Cinta menghembuskan napas dengan sangat pelan. Sejak tadi dia berusaha untuk menahan napas ketika Rafasya mengusap kepalanya. Diperlakukan seperti ini sungguh membuat Cinta merasa bahagia . Apakah ini pertanda bahwa Rafasya sudah memulai membuka hati untuknya? Selama beberapa hari ini, Cinta tidak pernah melihat Rafasya menerima telepon dari Karin . Tidak seperti sebelumnya . Apakah hubungan suaminya itu sudah berakhir dengan kekasih gelapnya. Namun Cinta tidak berani bertanya karena hal ini tercantum di dalam surat perjanjian yang sudah ditandatangani.Setelah yakin bahwa Rafasya sudah tertidur, barulah Cinta merubah posisi tidurnya. Berlahan tapi pasti, tubuhnya semakin merapat dengan Rafasya.Cinta hanya berani menempelkan hidungnya di pundak suami. Setelah mencium pundak Rafasya, tidak lama kemudian Cinta tertidur. Entah apa yang terjadi dengan dirinya, yang pasti Cinta tidak bisa tidur jika tidak mencium aroma tubuh suaminya. Entah mengapa Cinta sampai seperti ini. Awalnya C
"Oh," Rafasya mengulum senyumnya. Cinta menatapnya dengan kesal. "Ingat," jawab rafasya kemudian. "Terus kenapa peluk?" Cinta bertanya dengan wajah yang tampak marah. Hal ini dilakukannya hanya untuk menutupi rasa malu. Rafasya mengulum senyumnya ketika mendengar pertanyaan dari istrinya. Cinta semakin kesal ketika melihat suaminya yang tersenyum seperti sedang mengejek. Apakah Rafasya tahu bahwa semalam dialah yang berpindah posisi. Tiba-tiba saja Cinta merasa panik ketika membayangkan hal ini. Entah ke mana wajahnya harus diletakkan. "Semalam dingin, Abang beneran kedinginan Dek, makanya peluk Adek." Rafasya sengaja mengatakan hal ini supaya Cinta merasa senang. "Pasti cari kesempatan," tuduh Cinta"Meluk istri sendiri halal nggak dosa, "jawab Rafasya. "Kita menikah di atas perjanjian, selagi pernikahan ini diikat surat perjanjian, itu artinya Abang nggak boleh seperti ini." Cinta menolak tubuh suaminya dan kemudian menjauh. Rafasya memandang Cinta. Ternyata istri cantikny
Rafasya diam ketika mendengar pertanyaan dari mamanya. Sepertinya hal itu tidak mungkin, mengingat Dia hanya melakukan satu kali hubungan dengan istrinya."Kenapa diam? " Tanya Sari. "Sepertinya ngga Ma," jawab Rafasya yang tidak ingin memberikan harapan semu. "Oh mama kirain istri kamu sedang hamil. Apa sudah kamu bawa periksa?" tanya Sari lagi Pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas oleh Rafasya, sehingga dia bingung untuk memilih jawaban yang tepat. "Belum.""Kapan Cinta Terakhir kali datang bulan?" Sari berkata dengan wajah serius. Pertanyaan yang dilontarkan Sari membuat Rafasya semakin bingung untuk menjawab. Karena dia memang tidak tahu hal ini sama sekali. Sedangkan Erik hanya memilih diam sambil menunggu jawaban dari putranya. "Bulan semalam Apa masih dapat?" Sari sudah seperti polisi yang sedang melakukan interogasi terhadap tersangka. "Masih." Rafasya berkata asal, yang penting mamanya tidak curiga. "Ya sudah kalau begitu, tapi jika bulan depan Cinta tidak
Menolak keinginan kedua mertuanya, Cinta tidak tega. Namun dia juga tidak bisa melakukan perannya sebagai istri yang selalu melayani suami. Karena surat perjanjian yang sudah dia tanda tangani. Jika Cinta mau menerima ini semua, itu artinya dia sudah tidak memiliki harga diri. Setelah ini, Rafasya akan semakin mudah untuk menginjak harga dirinya. Cinta berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh. Meskipun hatinya terasa perih. Rasanya sungguh sangat sakit jika sudah menyangkut harga diri. Faktanya, harga dirinya sebagai seorang istri sudah tidak ada sejak hari pertama menikah dengan Rafasya. Jadi apakah Cinta masih harus memikirkan tentang harga diri? Apakah Cinta harus menerima permintaan dari kedua mertuanya? Rafasya tersenyum dan mengusap kepala istrinya. "Mama bilang baksonya harus dapat dan jangan pulang jika tidak dapat bakso." Melihat raut wajah istrinya, Rafasya tahu bahwa Cinta memendam rasa sakit di hatinya. Sakit yang dia ciptakan untuk sang istri. Jika d
