Dua orang lelaki tampak memasuki bangunan tempat kediaman Bintang dan keluarga, dengan diiringi tuan Danzo keduanya diantar ke aula pertemuan. Di aula pertemuan sudah menunggu Bintang dan keluarganya.
“Kakang Guriwa! kakang Jagat lanang!” seorang gadis cantik jelita tampak bangkit dari tempat duduknya menyapa keduanya.
“Gusti putri” ucap kedua lelaki yang baru saja masuk tersebut. Ternyata keduanya adalah Guriwa dan Jagat lanang. Murid Eyang Mandalaksana dari gunung bromo. Sementara itu gadis cantik yang tadi menyapa keduanya, tak lain adalah Roro Putri Srikandi.
“Kakang Guriwa, bagaimana kabar Eyang Lanang dan Eyang Putri?” tanya Roro.
“Eyang guru baik-baik saja gusti putri” jawab Guriwa.
“Gusti prabu” keduanya juga menjura hormat kepada Bintang yang segera dibalas oleh Bintang.
“Mari.. silahkan duduk”
Guriwa dan Jagat lanang sudah tampak duduk dit
Lima ekor kuda keluar dari gerbang Bukit Bayangan, tiga laki-laki dan 2 perempuan. Tiga laki-laki itu tak lain adalah Guriwa dan Jagat lanang, satu lagi adalah sosok Bintang, sedangkan 2 perempuan cantik yang ikut bersama mereka adalah sosok Roro Putri Srikandi dan Roro Ajeng. Rupanya Roro Ajengpun ikut dalam perjalanan kali ini. Selain rindu dengan Eyang Lanang dan Eyang Putri, Roro Ajeng berkeinginan untuk mampir ke Pulau Bintan bila Bintang jadi ke Pulau Batu Raja. Sudah lama juga Ajeng tidak bertemu dengan kakangnya, Gusti Prabu Anggoro Putro.Perjalanan menuju gunung bromo cukup jauh, tapi hal itu tidak menjadi halangan bagi kelimanya, karena memang kelimanya sudah terbiasa berkelana jauh. Bila tiba waktunya beristirahat untuk makan, kelimanya dapat makan dimana saja mereka berhenti, dihutan, diwarung ataupun dilembah. Begitu pula bila malam datang, dimanapun kelimanya berada, dan ingin bermalam, terkadang itu dihutan, di gunung maupun
GUNUNG BROMO adalah sebuah gunung merapi aktif yang berdiri kokoh, dari kejauhan sudah terlihat betapa perkasa dan kokohnya gunung bromo dipandangan mata, keperkasaan gunung bromo sudah menjadi gunjingan banyak orang. Hal ini dikarenakan sepasang suami istri maha sakti yang tinggal di gunung bromo. Eyang Mandalaksana atau yang lebih dikenal sebagai PERTAPA GUNUNG BROMO & Eyang Putri yang juga dikenal sebagai DEWI SELENDANG NAGA.Setelah menempuh perjalanan beberapa hari, Bintang dan rombongan akhirnya tiba dikaki gunung bromo dan tanpa banyak basa basi, kelimanya segera memacu kuda mereka menaiki puncak gunung bromo. Di sepanjang jalan menuju puncak gunung bromo, kelimanya banyak berpapasan dengan murid-murid Eyang Mandalaksana yang tersebar disepanjang kaki bukit gunung bromo, ada yang sedang berlatih ilmu kanuragan maupun sedang mencari kayu bakar. Bintang, Roro dan Ajeng sendiri t
Eyang Mandalaksana terlihat menarik nafas panjang, setelah membaca isi gulungan surat itu, dan ;“Dulu... aku memiliki tiga saudara seperguruan, 1 laki-laki dan 2 perempuan, yang laki-laki bernama Jayalaksana, yang perempuan bernama Mellya dan Ummi Ayu... oleh guru, kami diberikan kemampuan Titah Dewa, hanya saja ketiga saudara seperguruanku itu menggunakan Titah Dewa yang mereka miliki untuk diri mereka sendiri... ada satu pantangan bagi ilmu Titah Dewa yang apabila dilanggar, maka keampuhan Titah Dewa itu akan hilang... yaitu menggunakan Titah Dewa untuk diri sendiri” ucap Eyang Mandalaksana berhenti sejenak menceritakan tentang masa lalunya.“Apa yang mereka minta sehingga harus mengorbankan ilmu Titah Dewa itu eyang?” tanya Roro dengan tak sabar.“Mereka meminta keabadian dan awet muda” jawab Eyang Mandalaksana“Keabadian dan awet muda? apa itu mungkin eyan
“Tapi kali ini, kita yang akan memenangkan pertarungan ini Eyang... ada kanda Bintang dipihak kita” ucap Roro dengan penuh semangat.“Tidak! Eyang malah punya rencana lain” ucap Eyang Mandalaksana lagi hingga membuat yang lain penasaran mendengarnya. “Kita akan pergi memenuhi memenuhi undangan Jayalaksana sendiri-sendiri, Bintang akan pergi sendiri sebagai ketua dunia persilatan seperti undangan Jayalaksana”“Maksud Eyang, bagaimana?” tanya Roro tak mengerti.“Iya, Eyang ingin memberikan kejutan kepada Jayalaksana. Sementara disana biar kita tidak saling kenal mengenal denganmu, Bintang”“Terus dari pihak kita, apa Eyang sendiri yang akan bertarung?” tanya Roro“Tidak, kau dan Ajeng yang akan mewakili Eyang dalam pertarungan kali ini” ucap Eyang Mandalaksana tersenyum. “Eyang yakin, kalian berdua pasti mampu memenangkan pertarungan itu”“Kam
