“Aku ingin kau menjadi mata-mata bagi Wijayanagara” ucap Adriana lagi. Kali ini Rahib Mi Tee terlihat terdiam mendengar hal itu, hingga ;
“Baik, hamba bersedia dewi” ucap Rahib Mi Tee akhirnya, hingga terlihat Adriana menarik nafas lega mendengar hal itu. Sejenak Adriana mengalihkan pandangannya kembali kearah Bintang. Rahib Mi Tee yang melihat hal itu ikut mengarahkan pandangannya kearah Bintang.
“Maaf dewi, bolehkah saya bertanya?”
“Silahkan”
“Sebenarnya ada hubungan apa dewi dengannya?” tanya Rahib Mi Tee lagi.
“Memangnya kenapa?”
“Tadi dewi mengatakan kalau dia adalah kekasih, tapi dia mengatakan sahabat” ucap Rahib Mi Tee bingung. Adriana terdiam mendengar hal itu.
“Itu bukan urusanmu rahib” ucap Adriana akhirnya hingga membuat Rahib Mi Tee terdiam.
Keduanya berhenti berbicara saat melihat sosok Bintang telah membuka kedua matan
HARI sudah menjelang sore saat Bintang melangkahkan kakinya menaiki sebuah bukit, dari informasi yang diberikan oleh Adriana, bukit yang saat ini menjadi tempat tujuan Bintang merupakan perbatasan Kesultanan Bijapur dan Kesultanan Ahmadnagar. Bintang berniat untuk bermalam diatas bukit itu sekalian mengamati situasi. Tak perlu menunggu lama bagi Bintang untuk tiba dipuncak bukit terjal itu, sejenak Bintang memperhatikan keadaan dari atas bukit, benar apa yang dikatakan oleh Adriana, dari kejauhan Bintang dapat melihat Kesultanan Bijapur dan Kesultanan Ahmadnagar dari arah yang berbeda.Kesultanan Ahmadnagar, jaraknya masih sangat jauh dari bukit dimana tempat Bintang berada saat ini, tapi Bintang tetap ingin mencoba untuk melihatnya dengan ajian mata dewanya. Maka ajian mata dewapun dikerahkan. Walau masih bisa melihat cukup jelas, tapi karena banyak bangunan-bangunan tinggi dikotaraja Kesultanan Ahmadnagar, Bintang hanya bisa melihat bangunan-bangunan terse
Puncak pertarungan keduanya, ledakan beruntun dan dahsyat terjadi dipuncak bukit tersebut hingga membuat bukit itu bergetar dengan hebat. Baik sosok wanita berpakaian putih maupun wanita berpakaian keemasan terlihat sama-sama melompat mundur dan keduanya terlihat sama-sama melempar senyum.“Lama tidak bertemu, ternyata kemampuanmu masih segitu-gitu aja, Jenna” ucap wanita berpakaian putih.“Hik hik hik..! kau sendiri juga begitu Anvesh. Tidak ada kemajuan sama sekali” balas wanita berpakaian keemasan tertawa ringan.Anvesh dan Jenna, tentu kita sudah mengenal kedua nama ini, karena memang keduanya adalah Ratu Neraka Es dan Ratu Neraka Api.Keduanya kemudian terlihat mengambil duduk berdekatan disebuah pohon tumbang yang ada diantara mereka.“Apa kabarmu, Anvesh?”“Seperti yang kau lihat, Jenna”Keduanya kemudian terlihat sama-sama menatap kedepan, sebuah pemandangan luas terhampar dihada
Kedua-duanya terus berbicara panjang lebar malam itu dipuncak bukit, hingga keduanya saling bertukar informasi yang telah mereka dapat dimasing-masing kesultanan tempat keduanya berada. Anvesh berada di Kesultanan Ahmadnagar sedangkan Jenna berada di Kesultanan Bijapur.Sepertiga malam, keduanya akhirnya pergi meninggalkan bukit itu dengan arah yang berbeda. Sepeninggal keduanya.Bluub! Pashh!Asap hitam berbuntal-buntal keluar dari sebatang pohon. Dan saat asap hitam itu sirna, sesosok tubuh menjelma. Sosok Bintang.“Ternyata memang ada gunanya juga ilmu perubahan wujud ini” batin Bintang yang rupanya telah menggunakan Ilmu Purana Awatara yang telah diajarkan oleh Adriana padanya.Bintang terlihat tercenung mengingat semua percakapan Ratu Neraka Es dan Ratu Neraka Api tadi. Kini Bintang semakin yakin, Kesultanan Ahmadnagar yang menjadi dalang dari semua kejadian yang selama ini terjadi. Sejenak Bintang menatap kearah Kesultana
MALAM MULAI LARUT, jalanan kotarajapun mulai terlihat sepi, hanya serombongan prajurit yang tampak berjalan hilir mudik seperti tengah melakukan ronda, beberapa pendekar juga terlihat masih nongkrong dibeberapa rumah makan yang masih buka dikotaraja malam itu.Serrr...Sebuah bayangan biru merah gelap berkelebat cepat diantara keremangan malam, menyelinap dari satu bangunan ke bangunan yang lain, sosok ini selain gerakannya cepat dan ringan, pakaian biru merah gelap yang digunakannya juga sangat membantu menyamarkan dirinya dikegelapan malam, sehingga tidak seorangpun yang tau ada kelebatan biru merah yang berkelebat dari atap satu bangunan ke atap bangunan yang lain. Saat dirasa tidak aman, sesekali sosok biru merah ini berhenti dan menyamarkan dirinya dalam kegelapan, agar keberadaan dirinya tidak diketahui oleh orang lain.Setelah beberapa lama berkelebat dari satu atap ke atap yang lain, akhirnya sosok ini berhenti tepat disalah satu atap bangunan yang cukup
Malam terus berjalan semakin larut, Bintang yang tadi awalnya berjongkok dengan mengawasi keadaan sekitar, akhirnya duduk karena terlalu lama menunggu kesempatan datang, rupanya pendekar kita ini juga tak mampu melawan rasa lelah karena berjongkok terlalu lama.“Sial! mau sampai kapan aku menunggu disini” batin Bintang menggerutu sendiri karena tak memiliki kesempatan untuk mendekati pilar menara.“Apakah aman jika aku menggunakan ajian kelana sukmaku disini” batin Bintang lagi seraya terus mengamati keadaan disekitarnya. Bintang juga khawatir bila menggunakan ajian kelana sukmanya, raganya tidak akan aman bila berada ditempat itu, tapi Bintangpun tak mungkin menunggu selamanya ditempat itu, sementara di ufuk timur, dalam beberapa waktu kedepan kemungkinan matahari akan segera menampakkan sinarnya.Bintang memang tak ingin berlama-lama di Kesultanan Ahmadnagar, apalagi bila sampai harus mengikuti uji kanuragan Kesultanan
Bintang menyelinap masuk kedalam kamarnya, kebetulan Bintang menyewa kamar dilantai 2 sehingga tak banyak yang tau bila Bintang keluar dan masuk lewat jendela kamarnya.Begitu berada didalam kamarnya, topeng merah yang Bintang kenakan menghilang, sedangkan pakaian ninja yang Bintang kenakan tampak berubah menjadi pakaian yang biasa Bintang pergunakan, yaitu pakaian merah dengan jubah birunya. Rupanya Bintang menggunakan ilmu jurus perubahannya untuk merubah sosoknya menjadi seorang ninja.Begitu sudah kembali kedalam wujud semulanya, Bintang segera bergerak menutup jendela kamarnya dan berbalik, tapi gerakan Bintang langsung terhenti, kedua mata Bintang terlihat membesar, diatas peraduan tampak sesosok tubuh tengah setengah berbaring menatap kearahnya. Sosok cantik jelita yang Bintang kenali sebagai ;“Adriana..!” ucap Bintang yang sangat kaget dengan kehadiran Adriana didalam kamarnya.“Kemarilah kak.. duduk disini!” ucap Adriana
“Tidak.. Aku tidak mungkin salah, saat aku menyentuh tuan tadi, aku dapat merasakan nadi dewa didalam diri tuan” ucap Dewi Awatara lagi. Kali ini Bintang terdiam karena memang tak bisa menyangkal lagi. “Dan nadi dewa didalam diri tuan bukan nadi dewa sembarangan, ini adalah nadi dewa tingkat atas dijajaran para dewa” sambung Dewi Awatara lagi sehingga semakin membuat Bintang terdiam.“Saat ini umurku sudah ribuan tahun, tapi nadi dewa milik tuan berasal dari jutaan tahun yang lalu... ini berarti umur tuan jauh berada diatasku” ucap Awatara lagi. Walau sebenarnya Bintang bisa saja membantah mengenai hal itu, tapi Bintang tetap diam saja mendengarkannya.“Siapa sebenarnya tuan ini?” tanya Dewi Awatara.“Siapa sebenarnya aku, itu tidak penting, aku disini karena aku memiliki tugas untuk menjaga perdamaian dunia”“Menjaga dari siapa?” tanya Dew
“Benar.. Iblis Langit telah hidup kembali dan sudah tugasku untuk melenyapkan Iblis Langit untuk selama-lamanya” ucap Bintang.Dewi Awatara terdiam mendengar hal itu, dan ;“Lalu Pangeran Iblis, itu siapa?” tanya Dewi AwataraKali ini Bintang yang terlihat menarik nafas panjang dan mulai menceritakan tentang Pangeran Iblis kepada Dewi Awatara, sepanjang cerita Bintang, Dewi Awatara terlihat terkejut dan terkejut setelah mengetahui siapa Pangeran Iblis.“Tak kusangka ada sosok seperti itu didunia ini selain Iblis Langit.” ucap Dewi Awatara setelah mendengar cerita Bintang. “Apa tuan pernah bertemu dan berhadapan langsung dengan Pangeran Iblis?” tanya Dewi Awatara lagi.“Pernah..” jawab Bintang singkat“Terus?”“Aku menang, Pangeran Iblis kabur dan mengatakan akan menantangku kembali di pu
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig