Senyum di wajah cantik Cinta, seakan tidak pernah surut setelah bertemu dengan kakak angkat beserta kedua keponakannya. Rasa rindu yang selama ini dipendam, akhirnya bisa terobati. Sejak pulang dari Paris, Cinta merasa bahwa keberuntungan selalu saja mendampinginya. Bahkan sikap suaminya yang sudah jauh berubah sehingga membuat dirinya larut dalam rasa bahagia yang tiada tara. Meskipun perubahan sikap Rafasya karena ada di depan orang tuanya, Cinta tidak masalah. Dia sudah siap untuk kembali ke kehidupan normal ketika kedua mertuanya sudah berangkat ke Singapura. Rafasya duduk di atas tempat tidur dengan wajah masam. Pria itu masih menunggu Janji Cinta yang akan membersihkan sisa make up di wajahnya. Bahkan pria itu tidak ingin memandang cermin karena itu bisa menjatuhkan harga dirinya.Cinta masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan wajah serta mengganti pakaian. Setelah selesai dengan ritual mencuci wajah, gosok gigi dan berganti pakaian, Cinta keluar dari kamar mandi dengan
Cinta menghembuskan napas dengan sangat pelan. Sejak tadi dia berusaha untuk menahan napas ketika Rafasya mengusap kepalanya. Diperlakukan seperti ini sungguh membuat Cinta merasa bahagia . Apakah ini pertanda bahwa Rafasya sudah memulai membuka hati untuknya? Selama beberapa hari ini, Cinta tidak pernah melihat Rafasya menerima telepon dari Karin . Tidak seperti sebelumnya . Apakah hubungan suaminya itu sudah berakhir dengan kekasih gelapnya. Namun Cinta tidak berani bertanya karena hal ini tercantum di dalam surat perjanjian yang sudah ditandatangani.Setelah yakin bahwa Rafasya sudah tertidur, barulah Cinta merubah posisi tidurnya. Berlahan tapi pasti, tubuhnya semakin merapat dengan Rafasya.Cinta hanya berani menempelkan hidungnya di pundak suami. Setelah mencium pundak Rafasya, tidak lama kemudian Cinta tertidur. Entah apa yang terjadi dengan dirinya, yang pasti Cinta tidak bisa tidur jika tidak mencium aroma tubuh suaminya. Entah mengapa Cinta sampai seperti ini. Awalnya C
"Oh," Rafasya mengulum senyumnya. Cinta menatapnya dengan kesal. "Ingat," jawab rafasya kemudian. "Terus kenapa peluk?" Cinta bertanya dengan wajah yang tampak marah. Hal ini dilakukannya hanya untuk menutupi rasa malu. Rafasya mengulum senyumnya ketika mendengar pertanyaan dari istrinya. Cinta semakin kesal ketika melihat suaminya yang tersenyum seperti sedang mengejek. Apakah Rafasya tahu bahwa semalam dialah yang berpindah posisi. Tiba-tiba saja Cinta merasa panik ketika membayangkan hal ini. Entah ke mana wajahnya harus diletakkan. "Semalam dingin, Abang beneran kedinginan Dek, makanya peluk Adek." Rafasya sengaja mengatakan hal ini supaya Cinta merasa senang. "Pasti cari kesempatan," tuduh Cinta"Meluk istri sendiri halal nggak dosa, "jawab Rafasya. "Kita menikah di atas perjanjian, selagi pernikahan ini diikat surat perjanjian, itu artinya Abang nggak boleh seperti ini." Cinta menolak tubuh suaminya dan kemudian menjauh. Rafasya memandang Cinta. Ternyata istri cantikny