Ciaatttt!Sebuah teriakan penuh semangat terdengar dari bibir seorang perempuan berparas cantik jelita yang sedang berlatih ilmu kanuragan disebuah taman bunga yang sangat indah. Di sejauh mata memandang hanya hamparan taman bunga berbagai macam warna yang tumbuh ditempat itu, hanya saja disekitar tempat latihan perempuan berparas cantik itu terlihat berongga, taman bunga itu tumbuh melingkari tempat perempuan cantik itu berlatih. Tapi bila kita telisik lebih teliti, ada sedikit keanehan dengan tempat itu, cuaca terang yang meringkupi tempat itu bukan berasal dari cahaya matahari, karena tak ada matahari yang terlihat dilangit, karena memang tempat itu tidak ada didunia nyata, melainkan berada di dunia pikiran. Tak jauh dari perempuan cantik itu, tampak berdiri seorang lelaki tampan yang tengah memperhatikannya. Hanya ada satu orang yang kita ketahui didunia cerita silat Ksatria Pengembara ini yang bisa berlatih dengan metode latihan dipikiran, dia tak lain adalah Bi
Ajeng tersenyum mendengar ucapan Bintang, bahkan ; “Aoww!” Ajeng berteriak kaget saat tiba-tiba saja Bintang kembali menarik dirinya kedalam pelukannya.“Ihh... kanda... tubuh dindakan lagi keringatan” ucap Ajeng didalam pelukan Bintang yang merasa tak nyaman dengan keadaan dirinya.“Tidak apa-apa dinda... abisnya kanda senang meluk dinda” ucap Bintang mengulangi ucapannya seraya memeluk tubuh Ajeng semakin erat. Ajeng terseyum dan kedua-duanya saling memperat pelukan.“Dinda”“Iya kanda”“Kanda sudah melihat semua jurus-jurus yang dinda miliki. Kanda pikir, bisa mengajarkan beberapa kesaktian yang kanda miliki yang kanda rasa sangat cocok untuk dinda”Mendengar hal itu, Ajeng segera merenggangkan pelukannya dan menatap Bintang dengan penuh arti. Lalu berucap ; “Kanda ingin mengajarkan dinda kesaktian yang kanda miliki?”Bintang tak menjawab, tapi hany
“Sekarang, coba dinda perhatikan kanda, ya!”Bintang sudah berdiri 1 tombak dihadapan Roro Ajeng yang kini memperhatikan kearah Bintang dengan seksama.Bintang mengangkat tangan kanannya sejajar dengan dadanya, dan ;Plasshhh! Crrrriittttrrrr!Tiba-tiba saja diatas telapak tangan kanan Bintang keluar seberkas cahaya putih yang membentuk sebuah pusaran angin yang membentuk cakra yang berputar dengan cepat, mengeluarkan suara decitan keras. Ajeng yang saat melihat hal itu, kembali terpana dengan kedua mata membesar.“Ini.. Inikah ajian Cakra Buana itu kanda?” tanyanya takjub“Benar dinda. Ini baru salah satunya..” ucap Bintang seraya mengangkat telapak tangan kanannya keatas, semakin keatas pusaran angin yang membentuk cakra yang berputar itu terlihat semakin besar.“Semakin besar tenaga yang dikerahkan, maka akan semakin besar pusaran angin yang tercipta!” ucap Bintang seraya ter
“Kakang Sabdo Loro, ada rombongan yang datang!” lapor salah seorang murid perguruannya. Lelaki berwajah penuh kharisma yang dipanggil dengan sebutan Sabdo Loro ini segera bangkit berdiri dan berkata ;“Siapa?”“Sepertinya rombongan mahaguru mellya, dari Padepokan Dewi Kayangan kakang” ucap murid perguruannya itu lagi.“Ayo kita sambut mereka” ucap Sabdo Loro dengan mantap. Bersama 10 orang murid perguruannya, Sabdo Loro kemudian beranjak utara dan menunggu rombongan yang dimaksud tiba. Dari kejauhan terlihat serombongan orang bercaping bambu tengah berjalan kearah mereka.Berjarak 6 tombak dari orang-orang Sabdo Loro, harum semerbak sudah tercium santer ditempat itu, harum semerbak yang cukup memabukkan bagi semua laki-laki yang berada dipihak Sabdo Loro.Sementara itu rombongan bercaping yang jumlahnya ada 13 orang itu kini sudah berada dihadapan Sabdo Loro. Ke-13 sosok yang diyakini adalah
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig