Malam datang. Keadaan di Bukit Bayangan terlihat ramai malam itu diruang makan. Keluarga besar Bintang tengah membuat perjamuan makan yang cukup besar, hal ini memang dilakukan bila Bintang sedang berada di Bukit Bayangan.
Istri-istri Bintang yang ada di Bukit Bayangan terlihat sangat berbahagia menikmati perjamuan makan mereka. Tapi yang paling berbahagia tentunya adalah Bintang karena melihat keakraban dan kebahagiaan istri-istrinya, Bintang sangat bersyukur memiliki istri-istri yang sangat mengerti dengan keadaannya saat ini, walaupun Bintang tau semua istri-istrinya sangat mendambakan hadirnya seorang anak hasil cinta mereka. Tapi apa daya, saat ini Bintang belum bisa memenuhi hal itu.
Setelah perjamuan selesai, Bintangpun menceritakan tentang kedatangan kedua utusan dari Pulau Batu Raja yang menyampaikan sebuah surat undangan dan satu demi satu istri-istri Bintang membaca gulungan surat undangan tersebut, dan terlihat wajah-waja
Dua orang lelaki tampak memasuki bangunan tempat kediaman Bintang dan keluarga, dengan diiringi tuan Danzo keduanya diantar ke aula pertemuan. Di aula pertemuan sudah menunggu Bintang dan keluarganya.“Kakang Guriwa! kakang Jagat lanang!” seorang gadis cantik jelita tampak bangkit dari tempat duduknya menyapa keduanya.“Gusti putri” ucap kedua lelaki yang baru saja masuk tersebut. Ternyata keduanya adalah Guriwa dan Jagat lanang. Murid Eyang Mandalaksana dari gunung bromo. Sementara itu gadis cantik yang tadi menyapa keduanya, tak lain adalah Roro Putri Srikandi.“Kakang Guriwa, bagaimana kabar Eyang Lanang dan Eyang Putri?” tanya Roro.“Eyang guru baik-baik saja gusti putri” jawab Guriwa.“Gusti prabu” keduanya juga menjura hormat kepada Bintang yang segera dibalas oleh Bintang.“Mari.. silahkan duduk”Guriwa dan Jagat lanang sudah tampak duduk dit
Lima ekor kuda keluar dari gerbang Bukit Bayangan, tiga laki-laki dan 2 perempuan. Tiga laki-laki itu tak lain adalah Guriwa dan Jagat lanang, satu lagi adalah sosok Bintang, sedangkan 2 perempuan cantik yang ikut bersama mereka adalah sosok Roro Putri Srikandi dan Roro Ajeng. Rupanya Roro Ajengpun ikut dalam perjalanan kali ini. Selain rindu dengan Eyang Lanang dan Eyang Putri, Roro Ajeng berkeinginan untuk mampir ke Pulau Bintan bila Bintang jadi ke Pulau Batu Raja. Sudah lama juga Ajeng tidak bertemu dengan kakangnya, Gusti Prabu Anggoro Putro.Perjalanan menuju gunung bromo cukup jauh, tapi hal itu tidak menjadi halangan bagi kelimanya, karena memang kelimanya sudah terbiasa berkelana jauh. Bila tiba waktunya beristirahat untuk makan, kelimanya dapat makan dimana saja mereka berhenti, dihutan, diwarung ataupun dilembah. Begitu pula bila malam datang, dimanapun kelimanya berada, dan ingin bermalam, terkadang itu dihutan, di gunung maupun
GUNUNG BROMO adalah sebuah gunung merapi aktif yang berdiri kokoh, dari kejauhan sudah terlihat betapa perkasa dan kokohnya gunung bromo dipandangan mata, keperkasaan gunung bromo sudah menjadi gunjingan banyak orang. Hal ini dikarenakan sepasang suami istri maha sakti yang tinggal di gunung bromo. Eyang Mandalaksana atau yang lebih dikenal sebagai PERTAPA GUNUNG BROMO & Eyang Putri yang juga dikenal sebagai DEWI SELENDANG NAGA.Setelah menempuh perjalanan beberapa hari, Bintang dan rombongan akhirnya tiba dikaki gunung bromo dan tanpa banyak basa basi, kelimanya segera memacu kuda mereka menaiki puncak gunung bromo. Di sepanjang jalan menuju puncak gunung bromo, kelimanya banyak berpapasan dengan murid-murid Eyang Mandalaksana yang tersebar disepanjang kaki bukit gunung bromo, ada yang sedang berlatih ilmu kanuragan maupun sedang mencari kayu bakar. Bintang, Roro dan Ajeng sendiri t
