Adriana bergegas menyelam ke dasar danau. Di dasar danau, tekanan air lumayan besar. Dan itu dirasakan oleh Adriana. Adriana yakin dengan kemampuan duyungnya akan bertahan di dalam air, tentu saja dalam hal ini hawa tenaga dalam yang dimiliki Adriana sangat berperan serta.
Sepeminuman teh lamanya mereka berdua hanya duduk-duduk saja tanpa melakukan gerakan apa pun!
Adriana memandang tajam seraut wajah tampan Bintang, lalu dengan curi-curi pandang menatap area bawah milik Bintang yang duduk di depannya. Selebar mukanya panas dan beberapa segelembung udara keluar tanpa sengaja saat ia membuka mulut.Blubb!
"Sial! Kak Bintang benar-benar membuat perasaanku jadi tidak karuan," pikirnya sambil mengatur hawa dalam tubuhnya.
Sementara itu Bintang tenang-tenang saja, dengan mutiara naga yang dimilikinya, Bintang seperti berada didaratan saja, karena ia menggunakan napas pori-pori kulitnya.
Tiga peminuman teh telah berlalu. Pertandingan menyel
Sesaat Bintang melakukan sesuatu dengan kedua bibirnya di bawah sana, sontak Adriana mengerang lirih dan merenggangkan lagi kedua belah pahanya. Ia ingin membuka diri selebar mungkin, karena rasanya ada sesuatu di dalam sana yang memerlukan sentuhan lembut tetapi cepat. Adriana menggeliat sambil bertahan agar tidak merosot turun dari batu yang kini diduduki pantatnya!Suatu saat Bintang mengambil napas segar ke permukaan air. Mengambil nafas dalam-dalam sebelum tenggelam lagi didorong lembut tetapi setengah memaksa oleh bidadari cantik yang sedang bertahta di atas batu dalam air. Gerakannya semakin cepat dan semakin tangkas. Dan Adriana merasakan titik puncak birahi datang secepat kilat. Tubuhnya menegang-meregang, lalu bergeletar kecil dan berkali-kali.“Oooh!" jeritnya sambil memejamkan mata erat-erat. Ia tidak mau terbangun dari mimpi indah ini!Sentakan-sentakan nikmat memenuhi sekujur tubuh Adriana berputar dalam hitungan delapan, sembilan atau mungkin
Plukk!Ciuman Bintang terlepas, bergerak turun menyusuri leher, terus turun ke pundak, bermain sebentar di gundukan daging kenyal yang tegak menantang, kemudian menyambar cepat pada ujung-ujung bukit yang coklat kemerahan.“Oooh ... " keluh Adriana. “Kak Bintang benar-benar hebat! Benar-benar perkasa!"Setelah selesai dengan yang kiri, Bintang berpindah posisi ke yang kanan, sedang tangan kiri yang bebas segera meluncur dan meremas, memilin bagian satunya, dada bulat menggairahkan!"Lebih cepat..." desah Adriana. “Ahhhhh...!"Rupanya Adriana mendambakan gerakan-gerakan cepat mengagetkan. Hunjaman dalam hingga mampu membentur-bentur apa saja yang ada di dalam sana, kalau perlu tikaman tak kenal ampun.“Ka... k... " nama itu terlompat dari mulutnya yang terbuka terengah-engah. Adriana sampailah sudah pada awal untaian kenikmatan kecil yang nikmat itu. Ia pejamkan mata erat-erat, berkonsentrasi pada luar-dalam yang terpanc
Bersamaan dengan itu pula, sebentuk denyutan cepat bergerak pada dinding-dinding gua, menjalar cepat menuju ke ujung. Dan akhirnya ...Jrass ... !Sebentuk cairan panas menggelegak tersembur keluar diiringi dengan sentakan keras area bawah hingga melesak ke dalam, menekan erat bagian terujung dari dinding dalam area terlarangnya. Dan bersamaan dengan itu pula, Adriana mengalami hal yang sama.Serr ... !Cairan birahi memancar kuat, bertemu dengan lahar panas di dalam. Saling sembur dan saling semprot!Jika tubuh Bintang menegang sambil mendekat erat punggung Adriana hingga dada padat Adriana menempel erat dada bidang Bintang yang membuat area bawahnya semakin dalam menekan ke liang surga terujung, lain halnya dengan Adriana. Tubuhnya melengkung indah ke depan dengan kepala mendongak ke belakang memperlihatkan sebentuk leher jenjang serta sepasang tangan melingkar kuat ke pinggang Bintang, seakan dengan begitu, ia bisa memperdalam hunjaman area bawah
