Share

Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa
Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa
Author: This is Stralin

Pernikahan Penuh Nelangsa

last update Last Updated: 2024-01-30 20:42:28

PRAANGG! 

Bunyi nyaring piring membentur lantai seketika membuat Sanna berjengit kaget. Ia mematikan kompor dan bergegas mendatangi meja makan. 

Wanita berambut panjang itu terkejut mendapati mangkuk berisi makanan itu telah pecah dan berceceran. Sang suami masih duduk di kursi. 

“Apa-apaan masakanmu ini, Sanna? Kau tahu aku tidak bisa makan ikan!” sergah Evan dengan suara geram. 

Iris hitam pria itu menatap lurus, tetapi bukan ke arah sang istri. 

Meski terlihat normal, Evan telah kehilangan penglihatannya sejak lima tahun lalu. 

“Aku tidak memasukkan ikan,” tutur Sanna, mencoba menjelaskan. “Itu hanya sup biasa, Evan.”

“Pembohong!” kecam Evan. 

Dia membanting gelas di dekatnya hingga Sanna kembali berjengit kaget dan ketakutan.

“Aku bisa mencium aroma ikan dari makanan itu. Apakah kau sedang meledekku karena buta? Kau pikir aku tidak akan tahu!?” 

Mendengar tuduhan itu, Sanna langsung menggeleng cepat. Dengan hati-hati, wanita itu mendekati sang suami. 

“Aku sama sekali tidak memiliki maksud untuk berbuat seperti itu, Evan,” ucap Sanna. “Sepertinya, itu hanya karena perisa dan bumbu yang aku gunakan. Maafkan aku.”

Namun, alih-alih memaafkan, Evan justru menyeringai getir ke arahnya. 

“Makananmu juga terasa sangat asin kemarin.” Pria itu kembali berkata. “Jika kau sangat ingin membunuhku, mengapa tidak sekalian kau memasukkan racun ke dalam makananku?”

Sanna menutup matanya dan menarik napas dalam keheningan. Hatinya tentu sakit mendengar ucapan sang suami.

Dua tahun Sanna menikah dengan Evan, dua tahun itu pulalah Sana mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari sang suami. 

Meskipun begitu, Sanna agak memahami tindakan suaminya tersebut. Evan sedang tidak sehat. Kebutaan dan sakit ginjalnya membuatnya menjadi pria yang cenderung tempramental. 

Bukan hanya itu, sebenarnya Sanna dan Evan menikah karena dijodohkan oleh sang Kakek. Apalagi, sebelumnya, Sanna hanyalah gadis biasa yang bekerja sebagai pembantu Evan.  

Oleh karena itu, Sanna mencoba bersabar dengan sikap suaminya tersebut.

“Evan—”

“Apakah kau sangat menginginkan warisan itu, Sanna?” sela Evan, memotong ucapan Sanna. Rahang pria itu mengeras sempurna, membuat Sanna menahan napas. “Aku buta, bukan bodoh. Jangan pernah bermimpi mengenai hal tersebut. Sekalipun aku mati, harta itu tidak akan jatuh ke tanganmu.”

Sanna menggigit bibir bawahnya, menahan isakan agar tidak keluar. Sementara  air mata sudah mulai berkumpul di balik pelupuknya.

“Mana mungkin aku melakukannya?” Sanna menjawab, berusaha tetap terdengar tenang. “Aku benar-benar tidak menginginkan apa pun darimu. Tidak bisakah kamu percaya padaku satu kali saja, Evan?” 

“Tidak bisa,” jawab Evan. “Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah percaya pada wanita licik sepertimu. Menikah denganmu adalah kesalahan terbesar yang membuat hidupku semakin sengsara!” 

Sanna mengepalkan tangan dan mengeraskan rahang untuk menahan air mata yang hampir keluar. 

Sejak awal, ia pun sebenarnya tidak pernah mencintai sang suami, tetapi ia berupaya menjalani seluruh kewajibannya sebagai seorang istri. Sayangnya, apa yang Sanna dapatkan bukanlah kasih sayang. 

Sanna tetap diperlakukan seperti pembantu. Ia direpotkan siang dan malam, mengurusi suaminya, tapi tetap saja mendapat cacian. Kerja kerasnya tidak pernah dihargai. 

Di mata Evan, Sanna tidak lebih dari musuh yang membuat hidupnya nelangsa. 

“Apa yang terjadi?” 

Tiba-tiba, satu suara terdengar, membuat Sanna menoleh ke sumber suara setelah buru-buru menghapus air mata. 

Di sana sudah ada Bethany, adik Sanna. 

Tampaknya Evan pun mengenali suara wanita yang baru datang tersebut karena kerutan pada alis Evan seketika mengendur. 

“Tidak apa-apa.” Evan menjawab. “Kakakmu hanya berusaha membunuhku dengan menyajikan ikan untuk sarapan. Bukan hal baru.” 

Sanna menunduk dan merapatkan bibir, sementara Bethany mengedarkan pandangan ke sekitar. Situasi di sekitar mereka terlihat sangat kacau. 

“Kak Sanna tidak memasak ikan kok,” ucap Bethany. “Dia hanya memasak sup.”

Mendengar itu, Sanna mendongak seketika, tak menduga sang adik akan membelanya. 

“Benarkah?” tanya Evan, mulai terdengar percaya. 

Pria itu selalu saja mempercayai setiap kata yang keluar dari bibir Bethany, melebihi apa yang Sanna ucapkan. 

“Hanya saja, supnya sudah berantakan,” ucap Bethany lagi. “Tapi, jangan khawatir! Pas sekali, aku sengaja membuatkan sarapan untukmu, Evan. Kamu mau mencobanya?” 

Sebuah senyum langsung terbit di wajah pria itu. Dia mengangguk tanpa ragu. 

“Paling tidak, aku yakin masakanmu jauh lebih baik daripada wanita ini,” ucap pria itu. “Ayo kita makan di kamarku. Aku muak mendengar suara kakakmu.” 

Sanna melihat Bethany tersenyum dan mengangguk. Keduanya bersikap seakan tak mengindahkan Sanna yang masih berada di sana. 

Bethany memang sering berkunjung. Awalnya, wanita itu berkata bahwa ia merindukan Sanna, sang kakak. Namun, kian lama Sanna justru menyaksikan kedekatannya dengan Evan, membuat Sanna tidak nyaman.

Perasaan itu membuat Sanna menahan Bethany.

“Bethany, bukankah kamu harus menjalani pengobatan? Bagaimana perkembangan kesehatanmu belakangan ini?” tanya Sanna. “Jika kesulitan, kamu tidak perlu repot-repot datang ke sini dan membuatkan sarapan setiap hari, Bethany.”

Sanna mencoba menyampaikan ketidaknyamanannya dengan lembut, agar adiknya tidak tersinggung.

Namun, ekspresi Bethany seketika berubah. Dari semula cerah menjadi murung. 

“Kakak. Aku melakukannya karena aku suka,” ucap Bethany, terdengar sedih. “Apakah aku bahkan dilarang untuk melakukan ini? Umurku mungkin tidak lebih dari enam bulan karena penyakitku. Apakah aku tidak bisa melakukan hal yang aku suka?” 

Sanna menggigit bibir. Tidak berdaya di hadapan sang adik. Ia merasa menjadi tokoh antagonis di dalam cerita ini.

“Aku mengizinkanmu, Bethany.” Evan tiba-tiba bersuara. “Tidak usah hiraukan wanita jahat itu. Ayo ke kamarku.” 

Sanna menghela napas berat, diam-diam melihat Bethany membimbing Evan ke kamar pria itu. Dadanya terasa sesak, tetapi ia tidak bisa apa-apa. 

Akhirnya, gadis itu berjongkok dan mulai membersihkan pecahan beling di sekitarnya. Sanna tidak mengatakan apa-apa, tetapi tahu-tahu satu tetes air mata lolos dari matanya. 

Ia cepat-cepat menghapusnya dan justru terjatuh lebih banyak hingga gadis itu mulai terisak tanpa suara. 

Dering ponsel tanda pesan masuk terdengar. Itu adalah pesan dari Hannah, ibu mertuanya. 

“Datanglah ke rumah siang ini. Ada yang harus Ibu bicarakan.” 

***

Sanna selalu memiliki firasat buruk jika harus bertemu dengan Hannah. 

Sama seperti Evan, wanita itu tidak pernah menyukai Sanna. Kali ini pun, Sanna menarik napas panjang dan berusaha bersiap sebelum memasuki kediaman wanita itu. 

“Aku membawakan sup yang aku masak untuk Ibu,” ucap Sanna seraya mengangsurkan kotak bekal. 

Pandangannya teralihkan saat ia melihat kotak bekal yang sama seperti yang dibawa Bethany pagi ini. Benda itu sudah berada di atas meja. 

“Tidak perlu repot-repot,” ucap Hannah. “Ada hal penting yang ingin Ibu bicarakan denganmu. Ini tentang Evan.”

Sanna menegakkan punggungnya dengan menatap lurus ke arah wanita itu. 

“Kemarin, Ibu sudah mengobrol dengan dokternya Evan,” ucap Hannah, “Katanya, penyakit ginjal yang diderita Evan bertambah parah. Pengobatan yang dia jalani tidak bisa menyembuhkan secara total. Satu-satunya cara adalah mendapatkan donor ginjal untuk Evan.”

Sanna mendengarkan dengan saksama, tapi seiring waktu, perasaannya perlahan menjadi tidak nyaman.

Dan benar saja. Kalimat selanjutnya dari sang ibu mertua membuat hatinya seperti ditusuk belati tajam. 

“Karena itu, Sanna, Ibu ingin meminta tolong padamu. Bagaimana kalau kamu memberikan mata dan ginjalmu untuk Evan?”

Related chapters

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Permintaan Gila Mertua

    “Bagaimana kalau kamu memberikan mata dan ginjalmu untuk Evan?” Deg! Jantung Sanna seakan berhenti seketika. Ia berkedip beberapa kali, tidak menyangka dengan permintaan mertuanya barusan. “A-apa?” tanya gadis itu. “Berikan ginjal dan matamu untuk Evan.” Hannah mengulangi. “Kamu bisa melakukannya, ‘kan?” Sanna menelan saliva yang terasa seperti jarum. Ia sama sekali tak menyangka Hannah akan terang-terangan mengatakan itu kepadanya. Ia, diminta untuk memberikan apa yang sejak lahir menjadi miliknya. Hal yang menopang hidupnya begitu saja.“Tapi, jika aku buta, bagaimana aku akan mengurus Evan, Bu?” balas Sanna dengan suara tercekat. “Dan … untuk ginjalku–”“Ck, ginjalmu kan ada dua. Anggap saja, itu adalah pengabdian terbesar yang bisa kamu lakukan sebagai seorang istri,” ucap Hannah, memotong kalimat Sanna. “Setelah Evan sembuh, kamu tidak perlu merawatnya lagi.”Meskipun kalimatnya terdengar seperti ingin menenangkan Sanna, wajah Hannah tidak tampak demikian.“Ayolah, Sanna.

    Last Updated : 2024-01-30
  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Menghabiskan Malam Bersama Pria Asing

    Sanna pasti sudah gila. Ia tahu ia pasti sudah gila karena membiarkan pria asing membawanya ke kamar hotel. Kini, perlahan mata Sanna terbuka. Kepalanya terasa begitu pening dan seluruh tubuhnya pegal. Seluruh rasa sakit itu berpusat di area kewanitaannya. Hingga Sanna membelalakkan mata saat merasakan selimut yang begitu lembut menerpa kulitnya. Tak hanya kulit tangan, tetapi seluruh kulit di tubuhnya. Butuh waktu beberapa detik untuk menyadari bahwa dirinya telanjang tanpa busana. Sontak, ia menoleh ke samping dan jantungnya seakan jatuh ke lambung mendapati punggung terbuka seorang pria. Bodoh, umpat Sanna dalam hati. Sayup-sayup cahaya matahari menyelinap dari jendela kamar hotel dan satu hal langsung terbesit dalam benak Sanna. Ia harus menyiapkan sarapan dan membantu Evan untuk membersihkan diri.Tanpa buang waktu, gadis itu bergegas turun dari ranjang. Ia berusaha bergerak sesenyap mungkin dan berpakaian dalam waktu singkat. Saat ia mengecek ponsel, sudah ada belasan p

    Last Updated : 2024-01-30
  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Wanita Bodoh

    “Bagaimana? Kau sudah menemukan informasi mengenai gadis itu?” Logan langsung bertanya begitu tiba di perusahaan mereka. Pria itu tampak perlente dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tubuhnya tegap atletis dan terlihat sempurna dalam balutan jas hitam berpadu kemeja putih. Langkahnya terlihat tegas dan pasti saat melintas dan beberapa pegawai mengangguk hormat saat berpapasan dengannya. “Namanya adalah Drisanna Gabriella, Tuan.” Benny memberitahu, “Dia adalah istri dari Evan William dan sekarang kami sedang mencari tahu keberadaannya.” Mendengar itu, langkah Logan terhenti seketika. Pria itu terlihat serius saat menatap Benny.“Evan William?” tanyanya. Benny mengangguk. Ia tahu apa yang terlintas dalam benak Logan. Evan William adalah salah satu anak keturunan Arthur William, pemimpin Will Company yang sudah meninggal beberapa bulan lalu. Kabar terakhir yang ia dengar adalah Evan William mengalami kebutaan karena suatu insiden. Hal itu sejalan dengan penuturan wanita itu yang m

    Last Updated : 2024-01-31
  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Menyesal

    Jantung Evan tercekat. Pikirannya seakan terguncang mendengar informasi itu. “... Apa?” Evan berkedip canggung, “Apa maksudnya, Suster?” tanya pria itu lagi. Rahangnya terlihat lebih tegas dan batu besar seakan menyumbat di tenggorokannya. “Nyonya Drisanna sudah mendonorkan mata dan ginjalnya untuk Anda, Tuan,” ucap perawat itu, “Dia juga mendonorkan jantungnya untuk adiknya.” Jantung Evan seakan diremas kuat-kuat mendengarnya. Pikirannya menjadi kalut seketika. Ia tidak bisa membayangkannya. Bagaimana mungkin, gadis licik dan mata duitan seperti Sanna sanggup mengorbankan semuanya untuk mereka?“Kamu sudah sadar, Evan?” Suara sang ibu terdengar, disusul derap langkah mendekat. Perawat itu sudah pergi dan Hannah terkejut mendapati sang putra sudah terduduk di atas ranjangnya dengan mata hitam terbuka. “Evan? Kamu mendengar Mama? Apakah kamu bisa melihat Mama?” Hannah bertanya dengan gugup. Perlahan, Evan menoleh ke arah sang ibu dan mengangguk. Ia bisa melihat wajah sang ibu

    Last Updated : 2024-01-31
  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Bantuan Pria Asing

    Mata Sanna membelalak kaget melihat seorang pria berjalan masuk, diikuti oleh pria lain yang terlihat seperti asistennya. Dalam sekali lihat, Sanna bisa langsung mengenali wajah tampan itu. “Kau … kau pria di bar itu!” sergah Sanna. Tenggorokannya tercekat. Sekujur tubuhnya seakan bereaksi begitu melihat dia. Teringat akan malam panas mereka bersama. Sanna yakin ia tak meninggalkan informasi apa pun, bagaimana mungkin dia berhasil menemukan dirinya? “Dia adalah Logan Asher Maverick.” Linda menjelaskan. “Dia membayar seorang mayat sebagai ganti donor yang dibutuhkan.” Mendengar itu, otak Sanna seakan membeku dan tak bisa mencerna seluruh situasi ini. Alisnya mengernyit bingung dan ia menatap ke arah pria bernama Logan itu dengan sorot tidak mengerti. “Mengapa … mengapa kau melakukan ini padaku?” tanya gadis itu. Bukannya menjawab, Logan justru memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku dan memberikan gestur kepada sang asisten. Tanpa dikomandoi lebih lanjut, pria itu melangk

