Home / Romansa / Kontrak Sang Pengantin / Bab 3. Bertahan Demi Cinta

Share

Bab 3. Bertahan Demi Cinta

Author: Nyi Ratu
last update Last Updated: 2023-01-04 16:39:31

"Kamu percaya dengan suamimu ini, 'kan?" Gara berusaha meyakinkan istrinya kalau semua akan baik-baik saja, tapi Jennie justru menangis sejadi-jadinya.

"Hei, kenapa malah menangis? Kamu harus kuat demi cinta kita.” Gara panik, ia tidak tahu kalau kalimatnya justru membuat Jennie menangis histeris.

Gara menyentuh wajah istrinya yang dibanjiri air mata. "Biggie, Sayang. Jangan menangis seperti ini. Kamu membuatku semakin merasa bersalah karena tidak bisa melakukan apa pun untukmu. Maafkan suamimu ini."

Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan apa yang mungkin terjadi dan hanya ingin meluapkan segala rasa yang ada di hati.

Kenapa di saat ia mulai mencintai laki-laki yang menikahinya itu cobaan datang begitu berat. Bagaimana tidak berat karena cobaan itu datang dari sang mama.

Restu orang tua untuk kehidupannya itu nomor satu, tapi apakah boleh dia memberontak? Melawan wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.

Bukankah restu orang tua adalah restu Tuhan. Bagaimana bisa ia hidup bahagia tanpa restu orang tua? Tapi hatinya tidak bisa terpisah dengan laki-laki yang sudah mengucap janji untuknya atas nama Tuhan.

Setelah beberapa detik berlalu, dan merasa lebih tenang, Jennie menggeleng. "Bukan Bang Gara yang salah, tapi aku. Aku tidak bisa memberontak Mama," ucapnya sembari terisak.

"Biggie, maaf ...." Gara membelai pipi istrinya dengan lembut. "Aku tidak bisa masuk ke dalam sana dan memelukmu untuk mengurangi bebanmu. Aku merasa tidak berguna karena tidak bisa berada di sisimu di saat seperti ini."

Jennie menggeleng sambil mengusap air matanya. "Jangan menyalahkan diri sendiri, ini bukan salah kamu, Bang."

"Biggie, apa kamu mau bertahan sebentar lagi? Aku akan membebaskanmu, kita akan selamanya bersama tanpa ada yang mengganggu hubungan kita?" Gara mengusap-usap dengan lembut pipi sang istri yang basah karena air mata."

Wanita itu mengangguk dengan cepat. "Aku akan bertahan demi cinta kita." Jennie meraih tangan sang suami yang menempel di pipinya, lalu mencium telapak tangan suaminya berkali-kali sambil berurai air mata. "Bang, tolong maafkan Mama, dia hanya takut aku diperlakukan tidak baik karena status kita berbeda."

Seburuk apa pun perlakuan mamanya, Jennie tetap menyayangi wanita itu walau sejak dulu ia tidak pernah diperlakukan istimewa sebagai anak.

'Kamu tidak tahu yang sebenarnya, Biggie. Maafkan aku belum bisa mengatakan ini padamu, tapi suatu saat nanti aku akan mengungkap semuanya.' Gara hanya bisa bergumam dalam hati.

Lelaki jangkung itu mengulas senyum untuk menyemangati sang istri. "Aku mencintaimu, Biggie."

"Aku juga mencintaimu, Bang," ucap Jennie sambil terisak.

"Biggie, jangan menangis lagi! Aku terluka melihatmu seperti ini. Aku merasa menjadi laki-laki yang tidak berguna karena tidak bisa menghentikan tangismu. Beri saya senyuman manismu sebentar saja."

Jennie mengusap air matanya, lalu tersenyum. "Jangan bicara kayak gitu lagi! Kamu laki-laki terbaik dalam hidupku selain Papa."

"Aku tidak akan membiarkanmu menangis lagi karena kamu terlihat sangat jelek jika sedang menangis." Gara mencubit pipi istrinya.

Bukannya marah sang suami mengatainya jelek, tapi Jennie malah tertawa. "Wanita jelek ini sangat beruntung mempunyai suami sepertimu."

"Kenapa kamu tertawa? Kemana Jennie yang dulu?" Gara mengejek istrinya supaya wanita itu sejenak melupakan kekejaman ibunya. "Sepertinya Jennie yang suka mengataiku Si Tuan Manja sudah tidak ada lagi."

"Kamu benar. Sekarang hanya ada Biggie-nya Gara, si pembawa masalah besar untuk bos angkuh ini." Jennie tersenyum sambil mengusap punggung telapak tangan sang suami.

"Kamu memang benar-benar pembawa masalah di hatiku. Kamu sudah menerobos hati ini dan aku tidak bisa membiarkan wanita yang sudah masuk ke dalam hatiku pergi begitu saja."

Jennie tertawa mendengar ucapan suaminya.

"Mendengar ucapanmu, aku jadi ragu kamu ini Gara atau Bara?" Jennie tertawa mendengar lelucon receh dari suaminya yang super dingin dan tidak banyak bicara itu.

"Apa kamu juga terpesona kepada adik kembarku?" tanya Gara sambil menjawil dagu istrinya.

Jennie menggeleng sambil tersenyum. "Nggak. Kamu lebih menarik. Cowok penggombal kayak Bara itu banyak, tapi cowok manja, tapi angkuh itu langka. Aku terpesona dengan keangkuhanmu." Jennie tertawa sambil mengusap air matanya. "Aneh kan?"

"Ya kamu memang aneh dan aku menyukaimu karena ketidakwarasanmu itu." Gara menyelipkan rambut yang menjuntai menghalangi wajah Jennie. "Wanita cantik di luaran sana banyak, tapi wanita sepertimu itu sangat langka dan harus dilestarikan supaya tidak punah."

Gara berusaha mencari kata-kata yang bisa membuat istrinya tersenyum. Ternyata susah juga menghibur seseorang yang sedang bersedih. Sepertinya dia harus belajar banyak kepada adik kembarnya.

"Aku jadi tambah ragu padamu," sahut Jennie sambil terkekeh. "Andai aja mata hatiku nggak mengenali kamu, aku pasti sudah berpikir kalau kamu itu Bara."

"Ingat. Saya dan Bara berasal dari benih dan cetakan yang sama, walaupun kami berbeda pasti ada kesamaan yang tidak disadari orang lain.”

"Aku menyadarinya, Bang," sahut Jennie sambil terkekeh.

"Karena kamu pemilik hati dan raga ini," balas Gara, "kamu bisa merasakan apa yang aku rasa."

"Jangan banyak bicara lagi sebelum aku benar-benar menganggapmu sebagai Bara," ucapnya sembari tersenyum.

"Apa kamu merindukan Bara? Sejak tadi kamu terus membicarakannya."

Gara mulai cemburu karena sang istri selalu menyebut nama Bara. Ia berpikir apakah setiap wanita yang dia cintai akan lebih memilih adik kembarnya itu? Ia tidak mau itu terulang lagi. Kali ini Gara akan mempertahankan istrinya untuk tetap berada dalam pelukannya.

"Apa suamiku ini sedang cemburu?" Jennie menempelkan tangan Gara di pipinya. "Aku sangat mencintaimu, Bang. Walaupun ada seribu Bara yang menebar pesonanya di hadapanku, cintaku padamu tidak akan pernah berubah. Aku nggak akan berpaling pada siapa pun."

"Aku pegang kata-katamu, Biggie."

"Jiwa dan ragaku aku serahkan pada genggamanmu, suamiku," ucapnya sambil tersenyum.

Benci telah berubah menjadi cinta atau cinta yang mengubah rasa benci itu. Kini Jennie begitu mencintai laki-laki yang dulu sangat dibencinya itu.

