“Kau pikir aku akan gentar jika kau sudah cabut pedang begitu? Hmmm! Pedang untuk tebang pohon saja belum tentu bisa dipakai untuk menyerangku?!" Jagal Bawoh mencibir. Aria Amante menahan diri untuk tidak murka dengan melakukan gerakan gegabah.
“Kalau kau tak takut dengan pedangku mengapa kau melangkah mundur, Jagal Bawoh?!" kata Aria Amante.
“Aku mencari tempat untuk menyerangmu!" Jawab Jagal Bawoh. Pada saat Jagal Bawoh bicara begitu sambil melayangkan pandang kepada Aria Amante, tiba-tiba Gincu Perawan melepaskan pukulan tenaga dalam yang keluarnya dari jari tengah tangan kanan.
Zuuttt! sinar warna Hijau yang keluar itu, dan telak menghantam punggung Jagal Bawoh.
Zrappp!
“Aahg!" Jagal Bawoh mendelik dengan wajah menegang karena kaget dan tubuhnya melengkung ke depan, ia mulai merasakan panas di telapak kakinya, lalu menjalar panas di betisnya dan terus bergerak sampai di lututnya.
Cepat-cepat Jagal Bawoh menekan na
"Setan Alas!" rutuk Jagal Bawoh setelah tahu siapa penghadangnya. Orang yang dimakinya itu sunggingkan senyum tipis, dingin.“Kita ketemu lagi, Jagal Bawoh!" ucapnya kalem.“Aku sudah muak bertemu denganmu!" ketus Jagal Bawoh dengan mulut bersungut-sungut dan makin jengkel kepada tangannya yang belum bisa digerakkan itu.“Kau benar, Jagal Bawoh! Kau mestinya memang muak bertemu denganku, karena aku pun muak bertemu denganmu! Tapi kali ini pertemuan kita adalah pertemuan terakhir! Tak ada lagi pertemuan berikutnya, karena aku akan mengirim nyawamu ke neraka sekarang juga!""Hmmm! Boleh saja kau bermulut besar, tapi nyalimu sebenarnya tak ada seujung kuku! Berapa kali kau bertarung denganku dan selalu melarikan diri?!"“Kali ini kau yang akan melarikan diri. Bahkan nyawamu yang akan lari terbirit-birit melihat pedangku!""Bocah setan! Seranglah aku bila kau mampu!" tantang Jagal Bawoh.Dan, pemuda tampan itu sege
Wungngng... ! Begitu cepat, begitu rapat hampir menyentuh telinga Jagal Bawoh, sehingga angin pedang itu menimbulkan dengung yang memekakkan telinga.Jagal Bawoh menggulingkan badan, kemudian kakinya menyentak ke atas dengan penuh gelombang tenaga dalam yang dilepaskan lewat telapak kaki itu.Wusssh! Crasss!Pedang Gigih menebas mengenai sinar putih yang melesat dari telapak kaki itu. Benturan sinar pedang timbulkan letupan api yang memercik ke kaki Jagal Bawoh sendiri. Kaki itu kepanasan dan Jagal Bawoh cepat singkirkan kakinya dalam gerak memutar sambil pinggangnya dipakai menyentak dan tubuhnya pun melenting di udara tak begitu tinggi.Jlegg! Ia kembali berdiri dengan kedua kaki yang kokoh tegap. Tapi tangan tetap seperti monyet yang tak mampu menggaruk kepalanya sendiri."Jurus pedang pembuka!" kata Gigih Tampan sambil sunggingkan senyum meremehkan, ia tampak lebih kalem dari biasanya. Jagal Bawoh diam-diam dibuat grogi oleh kekaleman sikap ber
Jlegg... !Tiba-tiba seseorang telah berada di belakang Jagal Bawoh. Cepat-cepat Jagal Bawoh palingkan wajah, dan ia terperangah kaget melihat seorang perempuan cantik berdiri di belakangnya mengenakan jubah jingga dan pakaian sebatas dada warna biru tua berias benang perak. Rambutnya disanggul indah, lehernya dengan kalung batuan putih bagai barisan berlian mewah. Perempuan cantik berhidung mancung tapi bermata tajam itu tak lain adalah Dewi Asmara Darah."Tak kuizinkan dia mengganggumu lagi, Jagal Bawoh!" ucapnya penuh kesan wibawa walau bernada merayu."Sebenarnya kau tak perlu menghajarnya begitu, Asmara Darah! Aku masih sanggup mempercepat kematiannya! Cuma, aku tadi sedikit main-main dulu dengan jurus pedangnya itu!"Jagal Bawoh melangkahkan kaki mendekati Dewi Asmara Darah. Senyum Dewi hanya separo saja. Karena ia merasa heran melihat tangan Jagal Bawoh tetap di atas kepala dan di depan dada.“Ada apa dengan tanganmu?"“Ar
Kali ini bibir Dewi Asmara Darah sunggingkan senyum meremehkan Jagal Bawoh. Makin malu Jagal Bawoh melihat senyum keremehan seperti itu. Makin geram ia pada Aria Amante. Tapi ia segera sadar bahwa ia tidak hanya bisa menggeram menahan amarah saja. Ia harus melepaskan kemarahannya kepada Aria Amante. Namun ia butuh bantuan Dewi Asmara Darah untuk melepaskan totokan pada jalur darah kedua tangannya itu.“Asmara Darah, kumohon kau mau melepaskan totokan ini, supaya Pusaka Pedang Merah bisa cepat kudapatkan dan kuserahkan padamu, seperti aku menyerahkan kitab pusaka itu!"Dewi Asmara Darah masih sunggingkan senyum sinis berkesan meremehkan. Tapi matanya masih tetap pandangi kedua tangan Jagal Bawoh.Wusss!Tiba-tiba kedua tangan Jagal Bawoh jatuh lemas. Rupanya Dewi Asmara Darah sudah melepaskan pengaruh totokan itu melalui pandangan mata yang mempunyai kekuatan dahsyat itu. Jagal Bawoh menghembuskan napas lega dan menggerak-gerakkan tangannya
