tak jauh dari keributan itu tampak seorang laki-laki bertubuh gemuk yang berdiri didepan rumah makan besarnya dengan tampang menyebalkan terus memperhatikan jalannya keributan.“Cepat tangkap dia! menangkap orang kurus seperti itu lamban sekali kalian!” teriak lelaki bertubuh gemuk itu kepada kedua laki-laki bertampang sangar tersebut, tapi pemuda bertubuh kurus itu bukan saja gesit
“Ini tuan, kisanak ini makan tapi tidak mau bayar” ucap juragan rumah makan itu kepada pemuda kurus yang berada tak jauh dihadapannya.“Bukannya tak mau bayar tuan, tapi saya benar-benar tidak punya uang” sahut si pemuda kurus cepat.“Tak punya uang, tapi makannya banyak, piye toh” ucap juragan rumah makan dengan sinis.“Mau gimana lagi, lapar” ucap sipemuda kurus hingga memancing tawa para penduduk yang berada ditempat itu.Pandega kerajaan tampak mengangkat tangan sehingga hiruk pikuk tawa ditempat itu berhenti. Pandega terlihat menatap kearah pemuda kurus yang ada dihadapannya, Pandega terlihat memandangnya dengan penuh seksama.“Sudah berapa lama kau belum makan kisanak?” tanya Pandega lagi yang terlihat iba melihat betapa kurusnya tubuh pemuda itu.“Dari pagi tadi belum makan tuan” ucap sipemuda kurus hingga kembali memancing senyum tersungging diwajah orang-orang y
“Ya sudah Kurjang... ikutlah antri sana” ucap Pandega lagi.“Tapi saya bolehkan antri dibarisan yang sebelahnya tuan.. Antriannya lebih sedikit” ucap Kurjang menunjuk barisan yang kedua.“Itu antrian orang-orang yang akan mendapatkan tunjangan hidup dari Setyo Kencana Kurjang.. kau ini mau jadi prajurit atau mau jadi penerima tunjangan” ucap Pandega lagi.“Kalau barisan yang ketiga yang sedikit orang itu tuan?” tanya Kurjang itu.“Itu orang-orang yang sedang meminta pertolongan Setyo Kencana atas masalah yang mereka hadapi” ucap Pandega lagi hingga membuat Kurjang mengangguk-angguk.“Hebat sekali Setyo Kencana” ucap Kurjang kagum.“Semenjak dipimpin oleh gusti prabu Bintang, Setyo Kencana memang menerima keluhan-keluhan dari masyarakat yang ingin meminta bantuan dari kerajaan, gusti prabu juga memberikan tunjangan hidup untuk orang-orang yang hidup kekurangan&rdquo
Kedatangan Bintang ke Setyo Kencana tentu saja disambut gembira oleh seluruh istana Setyo Kencana, terutama ke-4 wanita cantik yang telah menjadi istri dan selir Bintang di istana Setyo Kencana, mereka adalah Putri anggun dan cantik jelita, Putri Aurellya, Bidadari Pulau Ular yang sangat cantik jelita Wika Putri, gadis cantik nan montok Melati dan gadis cantik nan seksi Pudjasari.“Tok...tok...tok” Bintang tampak mengetuk sebuah pintu kamar. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka, seraut wajah cantik jelita Pudjasari tampak keluar dari balik pintu yang terbuka.Wajah Pudjasari yang jelita tampak terkejut melihat kehadiran Bintang didepan pintu kamarnya, tapi sebelum Pudjasari mengeluarkan ucapan Bintang terlebih dahulu menahan bibirnya dengan jarinya, dan Bintang mendorong masuk tubuh Pudjasari kedalam kamar, Bintang lalu mengunci pintu kamar tersebut dan kembali berbalik kearah Pudjasari yang berdiri dihadapannya dengan tatapan heran. Bintang melototi sosok