"Biggie ... tetaplah tersenyum seperti ini walau terasa sulit. Jangan menunjukkan kelemahanmu di depan mamamu. Bukannya aku mengajarimu untuk jadi anak durhaka, tapi ingatlah, menangis bukan solusi dari masalah ini."

Jennie hanya diam mendengarkan setiap ucapan suaminya. Ia akan berusaha tegar demi cintanya kepada sang suami.

"Menangis memang salah satu cara membuang beban pikiran kita, tapi jangan menangis di depan orang lain. Jangan menunjukkan kelemahanmu pada dunia. Aku tahu kamu wanita yang kuat, aku yakin kamu bisa melewati ini semua. Kita pasti bisa bersatu lagi, yang perlu kamu lakukan hanya percaya kalau aku akan membawamu kembali pada pelukan suamimu ini."

Jennie mengangguk sambil menyeka buliran bening yang kembali jatuh tanpa permisi.

"Oh iya, bagaimana Bang Gara bisa berpikir untuk menemaniku dari luar jendela ini?" Jennie melongok sebisa mungkin melihat ke arah luar jendela. "Kaki Bang Gara pasti pegal dari tadi berdiri terus."

"Saya sanggup berdiri seharian di bawah terik matahari, tapi saya tidak akan sanggup berpisah darimu walau hanya satu hari."

Related chapters

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 4. Saling Menguatkan

    "Kita pasti akan bersama lagi." Jennie mencium punggung tangan suaminya. "Sebaiknya Bang Gara pergi sebelum Mama kembali!" pinta Jennie pada suaminya.Sejujurnya Jennie sangat senang ditemani Gara, tapi ia merasa kasihan pada sang suami yang terus berdiri sejak lama di luar jendela demi menemaninya.Gara menunduk sebentar. "Aku tidak mau pergi dari tempat ini."Sejak tadi, lebih tepatnya sejak pertama kali Jennie masuk ke dalam dan berdebat dengan orang tuanya, Gara terus menunggu di seberang rumah itu. Ia begitu mengkhawatirkan istrinya.“Bang, pergilah! Aku akan baik-baik aja.” Jennie memohon agar suaminya pergi. Ia tidak ingin semuanya menjadi kacau jika ibunya tahu kalau Gara menemuinya."Aku akan menunggu mamamu datang baru pergi dari sini. Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian, Biggie," ucap Gara. “Bang, kumohon, pergilah!” sekali lagi Jennie memohon pada sang suami. “Bagaimana bisa aku meninggalkan istriku sendiri dalam keadaan seperti ini?”Ingin sekali Gara membawa kabur i

    Last Updated : 2023-01-04
  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 5. Pernikahan Kontrak

    "Menikah dengannya membuatmu berubah, Jennie! Itulah sebabnya aku melarangmu!" Lisa memotong pembicaraan anaknya. "Kamu sudah menjadi anak yang pembangkang!" lanjutnya sambil menunjuk Jennie dengan acungan tangan."Bang Gara nggak seburuk dan nggak sejahat yang Mama pikirkan!" Jennie tak mau kalah. "Aku yang memilih untuk merahasiakan hal ini, kenapa Mama menyalahkannya!""Karena dia sudah membawa pengaruh buruk padamu!" Lisa kembali membentak, ia sangat kesal Jennie semakin menantangnya."Ya, kami bertemu! Kami memang sempat bicara beberapa saat yang lalu." menjeda penjelasannya sebentar. "Asal Mama tahu, kami berdua nggak akan bisa dipisahkan semudah itu, Ma!" terang wanita yang mulai berani untuk melawan ketika dirinya tidak merasa bersalah.“Sebelum menikah dengannya kamu tidak pernah melawan Mama seperti ini.“"Karena aku udah capek mengikuti semua perintah Mama. Dan aku tegaskan, kami nggak akan pernah meninggalkan satu sama lain!" Mengakhiri perlawanannya dengan percaya diri, Je

