Jach melangkah pelan melewati satu persatu anak tangga, membiarkan lengannya dipeluk erat Audrey yang membutuhkan banyak kekuatan untuk bisa berjalan. Semua orang akhirnya bubar tanpa menghasilkan apapun selain ketegangan.Melalui sudut matanya, Jach memperhatikan Audrey yang terus tertunduk dengan bahu gemetar, suara napasnya yang kasar dengan tangisan yang ditahan terdengar menyiksa.Jach menyadari, Audrey yang dia kira Aurelie Harper itu tengah terguncang hebat. Tanpa dibuat-buat, gadis itu murni bereaksi seolah tidak percaya jika ternyata Dante Arnaud telah menikah dan memiliki seorang isteri bernama Serena.Ini aneh, bukankah seharusnya Aurelie Harper sudah tahu kebenaran ini?Tubuh Audrey terhuyung, pandangannya mengabur terhalang oleh air mata yang sudah tidak terbendung. Dengan sigap Jach menangkapnya agar tidak terjatuh. "Apa Anda perlu saya bopong?"Wajah Audrey perlahan terangkat. Segaris kesedihan terlukis di manic matanya berkilauan, dengan bibir gemetar dan napas terse
Lembayung sore membawa cahaya merah di dinding. Seperti biasa, setelah banyak menangis, Audrey akan menguatkan dirinya sendiri agar tetap bertahan dengan sisa-sisa harapan yang dia miliki untuk masa depannya kelak. Sekacau apapun kedaannya sekarang, Audrey harus tetap yakin masih ada setitik cahaya untuknya yang sedang menanti.Setitik cahaya itu harus Audrey bangun dari sekarang.Kini, Audrey menghabiskan waktunya di dalam walk in closet milik Aurelie Harper, dia tengah memilah perhiasan pertama yang akan dia bawa besok saat mendapatkan satu jam kebebasannya. Ya, Audrey akan membawanya.Bukan untuk dia gunakan, namun untuk dijual.Audrey sudah memiliki rencana, besok dia akan membawa salah satu perhiasan milik Aurelie Harper dan menduplikatnya di toko pengrajin perhiasan palsu. Sementara, perhiasan asli akan dia jual dan uangnya akan Audrey simpan untuk memperkaya diri, agar saat nanti terlepas dari tugasnya, Audrey bisa memulai kehidupan barunya dengan Arman terlepas dari kemis
“Victor, bisa kau gantikan aku sebentar?” tanya Jach pada salah satu bodyguard yang tengah berjaga di depan dekat tangga.“Kau mau kemana?”“Adikku datang mengantar makanan, aku harus menemuinya sebentar,” dusta Jach dengan begitu baik.Victor mengangguk tidak lagi bertanya. Pria itu segera pergi berjaga di depan pintu kamar Audrey, memberi kesempatan Jach pergi keluar rumah.Diam-diam, Moses yang mendapatkan perintah untuk memantau Jach memperhatikan kepergiannya yang pergi keluar.Jach tidak menunjukan gelagat yang mencurigakan, dengan penuh ketenangan pria itu menuju pintu gerbang rumah dan membukanya selebar mungkin membiarkan Moses yang diam-diam memperhatikan dapat melihat apa yang terjadi.Jach menyambut kedatangan seorang pemuda yang mengenakan seragam kurir pengantar makanan cepat saji, ditangannya terdapat sebuah kantung makanan benar-benar membuktikan Jach tidak berbohong.Moses akhirnya memilih pergi dan melanjutkan pekerjaannya.Sementara itu, di depan gerbang rumah, Jach