MALAM DATANG. Di tepi danau, terlihat sebuah gubuk yang tidak terlalu besar. Di dalamnya tampak 4 nyala api kecil yang terletak dimasing-masing 4 sudut gubuk tersebut, sebelumnya tidak ada satupun gubuk yang berada didekat danau kaca tersebut, tapi dengan kemampuan Purana Awatara, Adriana merubah wujud sebuah batu besar menjadi gubuk. Di dalamnya hanya ada sebuah ranjang dimana diatasnya terlihat sosok Bintang dan Adriana yang tengah berbaring manja dengan merebahkan dirinya diatas dada Bintang.Bintang sendiri tampak mengamati keadaan didalam gubuk tersebut.“Hebat sekali kau sekarang Adriana, ilmu Purna Watara mu sudah begitu sempurna” ucap Bintang mengagumi kemampuan Adriana yang mampu merubah batu besar menjadi sebuah gubuk.“Purana Awatara kak,” ulang Adriana tersenyum mendengar Bintang selalu salah menyebutkan nama Purana Awatara.“Iya, seperti itulah pokoknya” kata Bintang tert
“Oh ya, Aku ingin tanya satu hal padamu?" tanya Bintang sambil melepas pagutan mautnya.Adriana hanya mendesah saja, “Apa yang ingin kakak tanyakan ?"“Kenapa sekarang kau memanggilku, kakak?”“Aaaah.. kakak !" seru Adriana sambil memukul-mukul pelan dada Bintang. Apalagi jika bukan pukulan mesra."Memangnya kakak tidak suka?""Tentu saja suka dan ingin sekali." sahut Bintang sambil menangkap dua tangan mulus yang kini menempel di dada bidangnya. “Apakah kau benar-benar mencintaiku?" tanya Bintang tiba-tiba. Pertanyaan yang mendadak itu langsung membuat selebar pipi Adriana merah merona. Gadis itu hanya mengangguk pelan."Sejak kapan?" tanya Bintang sambil memandang lekat mata bening biru didepannya.Dengan muka semakin menunduk karena malu, ia berkata, "Sejak kakak menyelamatkan diriku dari sergapan ikan gajah waktu itu. Mulai saat itu aku sudah berjanji dalam hatiku bahwa aku akan mengabdikan diri
Sosok mahkluk besar terlihat membayang di dalam pilar yang meninggi dan …Byarrr!Hancur meluruh bersamaan dengan luruhnya air.Crakk! Crass!Sebentuk gelombang besar tercipta kala luruhan air menyentuh permukaan air bahkan batu yang menjadi tempat jejakan Adriana sempat bergoyang beberapa waktu saat terhantam riak gelombang air danau, namun tidak lama kemudian, air danau tenang kembali.Di atas sana, terlihat satu sosok tubuh bertelanjang dada dengan posisi berdiri tegak lurus di udara. Lalu perlahan, ia berjalan-melayang turun mendekati Adriana. Sekilas saja, bisa diketahui betapa sempurnanya ilmu peringan tubuh yang dimiliki Bintang.Tap!Tepat berdiri kokoh di depan sosok cantik yang terlihat menawan dengan aliran keringat yang membasah.“Bagaimana?” sapanya setelah beberapa lama.“Eh… oh… apa…?” kata Adriana tergugu.Ditariknya hidung mancung Adriana dengan ge
”Sekarang giliranku menyerang,” ucap Bintang santai.Adriana bingung.”Dua tangan dan dua kaki sudah mengunci ruang gerakku. Dengan apa kakak akan menyerangku? Pakai kepala !?””Ya... pake tangan ketiga, dong!” sahut Bintang santai.”Tangan ketiga?” ucap Adriana, bingung. “Mana?””Lha ini ... ”Bintang segera mendorongkan bawah perutnya ke depan.Slepp!“Aaahhh... ” desis Adriana. “Kakak... curang...!”Adriana baru ingat, kalau bagian bawahnya sekarang ini bebas merdeka alias tidak pakai apa-apa sebagai penutupnya. Jadi serangan ’tangan ketiga’ alias area bawah Bintang dengan sukses langsung menembus gerbang liang surga yang sudah terkuak karena salah satu kaki Adriana tertahan bahu kiri Bintang. Seperempat bagian dari area bawah Bintang sudah masuk ke dalam dengan sukses.“Ihh... Kakak ini, pagi-pagi ud
Wajahnya tampak kembali memerah-muda, matanya penuh sinar gairah sekaligus kelembutan, terbuka menatap mata Bintang tanpa berkejap. Bibirnya yang basah kini agak terbuka, dan nafasnya mulai memburu. Kedua bukit kenyal tegak menjulang di dadanya, berguncang-guncang sedikit seirama gerakan tubuh pemiliknya.“Ohhhh...“ Adriana mendesah, dan tangannya berteletekan keras di dada Bintang yang bidang, bertopang mencari penguatan di sana. Gerakannya semakin cepat, tetapi ia juga terkadang berhenti manakala ia memutar pinggulnya selagi area bawah Bintang terbenam dalam-dalam meski tidak bisa penuh. Bagaimana pun juga, senjata pusaka Bintang memang lain dari pada yang lain.Pada saat seperti itu, Adriana memejamkan mata erat-erat, dan merintih-rintih nikmat dan Bintang merasakan denyut-denyut halus di bawah sana, di sepanjang batang-kenyal-pejal yang semakin lama semakin tegang saja.Lalu ia bergerak turun-naik lagi. Membuka matanya lagi, yang kini mulai mered