    Last Updated : 2023-01-04
  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 6. Surat Perjanjian

    Jennie menarik napas panjang. "Karena pada akhirnya, setelah masa kontrak kami berakhir, aku dan Bang Gara akan berpisah. Sesuai kesepakatan, kami akan menjalani hidup masing-masing." Lisa mendekat sambil menatap tajam Jennie. "Kamu sadar sudah berapa banyak kebohongan yang kamu ucapkan pada Mama, Jennie?" “Maafkan aku, Ma. Aku mengaku salah.” Jennie menunduk untuk meyakinkan sang mama kalau ia benar-benar menyesal. "Kamu mengatakan ini, karena ingin membuatku percaya dan membebaskanmu, 'kan? Jangan pernah sekali-kali berniat untuk menipuku lagi!" Jennie sudah menebak kalau mamanya tidak akan mudah percaya dengan apa yang dia ucapkan, tapi ia tidak akan putus asa mencari cara supaya sang mama tidak mengurungnya lagi. "Mama boleh percaya atau nggak sama aku, tapi aku berkata sejujurnya kalau kontrak pernikahanku hanya enam bulan." Jennie menggunakan rahasianya untuk bisa bebas dari kurungan sang mama, tapi ia tidak sadar kalau itu hanya akan membuat Lisa semakin mudah memisahkann

    Last Updated : 2023-01-18
  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 7. Pulang

    "Bang Gara yang menyimpannya." Jennie tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, seharusnya Lisa menyuruhnya untuk mengambil surat perjanjian itu. "Jika Mama mengijinkanku untuk mengambilnya, aku akan menepati janjiku dan memberikan apa yang Mama mau." Jennie menunduk, menunggu jawaban dari sang mama. Sudah beberapa menit berlalu, sang mama belum juga bersuara. "Baiklah. Mama akan mengizinkanmu pulang ke rumah suamimu, tapi ingat! Hanya untuk mengambil surat perjanjian itu saja.“ Akhirnya Lisa luluh juga, dan itu membuat Jennie mengembangkan senyumnya di balik rambutnya yang terurai menutupi wajah. Jennie menegakkan duduknya, lalu mengangguk. “Aku janji. Setelah berhasil mengambil surat perjanjian itu, aku akan segera kembali.” Jennie tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara dengan sang suami supaya bersabar sedikit. Ia yakin sang mama akan merestui hubungan mereka jika tahu kalau Gara adalah laki-laki yang baik, tidak seperti yang namanya tuduhkan. Jennie bangun dari dud

    Last Updated : 2023-01-18
  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 8. Kebohongan Jennie

    "Bang, aku mengatakan pada Mama kalau terjadi sesuatu diantara kita berdua. Sehingga, untuk beberapa saat tolong jangan temui aku dulu.""Kamu datang hanya untuk pergi?" tanya Gara, "jika aku bertanya alasannya, apa kamu akan menjawabnya, Biggie?"Jennie menghela napas panjang. “Bang, semua yang aku lakukan supaya kita bisa bersama lagi. Bersabarlah sebentar saja, aku janji akan membuat Mama merestui hubungan kita.”“Dengan begini kamu membuatku menjadi suami yang tidak berguna. Aku hanya duduk manis di rumah menunggu restu dari ibumu?”“Bang … aku tau siapa mamaku, aku yakin dia akan menuruti kemauanku. Tidak ada orang tua yang ingin merusak kebahagiaan anaknya kan? Mungkin saat ini Mama hanya sakit hati karena kita menikah tanpa memberitahunya.”'Kamu tidak tau kalau dia bukan ibu kandungmu, Biggie.' Gara hanya bisa berucap dalam hati, ia tidak bisa mengatakan semuanya karena tidak mempunyai bukti yang kuat.Setelah beberapa saat menghening, Jennie melanjutkan ucapannya. "Aku tau pa

