GUNUNG BROMO adalah sebuah gunung merapi aktif yang berdiri kokoh, dari kejauhan sudah terlihat betapa perkasa dan kokohnya gunung bromo dipandangan mata, keperkasaan gunung bromo sudah menjadi gunjingan banyak orang. Hal ini dikarenakan sepasang suami istri maha sakti yang tinggal di gunung bromo. Eyang Mandalaksana atau yang lebih dikenal sebagai PERTAPA GUNUNG BROMO & Eyang Putri yang juga dikenal sebagai DEWI SELENDANG NAGA.
Setelah menempuh perjalanan beberapa hari, Bintang dan rombongan akhirnya tiba dikaki gunung bromo dan tanpa banyak basa basi, kelimanya segera memacu kuda mereka menaiki puncak gunung bromo. Di sepanjang jalan menuju puncak gunung bromo, kelimanya banyak berpapasan dengan murid-murid Eyang Mandalaksana yang tersebar disepanjang kaki bukit gunung bromo, ada yang sedang berlatih ilmu kanuragan maupun sedang mencari kayu bakar. Bintang, Roro dan Ajeng sendiri t
Eyang Mandalaksana terlihat menarik nafas panjang, setelah membaca isi gulungan surat itu, dan ;“Dulu... aku memiliki tiga saudara seperguruan, 1 laki-laki dan 2 perempuan, yang laki-laki bernama Jayalaksana, yang perempuan bernama Mellya dan Ummi Ayu... oleh guru, kami diberikan kemampuan Titah Dewa, hanya saja ketiga saudara seperguruanku itu menggunakan Titah Dewa yang mereka miliki untuk diri mereka sendiri... ada satu pantangan bagi ilmu Titah Dewa yang apabila dilanggar, maka keampuhan Titah Dewa itu akan hilang... yaitu menggunakan Titah Dewa untuk diri sendiri” ucap Eyang Mandalaksana berhenti sejenak menceritakan tentang masa lalunya.“Apa yang mereka minta sehingga harus mengorbankan ilmu Titah Dewa itu eyang?” tanya Roro dengan tak sabar.“Mereka meminta keabadian dan awet muda” jawab Eyang Mandalaksana“Keabadian dan awet muda? apa itu mungkin eyan
“Tapi kali ini, kita yang akan memenangkan pertarungan ini Eyang... ada kanda Bintang dipihak kita” ucap Roro dengan penuh semangat.“Tidak! Eyang malah punya rencana lain” ucap Eyang Mandalaksana lagi hingga membuat yang lain penasaran mendengarnya. “Kita akan pergi memenuhi memenuhi undangan Jayalaksana sendiri-sendiri, Bintang akan pergi sendiri sebagai ketua dunia persilatan seperti undangan Jayalaksana”“Maksud Eyang, bagaimana?” tanya Roro tak mengerti.“Iya, Eyang ingin memberikan kejutan kepada Jayalaksana. Sementara disana biar kita tidak saling kenal mengenal denganmu, Bintang”“Terus dari pihak kita, apa Eyang sendiri yang akan bertarung?” tanya Roro“Tidak, kau dan Ajeng yang akan mewakili Eyang dalam pertarungan kali ini” ucap Eyang Mandalaksana tersenyum. “Eyang yakin, kalian berdua pasti mampu memenangkan pertarungan itu”“Kam
Ciaatttt!Sebuah teriakan penuh semangat terdengar dari bibir seorang perempuan berparas cantik jelita yang sedang berlatih ilmu kanuragan disebuah taman bunga yang sangat indah. Di sejauh mata memandang hanya hamparan taman bunga berbagai macam warna yang tumbuh ditempat itu, hanya saja disekitar tempat latihan perempuan berparas cantik itu terlihat berongga, taman bunga itu tumbuh melingkari tempat perempuan cantik itu berlatih. Tapi bila kita telisik lebih teliti, ada sedikit keanehan dengan tempat itu, cuaca terang yang meringkupi tempat itu bukan berasal dari cahaya matahari, karena tak ada matahari yang terlihat dilangit, karena memang tempat itu tidak ada didunia nyata, melainkan berada di dunia pikiran. Tak jauh dari perempuan cantik itu, tampak berdiri seorang lelaki tampan yang tengah memperhatikannya. Hanya ada satu orang yang kita ketahui didunia cerita silat Ksatria Pengembara ini yang bisa berlatih dengan metode latihan dipikiran, dia tak lain adalah Bi
Ajeng tersenyum mendengar ucapan Bintang, bahkan ; “Aoww!” Ajeng berteriak kaget saat tiba-tiba saja Bintang kembali menarik dirinya kedalam pelukannya.“Ihh... kanda... tubuh dindakan lagi keringatan” ucap Ajeng didalam pelukan Bintang yang merasa tak nyaman dengan keadaan dirinya.“Tidak apa-apa dinda... abisnya kanda senang meluk dinda” ucap Bintang mengulangi ucapannya seraya memeluk tubuh Ajeng semakin erat. Ajeng terseyum dan kedua-duanya saling memperat pelukan.“Dinda”“Iya kanda”“Kanda sudah melihat semua jurus-jurus yang dinda miliki. Kanda pikir, bisa mengajarkan beberapa kesaktian yang kanda miliki yang kanda rasa sangat cocok untuk dinda”Mendengar hal itu, Ajeng segera merenggangkan pelukannya dan menatap Bintang dengan penuh arti. Lalu berucap ; “Kanda ingin mengajarkan dinda kesaktian yang kanda miliki?”Bintang tak menjawab, tapi hany