Dewi Asmara Darah cepat mengikuti kepergian Jagal Bawoh. Tak disadarinya, Gigih Tampan yang belum mati hanya dalam keadaan parah itu, telah mendengar suara percakapan mereka tadi. Ia tahu apa yang akan dilakukan oleh Jagal Bawoh dan Dewi Asmara Darah.Sambil menahan luka berat, Gigih Tampan berusaha untuk bangkit dan berdiri berpegangan batang pohon. Hatinya mulai membatin, "Tak mungkin kususul sekarang juga, keadaanku sangat parah! Aku harus pulang temui Guru dan menceritakan tentang Pedang Merah itu. Pasti Guru tahu apa dan bagaimana pedang pusaka tersebut! Jika memungkinkan, aku mau merebut pedang pusaka itu dari tangan Jagal Bawoh, bukan untuk kuserahkan kepada Dewi Asmara Darah, tapi untuk kumiliki sendiri! Dewi Asmara Darah ternyata racun dalam hidupku!"Geram sekali Gigih Tampan setelah menyadari bahwa ternyata Dewi Asmara Darah memang ada hubungan dongan Jagal Bawoh. Selama ini, Gigih Tampan tidak menduga bahwa rayuan Dewi Asmara Darah hanya racun bagi hidupnya
Tetapi jauh sebelum Aria Amante mendapat tugas menghancurkan batu lentera penyebar penyakit di Bukit Tengkorak, Begawan Mega Merah pernah berkata, bahwa kelak apa pun yang terjadi, Aria Amante harus mempertahankan kuil itu dan melindungi dari jamahan tangan-tangan sesat.Tak boleh ada yang merusak kuil itu, tak boleh ada yang masuk ke ruang cipta hening, sampai suatu saat nanti kuil itu akan lenyap dengan sendirinya, dan Aria Amante akan menerima titisan ilmu dari semua ilmu yang dimiliki Begawan Mega Merah.Aria Amante mematuhi tugas sebagai juru kunci Kuil Mega Merah sejak kematian gurunya. Sampai suatu saat, ia melihat seorang perempuan yang terdesak dengan luka berdarahnya dari serangan dua orang lelaki tak dikenal oleh Aria Amante. Merasa iba melihat nasib gadis itu, Aria Amante cepat ambil tindakan selamatkan gadis itu. Ilmu pengobatan dari gurunya digunakan, dan gadis itu selamat dari maut yang nyaris merenggut nyawanya. Gadis itulah yang kemud
Aria Amante hanya sunggingkan senyum berlesung pipit itu, kemudian ia ucapkan kata, "Lelaki bukan jaminan pengisi hati yang damai! Lelaki kadang menghadirkan sejuta keresahan di hati, dan menjadi sang penyiksa jiwa! Rasa-rasanya belum waktunya aku berurusan dengan masalah hati lelaki.""Hi hi hi!" Gincu Perawan tertawa. Bodoh amat kau! Lelaki memang bukan jaminan pengisi hati yang damai, tapi lelaki bisa kita jadikan alat hiburan! Jangan jadikan lelaki pengisi hati, bisa ngelunjak dia, Aria ! Hi hi hi! Hidup seperti aku inilah contoh hidup yang tak pernah merasa disiksa jiwanya oleh lelaki, melainkan dipuasi batinnya oleh kelemahan lelaki yang bisa kupermainkan kapan saja! Nyawa lelakipun bisa kupermainkan dengan sekehendak hatiku! Hi hi hi!"Hanya senyum yang ada di wajah Aria Amante kala itu. Langkah kakinya pelan mengikuti irama langkah kaki Gincu Perawan. Hanya langkah kaki itu yang bisa didampingi dan diikuti, tapi cara hidup dan jiwa liar dari Gincu Pera
Gincu Perawan tersenyum tipis, lalu melanjutkan langkahnya sambil ucapkan kata, “Apakah kau tak berhasrat memiliki Pusaka Pedang Merah?"“Aku tidak berani punya hasrat seperti itu!" jawab Aria Amante jujur. Karena dia memang perempuan yang polos dan menyukai kejujuran.“Kalau kau memiliki Pedang Merah, kau akan menjadi orang sakti yang sulit ditumbangkan. Mungkin pula tak ada tandingannya!"“Apakah begitu sifat orang yang memiliki Pusaka Pedang Merah?" Aria Amante justru merasa heran dengan penjelasan Gincu Perawan. Karena menurut pendapatnya, jika benar apa yang dikatakan Gincu Perawan, lantas mengapa sang Begawan Mega Merah mati di tangan orang? Bukankah Begawan Mega Merah dikenal sebagai pemilik Pusaka Pedang Merah?"Mendiang guruku sendiri pernah menceritakan hal itu padaku, dan ia kagum dengan kesaktian dan kehebatan yang dimiliki Pedang Merah! Tetapi ia juga mengatakan, tak ada orang yang bisa mencu