    Last Updated : 2023-01-18
  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 9. Malam Pertama ( 21 + )

    'Ya Tuhan … bagaimana ini?' gumam Jennie dalam hati. Ia buru-buru melipat asal kertas perjanjian itu, lalu menyelipkannya pada pakaian yang akan ia bawa.“I-ini aku mau bawa baju kamu,” jawab Jennie sedikit gugup, “boleh kan? Aku bisa memeluk ini kalau aku kangen sama kamu, Bang.”Jennie mengambil pakaian yang biasa di gunakan sang suami sehari-hari sambil menyembunyikan selembar surat perjanjian pernikahannya dengan Gara.Entah apa yang ada di pikiran wanita itu. Bukannya menyelematkan pernikahannya, tapi perbuatan Jennie bisa mengancam rumah tangganya sendiri.Jennie hanya ingin membuat Lisa percaya lagi padanya supaya ia dan Gara bisa berbicara baik-baik pada ibunya, tapi Jennie tidak tahu kalau wanita yang dia anggap ibu kandungnya itu sangatlah licik.Gara menghampiri Jennie, lalu memeluknya dari belakang. Ia melabuhkan ciuman di tengkuk sang istri. “Maafkan aku, Biggie. Aku tidak bisa menjadi suami yang baik untukmu, aku tidak bisa melindungimu.”Seandainya saja sang mertua adal

    Last Updated : 2023-03-20
  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 10. Calon Suami Baru

    Perempuan cantik itu beralih kembali pada Lisa. "Apa aku boleh masuk, Ma? Mama bisa lanjutkan mengobrol dengannya." "Dia datang ke sini untukmu, Jennie. Kenapa Mama yang harus menemaninya?"Belum sempat melangkah, perkataan Lisa jelas membuat Jennie mematung di tempat. Ia berbalik menghadap sang mama. Perlu waktu yang cukup lama demi bisa memahami kalimat yang terdengar sangat ambigu tersebut. 'Khusus untukku? Siapa dia?Aku bahkan nggak kenal sama dia,' batin Jennie."Maksud Mama apa?" tanya Jennie sambil melirik Mario yang sedang tersenyum, menatapnya."Mama mengundang Mario untuk mengenalkan mu padanya. Dia ini pewaris keluarga terkaya di kota ini. Dia sedang mencari seorang istri." Lisa berkata dengan senyuman mematikan. Sengaja mendekatkan wajahnya ke telinga Jennie, berbisik melanjutkan. "Seperti apa yang Mama katakan sebelumnya —akan mengenalkanmu dengan laki-laki lain yang jauh lebih baik.""Ma!" Jennie membentak Lisa. Ia tidak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan oleh

    Last Updated : 2023-06-12
  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 1. Penghalang Kebahagiaan

    "Cepatlah pulang kalau kamu masih menganggap aku ini sebagai ibumu!" titah sang mama dari balik telepon kepada Jennie. "Aku nggak bisa, Ma," sahut Jennie. "Besok pagi-pagi sekali aku pulang, sekarang aku lagi di rumah temen. Tempatnya lumayan jauh juga dari rumah, besok aja ya aku pulangnya, ini udah malam." Jennie berbohong, ia tidak mungkin mengatakan kalau sekarang dirinya sedang bersama dengan laki-laki yang ia cintai.Pernikahan kontrak membuatnya terjebak dalam lingkaran cinta sang CEO. Ia tidak menyangka akan jatuh cinta secepat ini kepada laki-laki yang ia benci yang sudah menikahinya beberapa Minggu lalu. Laki-laki sombong dan manja yang ia benci itu ternyata menjadi suaminya dan menjadi satu-satunya laki-laki yang bisa meluluhkan hatinya. "Ternyata kamu sudah pandai berbohong." Sang mama tertawa mendengar kebohongan dari anaknya. Dipikirnya ia tidak tahu tentang pernikahan diam-diam Jennie dengan bosnya itu. "Maksudnya teman hidupmu?" tanya sang mama sambil tertawa meng