Cinta sangat senang ketika melihat bakso berukuran besar yang hampir memenuhi mangkok. Bakso beranak yang selalu menjadi favoritnya bersama denga Hana dan Nara. "Abang apa gak mau? " Tanya Cinta yang tersenyum manis. Rafasya menggelengkan kepalanya. Padahal perutnya sudah minta diisi namun ditahannya."Beneran nggak mau?" Cinta memandang Rafasya dengan tersenyum. "Iya, masih terlalu pagi jadi belum selera. " Rafasya beralasan. Cinta menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu Cinta makan ya.""Iya," jawab Rafasya yang mulai fokus dengan handphone nya. Sesuai selera, makan bakso beranak dengan kuah yang pedas. Cinta memasukkan kecap, saus dan samal rawit kedalam mangkok baksonya. Setelah itu dia mulai fokus menikmati bakso favoritnya dan segelas teh hangat. "Bakso beranak di sini benar-benar enak Abang, dagingnya enak dan lembut." Cinta memasukkan potongan daging yang ada di dalam bakso ke dalam mulutnya. Rafasya memandang istrinya sambil menelan air ludah. "Enak ya dek?" Cinta mengan
Niat hati ingin duduk santai di taman sambil menenangkan pikiran. Namun ternyata apa yang dilihat membuat darahnya mendidih. Tubuhnya terasa panas ketika melihat Rafasya bermesraan dengan Cinta. Marah dan emosi, seperti ini yang dirasakan oleh Karin. Dengan mata kepalanya, dia melihat Cinta dan Rafasya sedang duduk mesra di taman sambil memakan kembang gula. Dengan penuh kemarahan, Karin mencoba menghubungi nomor ponsel milik Rafasya, namun panggilannya tidak tersambung. Karin ingin turun dari mobil dan menghajar Cinta. namun otaknya masih bekerja dengan baik. Jika hal itu dilakukannya, sudah pasti akan menimbulkan keributan. Rafasya akan marah dan membela istrinya. Sedangkan Karin, akan dicap sebagai wanita yang tidak tahu malu. Dia akan mendapat cibiran dari para netizen. Yang lebih buruk lagi, dia akan ditinggal oleh para penggemar. Cap sebagai pelakor pun akan dia Terima. Karin belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya. Karena emosi dia sampai melampiaskan kemarahannya de
Rafasya berjalan sambil memegang tangan istrinya. Meskipun Cinta sudah beberapa hari kembali dari Paris, namun tetap saja rasa rindu belum terlepaskan. Bahkan dia ingin selalu bersama dengan Cinta di setiap waktu. Cinta hanya diam saat suaminya membawa masuk ke dalam mall terbesar di jakarta. Kebetulan saat ini sudah jam 10 pagi, hingga mall sudah buka. Lihatlah, dengan memakai piyama tidur, Cinta akan masuk ke toko tas ternama. "Semoga aja bang Rafa gak malu bawa istrinya yang berpenampilan seperti ini, " Gumamnya pelan. "Apa sayang? " Rafasya tidak begitu mendengar apa yang dikatakan istrinya. "He... He.... Gak ada sih, abang apa gak malu bawa Cinta pakai baju seperti ini? " Cinta akhirnya memilih untuk bertanya. Jika Rafasya malu, mungkin dia akan membeli tas di lain waktu. "Kenapa harus malu, adek cantik, pakai baju juga. Terkecuali gak pakai baju, barulah abang malu," jawab Rafasya dengan tersenyum. "Beneran? " Cinta bertanya untuk meyakinkan jawaban dari suaminya. "Iya
"Tiga puluh lima juta?" Cinta mengulang kembali perkataan Sherly. "Iya murcee, murah cekali." Sherly tertawa kecil. Cinta diam dan memandang tas yang sudah memikat hatinya. "Ini apa tidak ada potongan harga?" Si pramuniaga tersenyum sambil sedikit melirik Rafasya. "Sebentar ya mbak Cinta, saya akan temui si bos dulu," pamitnya. "Tidak usah pakai diskon." Rafasya berkata ketika wanita pramuniaga akan pergi.Rafasya merupakan pengusaha yang terkenal. Semua orang tahu seperti apa kekayaan yang dimilikinya. Melihat istrinya meminta potongan harga tentu saja membuat dia malu, seakan tidak mampu untuk membayar harga tas yang dinilainya tidak seberapa. "Tidak apa mas, saya temui Bos saya." Sherly dengan cepat pergi meninggalkan Cinta dan Rafasya. "Kenapa gak langsung bayar aja dek?" Rafasya memandang Cinta. Bagi Rafasya, uang segitu tidaklah besar namun berbeda dengan istrinya. Cinta hanya diam dan memandang tas ditangannya. Dia begitu sangat malas ketika memandang wajah suaminya. Ha
Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan
Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon
Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang
Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C
Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha
Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab
Menjalani kehamilan di dalam tahanan seperti ini terasa begitu sangat berat. Di saat para wanita yang sedang hamil menikmati momen berharga bersama dengan suaminya, dan merasakan perhatian serta kasih sayang dari seluruh keluarganya. Namun tidak untuk Karin. Dia melewati semua masa ini seorang diri. Di dalam tahanan ini waktu begitu lambat berlalu. Bersyukur dia memiliki seorang sahabat yang bernama Berliana. Sahabatnya itulah yang setiap saat selalu mengunjunginya dan memberikan dia berbagai macam vitamin serta susu untuk ibu hamil. Sejak tadi Karin merasa gelisah. Seharusnya kedua orangtuanya sudah datang siang ini. Namun mengapa sampai sore, kedua orangtuanya belum datang juga. Apa mereka tidak jadi berangkat hari ini? "Karin ada telepon untuk kamu." Sipir wanita itu berkata setelah membukakan pintu besi tersebut.Karin dengan cepat beranjak dari duduknya. Saat ini perutnya sudah besar. Karena usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-7.Karin berjalan dengan pelan mengik
Cahaya tidak bisa menolak paksaan dari suaminya. Dan wanita itu akhirnya memilih untuk menurut. Dan kini pasangan pengantin baru itu sedang berdiri di bawah cucuran air shower. Namun ternyata kamar mandi Bukan tempat yang menyenangkan untuk pasangan yang baru Sah menikah tersebut. Anto kembali menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar."Kenapa sudah keluar Mas? Kita belum selesai mandi," Kata Cahaya. Wanita berwajah manis itu sedang berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi sudah dibuat ngos-ngosan oleh sang suami."Nanti mandinya kita lanjut lagi. Sayang, Mas pengen lihat anak kita." Anto tersenyum dan kemudian mencium bibir istrinya."Tapi Aya lagi hamil, apa boleh mas?" tanya Cahaya. Melihat benda keramat sang suami, membuat bulu kutuk Cahaya merinding. "Boleh sayang yang penting mainnya jangan keras. Mas bakal pelan-pelan," jawab Anto. Pasangan pengantin baru itu sudah sama-sama polos sejak dari kamar mandi tadi. Cahaya tidak menyangka bahwa suaminya seagresif ini. Pa
"Sayang, bagaimana kondisi anak hari ini?" Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya. Rafasya sangat cemas ketika Cinta memaksa untuk datang ke acara ijab Kabul Cahaya. Dia takut jika hal buruk terjadi terhadap istri dan calon anaknya."Baik, sangat baik." jawab Cinta. Karena hari ini Cinta tidak merasakan perut yang sakit atau kram. Bahkan gerak bayinya terasa semakin kuat."Anak gadis daddy pintar sekali." Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya."Sayang Abang rindu." Rafasya berkata dengan wajah serius. "Sudah sedekat ini masih bilang rindu?" Cinta memandang Rafasya dengan sedikit memicingkan matanya. Rasanya sungguh sangat aneh ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Padahal mereka sangat dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Karena Rafasya yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. "Rindu sama ini Dek." Rafasya menyentuh bagian yang dia maksud. Dia sudah sangat menginginkan apam legit yang menggiurkan. Selama di rumah sakit, Rafasya selalu mengurus semua kebutu