“Sekarang, coba dinda perhatikan kanda, ya!”Bintang sudah berdiri 1 tombak dihadapan Roro Ajeng yang kini memperhatikan kearah Bintang dengan seksama.Bintang mengangkat tangan kanannya sejajar dengan dadanya, dan ;Plasshhh! Crrrriittttrrrr!Tiba-tiba saja diatas telapak tangan kanan Bintang keluar seberkas cahaya putih yang membentuk sebuah pusaran angin yang membentuk cakra yang berputar dengan cepat, mengeluarkan suara decitan keras. Ajeng yang saat melihat hal itu, kembali terpana dengan kedua mata membesar.“Ini.. Inikah ajian Cakra Buana itu kanda?” tanyanya takjub“Benar dinda. Ini baru salah satunya..” ucap Bintang seraya mengangkat telapak tangan kanannya keatas, semakin keatas pusaran angin yang membentuk cakra yang berputar itu terlihat semakin besar.“Semakin besar tenaga yang dikerahkan, maka akan semakin besar pusaran angin yang tercipta!” ucap Bintang seraya ter
“Kakang Sabdo Loro, ada rombongan yang datang!” lapor salah seorang murid perguruannya. Lelaki berwajah penuh kharisma yang dipanggil dengan sebutan Sabdo Loro ini segera bangkit berdiri dan berkata ;“Siapa?”“Sepertinya rombongan mahaguru mellya, dari Padepokan Dewi Kayangan kakang” ucap murid perguruannya itu lagi.“Ayo kita sambut mereka” ucap Sabdo Loro dengan mantap. Bersama 10 orang murid perguruannya, Sabdo Loro kemudian beranjak utara dan menunggu rombongan yang dimaksud tiba. Dari kejauhan terlihat serombongan orang bercaping bambu tengah berjalan kearah mereka.Berjarak 6 tombak dari orang-orang Sabdo Loro, harum semerbak sudah tercium santer ditempat itu, harum semerbak yang cukup memabukkan bagi semua laki-laki yang berada dipihak Sabdo Loro.Sementara itu rombongan bercaping yang jumlahnya ada 13 orang itu kini sudah berada dihadapan Sabdo Loro. Ke-13 sosok yang diyakini adalah
“Akkhh!” tiba-tiba saja salah seorang anak buah Sabdo Loro yang ada dibelakang berteriak keras seraya jatuh berlutut kepasir pantai yang ada dibawahnya, hal ini tentu saja menjadi perhatian semua orang-orang Sabdo Loro dan saat mereka melihat teman mereka yang kini sudah jatuh berlutut diatas pasir tampak mengeluarkan darah dari ke-4 panca indranya, mata, hidung, telinga dan mulut. Sabdo Loro segera dapat menebak kalau salah seorang anak buahnya itu telah berani menatap kearah mata Mahaguru Mellya, sehingga terkena pengaruh dari ilmu kesaktian kembang perawan.Belum lagi Sabdo Loro ingin bertindak menolong.Wesshhh!!!Salah seorang perempuan yang ada disebelah kanan Mahaguru Mellya tampak mengibaskan tangannya kearah anak buah Sabdo Loro yang berlutut dipasir, dari kibasan tangan Mahaguru Mellya, seberkas cahaya kuning lembayung melesat menghampar dan menghantam telak sosok anak Sabdo Loro yang berlutut diatas pasir itu. Begitu terkena sinar kuning lembayung itu, anak buah Sabdo Loro
“Ayo kita sambut mereka!” ucap Sabdo Loro seraya melangkah kedepan, para anak buahnyapun ikut melangkah kedepan.Rombongan berkuda yang bila dihitung jumlahnya adalah 13 orang itupun terlihat semuanya adalah perempuan, ini terlihat jelas dari sosok dan penampilan mereka, mengenakan pakaian merah yang sangat anggun terlihat dari kejauhan, tak menunggu lama, ke-13 orang rombongan itu kini sudah tiba dihadapan Sabdo Loro dan anak buahnya. Merekapun tampak mengenakan caping bercadar yang menutupi kepala mereka.“Selamat datang Mahaguru Ummi Ayu” ucap Sabdo Loro seraya menjura hormat diikuti oleh anak buahnya yang lain.Sosok-sosok perempuan yang ada diatas kuda tampak segera melepas caping cadar yang mereka kenakan, inilah yang sangat ditunggu-tunggu oleh anak buah Sabdo Loro, berharap dapat melihat wajah-wajah cantik jelita dibalik caping bercadar itu. Tapi mereka langsung kecewa...Karena ternyata, wajah-wajah yang ada dibalik caping tirai tersebut, masih ditutupi oleh sebuah cadar mera