    Last Updated : 2024-03-25
  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Bertemu Kembali

    Bethany mengerjap berulang kali sebelum melangkah cepat membelah kerumunan untuk mengejar siluet itu. Akan tetapi, begitu ia berhasil melewati keramaian, ia justru tak menemukan apa pun. Area itu begitu sepi. Hanya ada sepeda motor dan mobil yang berlalu-lalang. Tak ada seorang wanita atau manusia pun di sana. Bethany mengerut semakin heran. Ia tak salah lihat. Wanita berambut hitam panjang yang Bethany lihat dari dalam benar-benar mirip sang kakak. … bagaimana mungkin? Gadis itu celingukan memeriksa situasi di sekitarnya. Hari itu matahari terasa terik, tetapi entah mengapa mendadak bahunya bergidik ngeri. Tidak mungkin roh Sanna menghantui dirinya, ‘kan? Bethany kembali bergidik ngeri dan cepat-cepat berjalan menuju mobilnya. *** *** “Hari ini, Anda harus menghadiri lima kencan buta, Tuan.” Benny memberitahu kepada Logan yang baru saja beranjak memasuki mobil. Sebenarnya, Benny tidak mengemban jabatan sebagai sekretaris Logan. Pria itu hanya kepala kuasa usaha hu

    Last Updated : 2024-03-28
  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Malaikat Penolong

    Sanna berpikir ia hanya hidup seorang diri di dunia ini. Sekarang Logan justru kembali muncul di hadapannya, membuat Sanna merasa hangat meski derai hujan masih deras di sekitarnya. “... Kau ….” Logan mengulurkan tangan ke arah Sanna. Tatapan pria itu tidak berubah, masih terlihat serius dan perhatian. “Bangunlah,” ucapnya. Mendengar itu, Sanna terisak satu kali. Ia cepat-cepat mengusap air matanya dan menyambut uluran tangan Logan. Tangan pria itu terasa begitu hangat di tangan Sanna yang dingin. “Mengapa … mengapa kau datang?” Sanna bertanya dengan canggung. Sesaat, raut wajahnya terlihat malu dan ketakutan. Jelas ia merasa malu. Kemarin, Sanna bersikeras menolak bantuan Logan dan bertekad untuk membayar semua utang yang ia miliki. Kini Logan menangkap basah dirinya yang menangis dan terlihat lemah. Akan tetapi, Logan tidak terlihat berniat mengejek ataupun merendahkannya. Pria itu masih memegangi payung hitam yang sebagian besar melindungi tubuh Sanna yang sudah basah kuyup

    Last Updated : 2024-03-28
  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Sandiwara Sempurna dari Logan

    “Mulai sekarang, namamu adalah Ashilla Leandra.” Logan berkata seraya menyodorkan sebuah mop cokelat ke arah Sanna. Pria itu menjemput Sanna sesuai waktu yang dijanjikan dan kini keduanya sudah duduk dalam mobil yang melaju. Tanpa menjawab, Sanna mulai membuka mop cokelat itu. Di dalamnya, ada kartu identitas, ijazah, bahkan paspor yang semuanya terdaftar atas nama Ashilla Leandra. Mata Sanna membelalak dengan tak percaya. Ia tak tahu semua itu bisa didapatkan semudah ini. “Semuanya palsu.” Logan menjelaskan, “Kamu tidak bisa menggunakannya untuk mendaftar kuliah di kampus bagus, tapi cukup untuk menjadi kartu identitas,” tuturnya. Berulang kali, Sanna mengecek seluruh dokumen itu dengan mata berbinar kagum. Foto yang tertera benar gambar dirinya dengan identitas dan tanggal lahir yang berbeda. “Bagaimana Anda bisa melakukannya?” Sanna bertanya dengan penasaran. Logan tersenyum bangga, merasa tersanjung karena berhasil membuat Sanna kagum. “Mudah saja,” ucapnya dengan nada angk