    Last Updated : 2023-01-03

Latest chapter

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 10. Calon Suami Baru

    Perempuan cantik itu beralih kembali pada Lisa. "Apa aku boleh masuk, Ma? Mama bisa lanjutkan mengobrol dengannya." "Dia datang ke sini untukmu, Jennie. Kenapa Mama yang harus menemaninya?"Belum sempat melangkah, perkataan Lisa jelas membuat Jennie mematung di tempat. Ia berbalik menghadap sang mama. Perlu waktu yang cukup lama demi bisa memahami kalimat yang terdengar sangat ambigu tersebut. 'Khusus untukku? Siapa dia?Aku bahkan nggak kenal sama dia,' batin Jennie."Maksud Mama apa?" tanya Jennie sambil melirik Mario yang sedang tersenyum, menatapnya."Mama mengundang Mario untuk mengenalkan mu padanya. Dia ini pewaris keluarga terkaya di kota ini. Dia sedang mencari seorang istri." Lisa berkata dengan senyuman mematikan. Sengaja mendekatkan wajahnya ke telinga Jennie, berbisik melanjutkan. "Seperti apa yang Mama katakan sebelumnya —akan mengenalkanmu dengan laki-laki lain yang jauh lebih baik.""Ma!" Jennie membentak Lisa. Ia tidak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan oleh

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 9. Malam Pertama ( 21 + )

    'Ya Tuhan … bagaimana ini?' gumam Jennie dalam hati. Ia buru-buru melipat asal kertas perjanjian itu, lalu menyelipkannya pada pakaian yang akan ia bawa.“I-ini aku mau bawa baju kamu,” jawab Jennie sedikit gugup, “boleh kan? Aku bisa memeluk ini kalau aku kangen sama kamu, Bang.”Jennie mengambil pakaian yang biasa di gunakan sang suami sehari-hari sambil menyembunyikan selembar surat perjanjian pernikahannya dengan Gara.Entah apa yang ada di pikiran wanita itu. Bukannya menyelematkan pernikahannya, tapi perbuatan Jennie bisa mengancam rumah tangganya sendiri.Jennie hanya ingin membuat Lisa percaya lagi padanya supaya ia dan Gara bisa berbicara baik-baik pada ibunya, tapi Jennie tidak tahu kalau wanita yang dia anggap ibu kandungnya itu sangatlah licik.Gara menghampiri Jennie, lalu memeluknya dari belakang. Ia melabuhkan ciuman di tengkuk sang istri. “Maafkan aku, Biggie. Aku tidak bisa menjadi suami yang baik untukmu, aku tidak bisa melindungimu.”Seandainya saja sang mertua adal

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 8. Kebohongan Jennie

    "Bang, aku mengatakan pada Mama kalau terjadi sesuatu diantara kita berdua. Sehingga, untuk beberapa saat tolong jangan temui aku dulu.""Kamu datang hanya untuk pergi?" tanya Gara, "jika aku bertanya alasannya, apa kamu akan menjawabnya, Biggie?"Jennie menghela napas panjang. “Bang, semua yang aku lakukan supaya kita bisa bersama lagi. Bersabarlah sebentar saja, aku janji akan membuat Mama merestui hubungan kita.”“Dengan begini kamu membuatku menjadi suami yang tidak berguna. Aku hanya duduk manis di rumah menunggu restu dari ibumu?”“Bang … aku tau siapa mamaku, aku yakin dia akan menuruti kemauanku. Tidak ada orang tua yang ingin merusak kebahagiaan anaknya kan? Mungkin saat ini Mama hanya sakit hati karena kita menikah tanpa memberitahunya.”'Kamu tidak tau kalau dia bukan ibu kandungmu, Biggie.' Gara hanya bisa berucap dalam hati, ia tidak bisa mengatakan semuanya karena tidak mempunyai bukti yang kuat.Setelah beberapa saat menghening, Jennie melanjutkan ucapannya. "Aku tau pa

