“Kakang Sabdo Loro, ada rombongan yang datang!” lapor salah seorang murid perguruannya. Lelaki berwajah penuh kharisma yang dipanggil dengan sebutan Sabdo Loro ini segera bangkit berdiri dan berkata ;
“Siapa?”
“Sepertinya rombongan mahaguru mellya, dari Padepokan Dewi Kayangan kakang” ucap murid perguruannya itu lagi.
“Ayo kita sambut mereka” ucap Sabdo Loro dengan mantap. Bersama 10 orang murid perguruannya, Sabdo Loro kemudian beranjak utara dan menunggu rombongan yang dimaksud tiba. Dari kejauhan terlihat serombongan orang bercaping bambu tengah berjalan kearah mereka.
Berjarak 6 tombak dari orang-orang Sabdo Loro, harum semerbak sudah tercium santer ditempat itu, harum semerbak yang cukup memabukkan bagi semua laki-laki yang berada dipihak Sabdo Loro.
Sementara itu rombongan bercaping yang jumlahnya ada 13 orang itu kini sudah berada dihadapan Sabdo Loro. Ke-13 sosok yang diyakini adalah
“Akkhh!” tiba-tiba saja salah seorang anak buah Sabdo Loro yang ada dibelakang berteriak keras seraya jatuh berlutut kepasir pantai yang ada dibawahnya, hal ini tentu saja menjadi perhatian semua orang-orang Sabdo Loro dan saat mereka melihat teman mereka yang kini sudah jatuh berlutut diatas pasir tampak mengeluarkan darah dari ke-4 panca indranya, mata, hidung, telinga dan mulut. Sabdo Loro segera dapat menebak kalau salah seorang anak buahnya itu telah berani menatap kearah mata Mahaguru Mellya, sehingga terkena pengaruh dari ilmu kesaktian kembang perawan.Belum lagi Sabdo Loro ingin bertindak menolong.Wesshhh!!!Salah seorang perempuan yang ada disebelah kanan Mahaguru Mellya tampak mengibaskan tangannya kearah anak buah Sabdo Loro yang berlutut dipasir, dari kibasan tangan Mahaguru Mellya, seberkas cahaya kuning lembayung melesat menghampar dan menghantam telak sosok anak Sabdo Loro yang berlutut diatas pasir itu. Begitu terkena sinar kuning lembayung itu, anak buah Sabdo Loro
“Ayo kita sambut mereka!” ucap Sabdo Loro seraya melangkah kedepan, para anak buahnyapun ikut melangkah kedepan.Rombongan berkuda yang bila dihitung jumlahnya adalah 13 orang itupun terlihat semuanya adalah perempuan, ini terlihat jelas dari sosok dan penampilan mereka, mengenakan pakaian merah yang sangat anggun terlihat dari kejauhan, tak menunggu lama, ke-13 orang rombongan itu kini sudah tiba dihadapan Sabdo Loro dan anak buahnya. Merekapun tampak mengenakan caping bercadar yang menutupi kepala mereka.“Selamat datang Mahaguru Ummi Ayu” ucap Sabdo Loro seraya menjura hormat diikuti oleh anak buahnya yang lain.Sosok-sosok perempuan yang ada diatas kuda tampak segera melepas caping cadar yang mereka kenakan, inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh anak buah Sabdo Loro, berharap dapat melihat wajah-wajah cantik jelita dibalik caping bercadar itu. Tapi mereka langsung kecewa...Karena ternyata, wajah-wajah yang ada dibalik caping tirai tersebut, masih ditutupi oleh sebuah cadar mera
Sabdo Loro menarik nafas lega melihat rombongan Mahaguru Ummi Ayu akhirnya tiba dikapal yang tengah menunggu mereka.“Kakang... disini masih ada 3 perahu yang tersedia, dua perahu untuk Eyang Mandalaksana, tapi yang satu lagi untuk siapa?” tanya salah seorang anak buah Sabdo Loro yang bingung perahu yang tersisa dipersiapkan untuk siapa.“Perahu itu untuk tamu kehormatan yang diundang oleh mahaguru kita”“Siapa kakang?” tanya yang lain ikut penasaran.“Ketua dunia persilatan” jawab Sabdo Loro singkat.“Ketua dunia persilatan” ulang semua anak buah Sabdo Loro hampir bersamaan dengan wajah kaget.“Ada gerangan apa mahaguru kita mengundang ketua dunia persilatan, kakang?”“Entahlah, akupun tak tahu”“Kudengar ketua dunia persilatan ini usianya masih sangat muda” celetuk anak buah Sabdo Loro yang lain. Hal ini memancing perhatian yang lain.“Benarkah?”“Benar... ““Hebat... masih muda sudah dipercaya menjadi ketua dunia persilatan” celetuk yang lain.“Atau jangan-jangan mahaguru ingin men