Dorothy bergerak gelisah, Irina dan Megan tetap masih dengan pendirian mereka untuk tidak melayani semua keperluan Aurelie Harper dalam bentuk apapun. Pagi ini Megan dan Irina hanya membuat roti isi untuk bodyguard, kecuali untuk Aurelie. Menganggap Aurelie Harper seolah tidak ada di rumah, tanpa peduli dengan apapun yang akan terjadi. Dorothy merasa tidak enak hati, tidak peduli meski harga dirinya sebagai pelayan pernah diinjak-injak oleh Aurelie Harper, pernah mendapatkan perlakuan kasar hingga rambutnya hampir gundul. Dorothy sadar, sebagai seorang pelayan seharusnya dia tetap melayani tuannya. Sesuatu yang menyangkut pekerjaan tidak sepantasnya dihubungkan dengan urusan pribadi. Tapi, Dorothy tidak berani berbeda sendiri, dia tidak siap dimusuhi oleh Irina dan Megan. Dorothy mengusapkan telapak tangannya yang berkeringat dingin ke permukaan seragamnya, wanita itu tidak dapat menutupi kekhawatirannya. Takut jika Aurelie Harper akan kembali terjatuh sakit, dan Dante Arnaud a
“Saya ingin memesan perhiasan dengan desain khusus. Apa bisa?” tanya Audrey penuh harap. Nick yang hendak menggeleng menolak permintaan Audrey, dengan berat hati mengangguk karena tatapan membunuh Jach yang berdiri di dekat pintu. Sesungguhnya, Nick menjual perhiasan palsu hanya sekadar untuk mengisi waktunya bersantai sambil berjaga distrik sekitar dari sarang kejahatan. Nick tidak pernah mau menerima pesanan membuat desain khusus perhiasan, namun jika bossnya yang meminta. Nick bisa apa? Nick harus mengiyakan dan terpaksa mencari pengrajin aslinya untuk memenuhi keinginan gadis kecil yang berdiri dihadapannya, menatap polos tanpa curiga. “Anda ingin periasan seperti apa?” tanya Nick. Audrey melepaskan cincin dijari manisnya dan sebuah kalung yang sudah dia persiapkan. Nick berpura-pura memperhatikan cincin dan kalung itu dengan serius, lalu berkata, “Saya harus memotretnya untuk kepentingan desain.” “Silahkan saja,” jawab Audrey dengan senang hati. “Anda tidak bisa
Dengan tangan terlipat didada dan mata berbinar, Audrey tidak berhenti tersenyum memandangi lembaran uang tertumpuk rapi di atas lantai, berulang kali Audrey telah menghitungnya hanya untuk bersenang-senang, merayakan keberhasilannya hari ini.Bagi orang yang terbiasa hidup dalam garis kemiskinan, begitu menyenangkan bisa menghitung uang dalam jumlah banyak.Itu adalah uang terbesar yang pernah Audrey miliki dalam hidupnya, dan uang itu akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu jika rencananya terus berjalan dengan baik. Dengan uang yang lebih banyak, Audrey bisa memperbaiki rumahnya dan membeli tempat tidur yang lebih nyaman, membeli jaket rajut baru untuk Arman, membelikan kursi pijat agar Arman tidak mengenakan koyo setiap hari. Betapa indahnya menghayalkan secuil mimpi yang selama ini sulit untuk Audrey laksakan karena kemiskinannya.Sekali lagi, Audrey menghitung uangnya sebelum mengambilnya untuk Jach, lalu sisanya dia simpan di salah satu tas milik Aurelie Harper
“Jach jangan jauh-jauh dariku.”Kesunyian menjebak Jach, diam tidak merespon, untuk pertama kalinya Jach tidak tahu harus menjawab apa padahal dia tahu, dia hanya tinggal mengangguk patuh. Permintaan Aurelie Harper yang seharusnya Jach anggap bagian dari kewajibannya sebagai bodyguard yang harus mengawal, kini telah disalah artikan oleh akal sehatnya yang menumpul.Jach berpikir jika permintaan Audrey yang dia kira Aurelie itu bersifat pribadi.Jach menarik napasnya dalam-dalam, tersadar bahwa dia perlu membentengi diri lebih kuat. Ini untuk pertama kalinya Jach mudah terpengaruh dan terbawa perasaan.Apa karena ini hal baru bagi hidupnya?Jach memang handal dalam pekerjaannya, namun untuk untuk urusan perempuan, dia tidak tahu apa-apa. Baginya, membunuh tanpa jejak jauh lebih mudah daripada memahami perempuan.Jach berdeham tidak nyaman, dia mengangguk dan mempersilahkan Audrey berjalan.Audrey menyusuri pagar tangga yang harus dia lewati dengan langkah yang berat. Samar terdengar
“Apa yang harus aku berikan padamu?” Dante tersenyum sinis sampai akhirnya sebuah kalimat terdengar dari mulut. “Memangnya kau masih memiliki sesuatu yang layak untuk diberikan kepadaku? Tidak ada satupun hal yang aku inginkan darimu, selain seorang anak. Itu artinya, lahirkan dulu seorang anak baru kau diizinkan meminta apapun.”Audrey tercekat kaget, menelan kekecewaan yang sulit untuk dia hindarkan mendengar jawaban pedas Dante, selalu sarat oleh celaan yang menyakitkan.“Aku mohon, hanya dua menit, tidak akan lebih. Apa aku perlu bersujud dibawah kakimu lagi seperti kemarin agar kau mengizinkannya,” pinta Audrey sekali lagi, mengharapkan sedikit belas kasihan Dante Arnaud. “aku mohon, apapun akan aku lakukan.”Rahang Dante mengetat terpantik amarah oleh kegigihan Audrey yang tidak kapok untuk bersujud dibawah kakinya. Harusnya, kejadian dihari itu sudah membuatnya jera karena Dante sudah tidak ingin memberikan kebaikan apapun lagi padanya.Dante melepaskan sentuhannya dari kulit
Dibawa oleh orang asing semalam hingga akhirnya terkurung di sebuah rumah. Aurelie langsung menghabiskan waktunya untuk tidur hingga pagi tanpa kewaspadaan apapun. Aurelie sudah terlalu sering singgah ditempat baru, bertemu orang-orang yang tidak dia kenal dan mendapatkan berbagai perlakuan dari yang terbaik hingga yang terburuk.Ini bukan hal baru untuknya, bahkan meski orang asing yang telah membawanya saat ini adalah orang jahat, Aurelie tidak merasakan ketakutan apapun karena orang tuanya sendiri lebih jahat dari orang jahat.Ketika Aurelie membuka matanya dipagi hari, sudah ada pakaian yang disediakan untuknya.Aurelie merangkak turun dari ranjangnnya, hal pertama yang dia lakukan setelah bangun adalah mencari-cari adalah rokok yang selalu terbiasa disediakan oleh seseorang untuknya.Bukan rokok biasa, itu adalah lintingan daun yang akan membuatnya tenang.Tidak kunjung menemukan apa yang dicari, ketenagan Aurelie perlahan berubah. Dalam keadaan berantakan Aurelie keluar dari k
“Kenapa? Ambilah,” tegur Sheryl karena Audrey tidak kunjung menerimanya.Audrey menggeleng malu, tidak berani mengambil barang orang lain sembarangan. Pernah sekali, saat Arman membersihkan atap rumah seseorang, seorang anak seusia Audrey memberikan sebuah boneka kepadanya karena Audrey menemaninya bermain.Namun saat Audrey dan Arman akan pulang, orang tua anak itu menuduh Audrey mencuri. Alhasil, untuk pertama kalinya Arman memukulinya dan berpikir bahwa Audrey memang telah mencuri.Setiap kali ada masalah, Arman tidak akan pernah ada dipihaknya, Audrey takut dia melakukan kesalahan yang sama dan akan mempermalukan Arman lagi.“Saya tidak punya uang Nyonya,” jawab Audrey dengan gelengan beratnya, meski hatinya begitu ingin namun tangannya tahu diri untuk tidak sembarangan menerima sesuatu yang tidak pantas untuk orang sepertinya.“Sebentar lagi natal, ini hadiah untuk ketekunanmu sekolah, tidak perlu membayar apapun. Ambilah, jangan takut,” jawab Sheryl meyakinkan.“Besok saya ula
FlashbackMusim dingin sedang belangsung. Biasanya, ketika badai salju turun, orang-orang akan beraktivitas lebih banyak didalam rumah. Pasar yang masih beroperasi menyediakan pelayanan pesan antar bahan makanan dan Arman menjadi salah satu orang yang bekerja mengantar bahan-bahan makanan itu ke rumah-rumah.Tidak ada waktu untuk Arman memikirkan hari libur, hari-harinya dia lalui dengan bekerja apapun, lalu minum-minum di bar sampai mabuk lalu pergi tidur.Saat Arman turun dari mobil menyelesaikan pekerjaannya, dilihatnya Audrey yang masih duduk disebuah dibangku, memeluk sekantung besar bahan-bahan makanan.Kilatan tidak bersahabat terlihat dimata Arman. Audrey sangat bebal, berkali-kali Arman selalu memintanya jangan datang ke pasar dan menunggu di rumah, seakan tidak peduli dengan perintah ayahnya, anak itu tetap datang dengan alasan takut didatangi oleh penagih hutang.Arman tidak suka, karena setiap kali Audrey mengekorinya didepan umum, orang-orang tidak pernah berhenti membica
“Kau benar, kau dan aku sama-sama bersalah. Karena itu, mari kita bercerai.”Mata Serena membulat sempurna, sebuah pernyataan cerai yang terucap dari mulut Dante bak petir yang menyambar disiang bolong, benar-benar membuat Serena sangat terkejut.Serena sama sekali tidak pernah menduga, dengan mudahnya Dante bisa menyatakan cerai hanya karena satu kesalahan yang telah diperbuat. Bukankah Dante mencintainya? Harusnya sebesar apapun masalah mereka, Dante masih bisa memaafkannya dan menerimanya kembali.Tapi mengapa, Dante langsung memutuskan untuk bercerai dibandingkan memberinya kesempatan kedua.Pupil mata Serena bergetar tidak kuasa menahan tangisan. Wanita masih tidak percaya, lelaki yang baru menikahinya tidak lebih dari dua tahun ini, kini dengan lantai meminta bercerai. “Cerai? Mudah sekali kau menyatakan cerai padaku Dante,” ucap Serena.Bahu Dante menegang kaku mendengar jawaban tidak terduga Serena yang begitu egois, tidak tahu diri, tidak tahu malu seakan kesalahan yang tela
Sopir yang dipanggil segera keluar, Aurelie yang semula duduk perlahan beranjak dengan sorot mata waspada dan napas memburu menahan gejolak amarah. Aurelie tahu apa yang akan terjadi setelah ini, dan dia sangat membencinya karena tidak bisa berlari pergi.“Bawa Aurelie, dia sedang sakit,” perintah Salma begitu sopirnya sudah datang menghampiri.“Ayo, Nona,” ajak sopir itu mengulurkan tangannya menawarkan bantuan.“Aku tidak mau,” geram Aurelie.“Anda harus pulang.” Sopir itu menarik tangan Aurelie dengan paksa dan tidak mempedulikan teriakannya yang menolak dibawa pergi.Karena takut menjadi perhatian pengendara lain, Salma akhirnya ikut menarik tangan Aurelie dan memaksanya pergi meninggalkan emperan halte.“Jika kau tidak menjadi anak yang penurut, kau akan dimasukan ke dalam bangsal rumah sakit jiwa lagi Aurelie,” peringat Salma mengancam.“Aku tidak mau!” teriak Aurelie mulai beringas, menggigit tangan Salma yang mencengkramnya.“Arrght!” ringis Salma menggunjing tangannya agar gi
Aurelie menjatuhkan tubuhnya di emperan halte bus, mendengar derasnya suara hujan yang membasahi bumi dan angin kencang yang membuat kulitnya meremang kedinginan. Hari ini Aurelie sudah tiga kali naik pesawat, tubuhnya yang mulai lelah berbanding balik dengan isi pikirannya yang masih bergejolak liar membutuhkan obat penenang.Suara helaan napas terdengar dari bibirnya, dengan mata terpejam dia kembali terbayang-bayang wajah Audrey yang baru pertama kali dilihat.Pertemuan singkat itu mengingatkan Aurelie kembali pada mimpinya masa kecilnya selama ini terus muncul disetiap tidurnya.Ada sebuah ketenangan aneh yang Aurelie rasakan saat menyentuh Audrey, begitu persis seperti obat yang meredakan dirinya dari gejolak kegilaan.Apakah mereka akan kembali bertemu? Apakah Aurelie juga akan bertemu dengan seseorang Audrey sebut 'ayah'.Aurelie membuka matanya lagi. “Aku punya ayah dan saudara,” ucapnya seperti sedang bertanya.Aurelie mulai menggigit kukunya dengan keras, tenggelam dalam ke