    Last Updated : 2024-03-28

Latest chapter

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Kucing Liar yang Menggoda

    “Mengapa kamu keluar dari sana?” Logan bertanya dengan heran. Pagi ini, jantungnya seakan berhenti berdetak saat ia berjalan menuju ruang makan dan menemukan Sanna melangkah keluar dari kamar mandi. Hanya mengenakan mantel mandi berwarna putih. Handuk putih terlilit di rambutnya dan kulitnya terlihat bersih. Tiap kamar di kediaman itu telah dilengkapi kamar mandi dan Sanna tak pernah berkeliaran di rumah ini hanya dengan mengenakan mantel mandi. “Air di kamar mandiku tidak mengalir,” ucap Sanna, “Aku sudah meminta bantuan Barney, tapi terpaksa menggunakan kamar mandi di sini,” tuturnya. Logan tak langsung menjawab. Manik mata hitamnya memandang Sanna dari ujung kepala hingga ujung kaki. Meski telah menikah selama beberapa minggu, Logan belum pernah melihat Sanna berpakaian terbuka. Kini kulit leher dan dada gadis itu terekspos, membuat leher Logan bergerak naik turun dengan gugup. “K—kalau begitu, aku harus bersiap sekarang,” ucap Sanna, kemudian berjalan cepat menuju kamarnya.

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Logan Mulai Curiga

    “Apakah kamu mencoba menggodaku?” Logan memandang dengan sorot menuduh. Sanna semakin bingung dibuatnya. Ia baru saja tiba dan tahu-tahu diberondong oleh banyak pertanyaan yang tidak ia mengerti. “Aku sama sekali tidak memiliki niat untuk melakukannya,” ucap Sanna, jujur. Manik mata hitamnya berkilau cerah, seakan transparan hingga ia dapat langsung ketahuan kapan pun ia berbohong. “Benarkah?” Salah satu alis terangkat naik. “Lalu, mengapa kamu tiba-tiba melakukan ini?” sergah pria itu. Sanna berkedip canggung. “Aku sudah memikirkan perkataanmu dan sesuai saran yang kau berikan, aku mencoba berubah. Aku tidak ingin menggunakan uang itu karena seluruh fasilitas ini sudah cukup. Aku tidak ingin merepotkan lagi,” tutur Sanna. Ia bersikap jujur saat mengatakannya. Bahkan, alasan Sanna memilih untuk bekerja adalah agar ia bisa menopang kebutuhannya sendiri. “Karena itu ….” Sanna berkata lagi. “Aku tidak akan mengganggumu lagi. Kau bisa membawa gadis ke kantor atau pergi ke mana pun.

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Istriku Tiba-tiba Cantik

    Sejak awal, Logan tak terlalu memperhatikan penampilan Sanna. Mereka hanya melakukan pernikahan kontrak yang akan berakhir dalam waktu satu tahun, untuk apa ia memedulikan gadis itu? Jika Logan benar-benar akan menikah, jelas ia akan memilih wanita yang sesuai dengan seleranya. Kini, ia benar-benar terkejut dan hampir tak percaya jika Sanna dapat terlihat begitu cantik. Bahkan, sepanjang hari, Sanna membuat pikiran Logan sulit untuk fokus. Tiap kali gadis itu mendekat untuk memberikan berkas padanya, Logan akan kembali terpikat dan mengikuti tiap pergerakan Sanna. Dalam hati bertanya-tanya apakah itu benar Sanna, gadis buluk seperti kucing liar yang ia temukan di bawah derai hujan di jalan yang kotor? “Bagaimana, Tuan? Apakah Anda setuju untuk menjadikan aktor itu sebagai brand ambassador kita?” tanya seorang pria yang menjadi ketua tim pengiklanan itu. Logan tak langsung menjawab. Sejak dua menit lalu, pria itu justru menatap ke arah Sanna dan mengabaikan presentasi yang d

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Sanna Menghilang

    Sanna sengaja berangkat pagi-pagi sekali. Sekarang baru pukul tujuh pagi dan sopirnya sudah menurunkan gadis itu di depan sebuah klinik kecantikan. Ia telah mencari sepanjang malam dan tempat ini satu-satunya klinik yang buka sejak pagi. Sepanjang malam, Sanna telah memikirkan perkataan Logan dan pria itu benar. Seharusnya Sanna memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan dirinya. Oleh sebab itu, Sanna memulai dengan penampilannya. Sanna menoleh ke kanan dan kiri, tampak canggung. Ini kali pertama ia datang ke salon kecantikan. Seperti gajah masuk kota, Sanna tak tahu ke mana ia harus pergi dan apa yang harus ia lakukan. … apakah ia langsung masuk saja? pikirnya. “Apa yang kau lakukan di sini, Nona?” Seorang pria tiba-tiba bertanya. Refleks, Sanna menoleh dengan waspada. Ia sedikit kaget menemukan pria berbadan tegap dan jangkung yang berdiri di sisinya. Garis wajahnya terlihat tegas, dengan hidung mancung dan alis tebal. Sekilas, Sanna teringat akan Logan yang memiliki

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Diamnya Istriku

    Logan langsung menarik Sanna dari tempat itu. Gadis itu tak mengatakan apa-apa hingga Logan mengarahkan gadis itu untuk langsung memasuki mobilnya. “Apa yang sebenarnya kamu lakukan?” sergah Logan. Raut wajahnya masih terlihat kesal. “Siapa yang mengizinkanmu menemui keluargaku begitu saja?” lanjut pria itu. Manik mata hitam Logan menatap Sanna dengan sorot tegas. Membuat gadis itu teringat akan kejadian tempo hari di kelab. “Dia … dia memintaku untuk datang,” jawab Sanna, lirih. “Mengapa kamu datang sendirian?” tanya pria itu, “Jenna adalah perempuan gila. Sudah pasti dia memiliki motif saat mengundangmu untuk datang,” sergah Logan. Tangan Sanna mencengkram sisi kursi dengan erat. Ia berusaha menahan tangisan yang mendesak untuk keluar. Diperlakukan seperti itu oleh Jenna sudah cukup membuatnya syok, kini Logan semakin memarahinya. “Lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya gadis itu, balas menatap Logan dengan sorot tegas meski berkaca-kaca. “Apakah menurutmu aku ingin datang se

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Dipermalukan dan Mempermalukan

    Sanna menatap rumah mewah yang menjulang tinggi di depannya. Tangan gadis itu menggenggam undangan pemberian Jenna tempo hari. Perayaan kecil itu diadakan di kediaman utama mereka. Sejak awal, Sanna berniat menjaga jarak dari keluarga Logan, tak berusaha untuk terlalu terkait dengan keluarga milyuner itu. Bagaimanapun, semakin Sanna menjaga jarak, semakin mudah baginya untuk terlepas pada waktunya nanti. Akan tetapi, nyatanya ia tak bisa menolak ajakan Jenna. Bahkan, Sanna berani mendatangi kediaman yang sudah seperti kandang singa itu seorang diri. Ia berniat memberitahu Logan saat mereka bekerja. Namun, entah mengapa, tiap kali tatapan mereka bertemu, Sanna teringat akan Logan yang berusaha menyerangnya dan bibirnya seakan terkunci seketika. “Saya bisa menghubungi Tuan Logan jika Nyonya menginginkannya.” Sang sopir menawarkan. Bahkan dia bisa melihat kegugupan pada wajah Sanna. Gadis itu menggelengkan kepala. “Tidak perlu. Aku hanya datang untuk menyapa,” jawab Sanna. Set