Kehadiran kedua cucu Eyang Mandalaksana inilah yang kemudian memancing perhatian semua orang-orang yang ada ditempat itu. Seketika saja terdengar bisik-bisik diantara anak buah Sabdo Loro yang membicarakan tentang kecantikan kedua perempuan yang ikut bersama Eyang Mandalaksana.“Ehemm..!” Sabdo Loro sampai harus mendeham keras untuk mengingatkan keriuhan yang terjadi dibelakangnya, akibat kasak kusuk para anak buahnya. Hal ini langsung membuat para anak buahnya langsung terdiam.“Terimalah salam hormat dari hamba, Eyang Mandalaksana.. Eyang Putri!” ucap Sabdo Loro kembali menjura hormat, para anak buahnya yang ada dibelakang segera ikut melakukan apa yang Sabdo Loro lakukan.Eyang Mandalaksana hanya menganggukkan kepalanya kemudian berucap ; “Kau siapa ?!”“Hamba Sabdo Loro, Eyang Mandalaksana”Eyang Mandalaksana memang mengetahui kalau Jayalaksana adik seperguruannya itu memiliki 10 pembantu utama yang diberikan nama yang sama, yaitu dari Sabdo Loro sampai Sabdo Sepuluh, dan jika sal
PULAU BATU RAJA. Malam itu terlihat Pulau Batu Raja sangat terang benderang, disepanjang pesisir pantai disekeliling pulau itu tampak dipenuhi dengan obor-obor yang menyala dan berjejer dengan rapi dengan jarak yang sama. Sementara itu ditengah-tengah pulau terdapat sebuah bangunan megah dan besar yang menyerupai sebuah benteng, dimana disekeliling bentengpun telah dipasang obor-obor yang berjejer rapi menerangi tempat itu. Di pintu gerbang terlihat beberapa orang laki-laki yang tengah berjaga-jaga dengan persenjataan lengkap, begitu pula dibeberapa menara yang ada dibenteng itu, terlihat dijaga dengan ketat.Jayalaksana atau yang lebih dikenal sebagai si Jari Malaikat adalah majikan Pulau Batu Raja, dulu dimasa mudanya, Jari Malaikat adalah tokoh persilatan yang tak terkalahkan di wilayah timur, nama besarnya sangat disegani lawan maupun kawan, karena Jari Malaikat tak pernah pandang bulu dalam memilih lawan, jika dirasa lawannya membuat keonaran, tak perduli itu dari golongan putih
“Itulah Eyang lanang... kenapa meminta kanda tadi datangnya belakangan” rutuk Roro dengan wajah cemberut kepada Eyang lanang yang ada didekatnya yang tak lain adalah Eyang Mandalaksana.“Iya nih Eyang. Kalau tadi berangkatnya barengan, pasti kanda sudah ada disini” sambung Ajeng ikut-ikutan cemberut.“Suami kalian itu bukan lagi anak kecil. Pasti ada sesuatu yang membuatnya terlambat kemari” ucap Eyang Mandalaksana akhirnya menjawab pernyataan kedua cucunya tersebut.“Sekarang ayo ke ke aula pertemuan” ucap Eyang Mandalaksana akhirnya beranjak bangkit dari tempatnya berada.Rombongan Eyang Mandalaksanapun segera menuju ke ruang aula pertemuan yang memang telah dipersiapkan, tampak disana telah menunggu satu rombongan yang langsung bangkit berdiri begitu melihat rombongan Eyang Mandalaksana datang.Satu rombongan yang terdiri dari 13 orang itu datang mendekati rombongan Eyang Mandalaksana.&ldqu
“Kakang mandala!” ucap sosok yang tadi disebut oleh Eyang Mandalaksana sebagai Mellya tersebut menjura hormat setelah berada dihadapan Eyang Mandalaksana.“Nyimas Roro” ucap sosok itu lagi menjura hormat pada Eyang putri yang segera dibalas oleh Eyang putri.“Kau masih sama seperti dulu Mellya.. tidak berubah sama sekali” ucap Eyang Mandalaksana geleng-geleng kepala melihat sosok penampilan Mellya dengan kedua orang perempuan yang ada dibelakangnya yang sangat seksi menggugah birahi. Mellya dan kedua perempuan yang dibelakangnya hanya tersenyum mendengar hal itu.Ketiganya lalu terlibat dalam satu pembicaraan masa lalu, mengingat masa-masa kebersamaan mereka sewaktu berguru dengan dewa agung. Sementara itu Roro dan Ajeng terlihat saling berbisik satu sama lain.“Untung saja kanda tidak ada disini, Roro” bisik Ajeng. “Benar.. Kalau ada kanda disini. Pasti matanya jelalatan kesana kemari melihat
“Mellya.. Ummi Ayu.. kakang.. selain pertemuan rutin kita yang kita adakan setiap 50 tahun sekali, saya bermaksud untuk membuka sebuah padepokan yang akan kuberi nama Padepokan Radja, karena itu aku mengundang ketua dunia persilatan yang baru”“Kakang mengundang ketua dunia persilatan yang baru?” tanya Mellya cepat“Benar Mellya”“Siapa julukannya kakang?” tanya Ummi Ayu“Kalau tidak salah ksatria pengembara” ucap Jayalaksana lagi. Sekilas wajah Mellya dan Ummi Ayu terlihat berubah mendengar hal itu.“Ya, aku pernah mendengar nama besar pendekar itu.. jadi dia ketua dunia persilatan yang baru” ucap Ummi Ayu lagi.“Lalu dimana dia kakang?” tanya Mellya“Entahlah.. Seharusnya dia sudah datang saat ini, tapi mungkin ada halangan dijalan. Mudah-mudahan besok sudah tiba disini” jawab Jayalaksana.“Aku juga sengaja mengundan