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 7. Pulang

    "Bang Gara yang menyimpannya." Jennie tidak akan menyia-nyiakan kesempatan, seharusnya Lisa menyuruhnya untuk mengambil surat perjanjian itu. "Jika Mama mengijinkanku untuk mengambilnya, aku akan menepati janjiku dan memberikan apa yang Mama mau." Jennie menunduk, menunggu jawaban dari sang mama. Sudah beberapa menit berlalu, sang mama belum juga bersuara. "Baiklah. Mama akan mengizinkanmu pulang ke rumah suamimu, tapi ingat! Hanya untuk mengambil surat perjanjian itu saja.“ Akhirnya Lisa luluh juga, dan itu membuat Jennie mengembangkan senyumnya di balik rambutnya yang terurai menutupi wajah. Jennie menegakkan duduknya, lalu mengangguk. “Aku janji. Setelah berhasil mengambil surat perjanjian itu, aku akan segera kembali.” Jennie tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara dengan sang suami supaya bersabar sedikit. Ia yakin sang mama akan merestui hubungan mereka jika tahu kalau Gara adalah laki-laki yang baik, tidak seperti yang namanya tuduhkan. Jennie bangun dari dud

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 6. Surat Perjanjian

    Jennie menarik napas panjang. "Karena pada akhirnya, setelah masa kontrak kami berakhir, aku dan Bang Gara akan berpisah. Sesuai kesepakatan, kami akan menjalani hidup masing-masing." Lisa mendekat sambil menatap tajam Jennie. "Kamu sadar sudah berapa banyak kebohongan yang kamu ucapkan pada Mama, Jennie?" “Maafkan aku, Ma. Aku mengaku salah.” Jennie menunduk untuk meyakinkan sang mama kalau ia benar-benar menyesal. "Kamu mengatakan ini, karena ingin membuatku percaya dan membebaskanmu, 'kan? Jangan pernah sekali-kali berniat untuk menipuku lagi!" Jennie sudah menebak kalau mamanya tidak akan mudah percaya dengan apa yang dia ucapkan, tapi ia tidak akan putus asa mencari cara supaya sang mama tidak mengurungnya lagi. "Mama boleh percaya atau nggak sama aku, tapi aku berkata sejujurnya kalau kontrak pernikahanku hanya enam bulan." Jennie menggunakan rahasianya untuk bisa bebas dari kurungan sang mama, tapi ia tidak sadar kalau itu hanya akan membuat Lisa semakin mudah memisahkann

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 5. Pernikahan Kontrak

    "Menikah dengannya membuatmu berubah, Jennie! Itulah sebabnya aku melarangmu!" Lisa memotong pembicaraan anaknya. "Kamu sudah menjadi anak yang pembangkang!" lanjutnya sambil menunjuk Jennie dengan acungan tangan."Bang Gara nggak seburuk dan nggak sejahat yang Mama pikirkan!" Jennie tak mau kalah. "Aku yang memilih untuk merahasiakan hal ini, kenapa Mama menyalahkannya!""Karena dia sudah membawa pengaruh buruk padamu!" Lisa kembali membentak, ia sangat kesal Jennie semakin menantangnya."Ya, kami bertemu! Kami memang sempat bicara beberapa saat yang lalu." menjeda penjelasannya sebentar. "Asal Mama tahu, kami berdua nggak akan bisa dipisahkan semudah itu, Ma!" terang wanita yang mulai berani untuk melawan ketika dirinya tidak merasa bersalah.“Sebelum menikah dengannya kamu tidak pernah melawan Mama seperti ini.“"Karena aku udah capek mengikuti semua perintah Mama. Dan aku tegaskan, kami nggak akan pernah meninggalkan satu sama lain!" Mengakhiri perlawanannya dengan percaya diri, Je