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Laki-laki Terburuk

    Logan tertegun. Begitu pula Sanna. Ini kali pertama ia menampar seseorang secara langsung.Tubuh Sanna gemetar ketakutan. Bahunya bergerak naik turun dengan napas kentara saat pandangannya bertemu dengan sorot Logan. Iris cokelat Sanna yang berkaca-kaca dan manik hitam Logan. Waktu seakan berhenti dan Sanna cepat-cepat berdiri. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia melenggang pergi dari sana. Air matanya berhasil lolos saat Sanna membelah kerumunan. Hingga jantung gadis itu kembali tercekat saat seseorang menyergap lengannya. Sanna menoleh secepat kilat dan melihat seorang pria tidak dikenal. Wajahnya terlihat tampan, tetapi tatapannya memandang Sanna dengan penuh hasrat. “Ada apa, Nona? Pria berengsek mana yang membuat gadis secantik dirimu bersedih?” tanya pria itu dengan nada mencurigakan. Tubuh Sanna kembali gemetar ketakutan. Tempat ini benar-benar dipenuhi orang yang berbahaya. Tak menggubris pertanyaannya, Sanna melepaskan tangan pria itu dan beranjak pergi secepat yang ia bis

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Melawan Seorang Pelakor

    Seluruh tubuh Sanna seakan bergetar saat mengatakannya. Ini kali pertama ia bersikap begitu kasar kepada orang lain. Wanita di hadapannya terlihat syok. Ia menatap ke arah Sanna dengan tak percaya, kemudian memandang Logan seakan meminta pembelaan. Rahang Logan mengeras sempurna. Jantung Sanna berdegup lebih cepat saat Logan menghujani dirinya dengan sorot tajam menusuk. “Keluar dari sini,” tukas Logan seraya menjauhi wanita itu. Wanita tak dikenal itu menatap Logan dengan tidak percaya. Logan benar-benar kembali ke tempat duduknya, tanda ia bersiap tenggelam dalam pekerjaannya dan tak mengharapkan sentuhan apa pun. Wanita itu mendengkus tak senang. Ia membereskan pakaiannya seraya menatap tak senang ke arah Sanna, kemudian melangkah kesal ke luar ruangan. Sanna hampir tak percaya ia benar-benar bisa mengusir wanita itu. Tanpa mengatakan apa-apa, Sanna menyerahkan dokumen pagi Logan. “Ini, Tuan—” Logan menyambarnya dengan kasar dan menatap tajam ke arahnya. “Jangan b

  • Kontrak Rahasia dengan CEO Penuh Kuasa   Dukungan untuk Sanna

    Sanna merapatkan bibir dengan gugup. Tamatlah riwayatnya kali ini. Ia telah meneguhkan perasaan hingga yakin tak akan terkejut dengan apa pun yang Logan lakukan hari ini. Namun, Sanna justru kembali membeku saat melihat Amari, ibu mertuanya, di kantor itu. Logan pasti akan membunuhnya jika pertemuan ini membuat Amari mencurigai pernikahan mereka. “Jadi, kamu benar-benar bekerja di sini? Sejak kapan?” Amari bertanya dengan penasaran. Kini keduanya sudah berada di kafetaria. Sanna sengaja mengajak Amari ke tempat yang tidak akan didatangi Logan. Jika keduanya sampai bertemu, Sanna bisa-bisa dipecat hari itu juga. “Aku … aku masih dalam masa training. Aku baru mulai bekerja kemarin.” Gadis itu menjelaskan dengan jujur. Seperti pesan Logan padanya, sang ibu bisa langsung menyadari saat lawan bicaranya berbohong hingga Sanna berpikir satu-satunya cara untuk menghadapi situasi ini adalah dengan jujur. Amari mengangguk satu kali. Gerakannya selalu terlihat terencana, seakan ia merek

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status