Eyang Mandalaksana terlihat menarik nafas panjang, setelah membaca isi gulungan surat itu, dan ;“Dulu... aku memiliki tiga saudara seperguruan, 1 laki-laki dan 2 perempuan, yang laki-laki bernama Jayalaksana, yang perempuan bernama Mellya dan Ummi Ayu... oleh guru, kami diberikan kemampuan Titah Dewa, hanya saja ketiga saudara seperguruanku itu menggunakan Titah Dewa yang mereka miliki untuk diri mereka sendiri... ada satu pantangan bagi ilmu Titah Dewa yang apabila dilanggar, maka keampuhan Titah Dewa itu akan hilang... yaitu menggunakan Titah Dewa untuk diri sendiri” ucap Eyang Mandalaksana berhenti sejenak menceritakan tentang masa lalunya.“Apa yang mereka minta sehingga harus mengorbankan ilmu Titah Dewa itu eyang?” tanya Roro dengan tak sabar.“Mereka meminta keabadian dan awet muda” jawab Eyang Mandalaksana“Keabadian dan awet muda? apa itu mungkin eyan
“Tapi kali ini, kita yang akan memenangkan pertarungan ini Eyang... ada kanda Bintang dipihak kita” ucap Roro dengan penuh semangat.“Tidak! Eyang malah punya rencana lain” ucap Eyang Mandalaksana lagi hingga membuat yang lain penasaran mendengarnya. “Kita akan pergi memenuhi memenuhi undangan Jayalaksana sendiri-sendiri, Bintang akan pergi sendiri sebagai ketua dunia persilatan seperti undangan Jayalaksana”“Maksud Eyang, bagaimana?” tanya Roro tak mengerti.“Iya, Eyang ingin memberikan kejutan kepada Jayalaksana. Sementara disana biar kita tidak saling kenal mengenal denganmu, Bintang”“Terus dari pihak kita, apa Eyang sendiri yang akan bertarung?” tanya Roro“Tidak, kau dan Ajeng yang akan mewakili Eyang dalam pertarungan kali ini” ucap Eyang Mandalaksana tersenyum. “Eyang yakin, kalian berdua pasti mampu memenangkan pertarungan itu”“Kam
Ciaatttt!Sebuah teriakan penuh semangat terdengar dari bibir seorang perempuan berparas cantik jelita yang sedang berlatih ilmu kanuragan disebuah taman bunga yang sangat indah. Di sejauh mata memandang hanya hamparan taman bunga berbagai macam warna yang tumbuh ditempat itu, hanya saja disekitar tempat latihan perempuan berparas cantik itu terlihat berongga, taman bunga itu tumbuh melingkari tempat perempuan cantik itu berlatih. Tapi bila kita telisik lebih teliti, ada sedikit keanehan dengan tempat itu, cuaca terang yang meringkupi tempat itu bukan berasal dari cahaya matahari, karena tak ada matahari yang terlihat dilangit, karena memang tempat itu tidak ada didunia nyata, melainkan berada di dunia pikiran. Tak jauh dari perempuan cantik itu, tampak berdiri seorang lelaki tampan yang tengah memperhatikannya. Hanya ada satu orang yang kita ketahui didunia cerita silat Ksatria Pengembara ini yang bisa berlatih dengan metode latihan dipikiran, dia tak lain adalah Bi
Ajeng tersenyum mendengar ucapan Bintang, bahkan ; “Aoww!” Ajeng berteriak kaget saat tiba-tiba saja Bintang kembali menarik dirinya kedalam pelukannya.“Ihh... kanda... tubuh dindakan lagi keringatan” ucap Ajeng didalam pelukan Bintang yang merasa tak nyaman dengan keadaan dirinya.“Tidak apa-apa dinda... abisnya kanda senang meluk dinda” ucap Bintang mengulangi ucapannya seraya memeluk tubuh Ajeng semakin erat. Ajeng terseyum dan kedua-duanya saling memperat pelukan.“Dinda”“Iya kanda”“Kanda sudah melihat semua jurus-jurus yang dinda miliki. Kanda pikir, bisa mengajarkan beberapa kesaktian yang kanda miliki yang kanda rasa sangat cocok untuk dinda”Mendengar hal itu, Ajeng segera merenggangkan pelukannya dan menatap Bintang dengan penuh arti. Lalu berucap ; “Kanda ingin mengajarkan dinda kesaktian yang kanda miliki?”Bintang tak menjawab, tapi hany
“Sekarang, coba dinda perhatikan kanda, ya!”Bintang sudah berdiri 1 tombak dihadapan Roro Ajeng yang kini memperhatikan kearah Bintang dengan seksama.Bintang mengangkat tangan kanannya sejajar dengan dadanya, dan ;Plasshhh! Crrrriittttrrrr!Tiba-tiba saja diatas telapak tangan kanan Bintang keluar seberkas cahaya putih yang membentuk sebuah pusaran angin yang membentuk cakra yang berputar dengan cepat, mengeluarkan suara decitan keras. Ajeng yang saat melihat hal itu, kembali terpana dengan kedua mata membesar.“Ini.. Inikah ajian Cakra Buana itu kanda?” tanyanya takjub“Benar dinda. Ini baru salah satunya..” ucap Bintang seraya mengangkat telapak tangan kanannya keatas, semakin keatas pusaran angin yang membentuk cakra yang berputar itu terlihat semakin besar.“Semakin besar tenaga yang dikerahkan, maka akan semakin besar pusaran angin yang tercipta!” ucap Bintang seraya ter