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 4. Saling Menguatkan

    "Kita pasti akan bersama lagi." Jennie mencium punggung tangan suaminya. "Sebaiknya Bang Gara pergi sebelum Mama kembali!" pinta Jennie pada suaminya.Sejujurnya Jennie sangat senang ditemani Gara, tapi ia merasa kasihan pada sang suami yang terus berdiri sejak lama di luar jendela demi menemaninya.Gara menunduk sebentar. "Aku tidak mau pergi dari tempat ini."Sejak tadi, lebih tepatnya sejak pertama kali Jennie masuk ke dalam dan berdebat dengan orang tuanya, Gara terus menunggu di seberang rumah itu. Ia begitu mengkhawatirkan istrinya.“Bang, pergilah! Aku akan baik-baik aja.” Jennie memohon agar suaminya pergi. Ia tidak ingin semuanya menjadi kacau jika ibunya tahu kalau Gara menemuinya."Aku akan menunggu mamamu datang baru pergi dari sini. Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian, Biggie," ucap Gara. “Bang, kumohon, pergilah!” sekali lagi Jennie memohon pada sang suami. “Bagaimana bisa aku meninggalkan istriku sendiri dalam keadaan seperti ini?”Ingin sekali Gara membawa kabur i

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 3. Bertahan Demi Cinta

    "Kamu percaya dengan suamimu ini, 'kan?" Gara berusaha meyakinkan istrinya kalau semua akan baik-baik saja, tapi Jennie justru menangis sejadi-jadinya."Hei, kenapa malah menangis? Kamu harus kuat demi cinta kita.” Gara panik, ia tidak tahu kalau kalimatnya justru membuat Jennie menangis histeris. Gara menyentuh wajah istrinya yang dibanjiri air mata. "Biggie, Sayang. Jangan menangis seperti ini. Kamu membuatku semakin merasa bersalah karena tidak bisa melakukan apa pun untukmu. Maafkan suamimu ini."Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan apa yang mungkin terjadi dan hanya ingin meluapkan segala rasa yang ada di hati.Kenapa di saat ia mulai mencintai laki-laki yang menikahinya itu cobaan datang begitu berat. Bagaimana tidak berat karena cobaan itu datang dari sang mama.Restu orang tua untuk kehidupannya itu nomor satu, tapi apakah boleh dia memberontak? Melawan wanita yang telah mencurahkan kasih sayang untuknya.Bukankah restu orang tua adalah restu Tuhan. Bagaimana bisa ia hidu

  • Kontrak Sang Pengantin    Bab 2. Dipaksa Bercerai

    "Kamu harus menceraikan Gara!" ucap Lisa, telak.Jennie mematung, mendengar kalimat itu membuatnya seperti kehilangan jiwa. "Ce-cerai?"Pernikahan yang baru saja berlangsung selama beberapa minggu itu dipaksa untuk diakhiri begitu saja?Bagaimana bisa perempuan yang melahirkan dirinya ini justru mengatakan hal semacam itu untuk rumah tangganya?"Ya! Kamu harus menceraikan pria itu!""Ma!" Tanpa sengaja, Jennie berteriak. Amarah yang semula ia tahan tidak bisa dibendung lagi ketika mendengar kata terlarang itu, perceraian."Mama apa-apaan sih?" Berlanjut, menghardik sosok di hadapannya. "Kenapa Mama bisa berpikir seperti itu untuk putri Mama sendiri!" geramnya, tidak terima.Lisa menatap lurus pada sang putri, sorot matanya seperti sedang menutupi sesuatu, sebuah rahasia besar. "Karena hanya itu yang terbaik untukmu!""Yang terbaik?" ulang Jennie, lalu tersenyum miring. "Sejak kapan sebuah perceraian dikatakan baik, Ma?""Kamu tidak akan mengerti!" Lisa membentak lagi. Frustasi karena p

DMCA.com Protection Status