Malam begitu gelap dan pekat, hujan turun begitu deras, butirannya yang berjatuhan terlihat seperti ribuan cahaya kala tersorot lampu jalanan.Dante duduk sendirian didalam mobilnya sendirian, berkali-kali memukuli kemudi kesulitan untuk menggambarkan hatinya yang saat ini sedang hancur berkeping-keping.Ingin Dante berteriak sekencang mungkin, ingin dia menangis, dan ingin tertawa menertawakan segala kebodohan yang telah dilakukannya selama ini.Sakit yang begitu keras dia terima membuatnya linglung kehilangan akal.Dante sudah tidak mengerti lagi, apa yang kini harus dia lakukan, apa yang dia mau dan kemana arah tujuannya setelah dunianya hancur luluh lantah oleh pengkhianatan.Gemuruh suara petir terdengar menyambar dikegelapan. Dante keluar dari mobilnya dan membiarkan seluruh tubuhnya terbasahi oleh air hujan. Dante berjalan sendirian tanpa arah, membawa semua kebenaran yang masih sulit untuk dia terima bahwa ini semua memang nyata adanya.Tidak ada tempat untuknya pulang, tidak
“Dante!” teriak Serena menangis histeris memanggil Dante yang lebih memilih pergi membawa Raiden dibandingkan disampingnya, menjaganya dari Aurelie yang masih berada disisi ranjang dengan gerak-gerik yang menakutkan.Serena menutup lehernya yang kini mulai mengelurkan darah hingga bercucuran menodai pakaian, wanita itu tersedu-sedu menangis kesakitan menatap tajam Aurelie yang sedang mencari-cari sebotol minuman didalam tasnya.“Ini caramu balas dendam padaku Aurelie! Apa sekarang kau puas?” tangis Serena meratap, masih bisa bersikap seperti seorang korban yang telah terdzolimi. Tangan Aurelie berhenti bergerak, gadis perlahan mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Serena.“Aku tidak akan pernah memaafkanmu Aurelie, jika Dante meninggalkanku gara-gara ulahmu! Akan aku buat kau membusuk dipenjara karena telah membunuh ibuku dan menyakitiku!”Pupil mata Aurelie melebar bersama senyuman cerahnya seakan menikmati ancaman Serena. Aurelie menjatuhkan tasnya segera di lantai, menyisakan
Telinga Dante berdenging, bersahutan dengan suara jantung yang bergemuruh kencang. Seluruh tubuhnya membeku kaku, yang tersisa hanya rasa sakit yang teramat kuat disetiap denyut nadinya mendengar sebuah pengakuan yang jauh lebih mengerikan dari apa yang selama ini Dante takutkan.Pengakuan yang begitu gila sampai membuatnya berpikir ini tidak mungkin!Serena isterinya, orang yang telah Dante bela mati-matian dengan berbagai cara ternyata adalah puncak penyebab semua masalah yang ada.Serena telah berkhianat dengan adik kandung Dante sendiri! Jadi, inilah alasan mengapa Raiden berusaha untuk membuat Aurelie tidak dipenjara? Dia takut Aurelie buka suara saat ingatannya kembali?Jadi, inilah alasan dulu Raiden sempat mereservasi restaurant untuk melamar Aurelie, namun semuanya gagal karena Serena tidak suka, lalu terjadilah pertengkaran antara Serena dan Aurelie.Jadi, inilah alasan Serena tidak pernah ngotot meminta Aurelie Harper dipenjarakan dan lebih memilih untuk memaafkannya seper