Rafasya diam ketika mendengar pertanyaan dari mamanya. Sepertinya hal itu tidak mungkin, mengingat Dia hanya melakukan satu kali hubungan dengan istrinya."Kenapa diam? " Tanya Sari. "Sepertinya ngga Ma," jawab Rafasya yang tidak ingin memberikan harapan semu. "Oh mama kirain istri kamu sedang hamil. Apa sudah kamu bawa periksa?" tanya Sari lagi Pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas oleh Rafasya, sehingga dia bingung untuk memilih jawaban yang tepat. "Belum.""Kapan Cinta Terakhir kali datang bulan?" Sari berkata dengan wajah serius. Pertanyaan yang dilontarkan Sari membuat Rafasya semakin bingung untuk menjawab. Karena dia memang tidak tahu hal ini sama sekali. Sedangkan Erik hanya memilih diam sambil menunggu jawaban dari putranya. "Bulan semalam Apa masih dapat?" Sari sudah seperti polisi yang sedang melakukan interogasi terhadap tersangka. "Masih." Rafasya berkata asal, yang penting mamanya tidak curiga. "Ya sudah kalau begitu, tapi jika bulan depan Cinta tidak
Menolak keinginan kedua mertuanya, Cinta tidak tega. Namun dia juga tidak bisa melakukan perannya sebagai istri yang selalu melayani suami. Karena surat perjanjian yang sudah dia tanda tangani. Jika Cinta mau menerima ini semua, itu artinya dia sudah tidak memiliki harga diri. Setelah ini, Rafasya akan semakin mudah untuk menginjak harga dirinya. Cinta berusaha untuk menahan air matanya agar tidak terjatuh. Meskipun hatinya terasa perih. Rasanya sungguh sangat sakit jika sudah menyangkut harga diri. Faktanya, harga dirinya sebagai seorang istri sudah tidak ada sejak hari pertama menikah dengan Rafasya. Jadi apakah Cinta masih harus memikirkan tentang harga diri? Apakah Cinta harus menerima permintaan dari kedua mertuanya? Rafasya tersenyum dan mengusap kepala istrinya. "Mama bilang baksonya harus dapat dan jangan pulang jika tidak dapat bakso." Melihat raut wajah istrinya, Rafasya tahu bahwa Cinta memendam rasa sakit di hatinya. Sakit yang dia ciptakan untuk sang istri. Jika d
Cinta sangat senang ketika melihat bakso berukuran besar yang hampir memenuhi mangkok. Bakso beranak yang selalu menjadi favoritnya bersama denga Hana dan Nara. "Abang apa gak mau? " Tanya Cinta yang tersenyum manis. Rafasya menggelengkan kepalanya. Padahal perutnya sudah minta diisi namun ditahannya."Beneran nggak mau?" Cinta memandang Rafasya dengan tersenyum. "Iya, masih terlalu pagi jadi belum selera. " Rafasya beralasan. Cinta menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu Cinta makan ya.""Iya," jawab Rafasya yang mulai fokus dengan handphone nya. Sesuai selera, makan bakso beranak dengan kuah yang pedas. Cinta memasukkan kecap, saus dan samal rawit kedalam mangkok baksonya. Setelah itu dia mulai fokus menikmati bakso favoritnya dan segelas teh hangat. "Bakso beranak di sini benar-benar enak Abang, dagingnya enak dan lembut." Cinta memasukkan potongan daging yang ada di dalam bakso ke dalam mulutnya. Rafasya memandang istrinya sambil menelan air ludah. "Enak ya dek?" Cinta mengan
Niat hati ingin duduk santai di taman sambil menenangkan pikiran. Namun ternyata apa yang dilihat membuat darahnya mendidih. Tubuhnya terasa panas ketika melihat Rafasya bermesraan dengan Cinta. Marah dan emosi, seperti ini yang dirasakan oleh Karin. Dengan mata kepalanya, dia melihat Cinta dan Rafasya sedang duduk mesra di taman sambil memakan kembang gula. Dengan penuh kemarahan, Karin mencoba menghubungi nomor ponsel milik Rafasya, namun panggilannya tidak tersambung. Karin ingin turun dari mobil dan menghajar Cinta. namun otaknya masih bekerja dengan baik. Jika hal itu dilakukannya, sudah pasti akan menimbulkan keributan. Rafasya akan marah dan membela istrinya. Sedangkan Karin, akan dicap sebagai wanita yang tidak tahu malu. Dia akan mendapat cibiran dari para netizen. Yang lebih buruk lagi, dia akan ditinggal oleh para penggemar. Cap sebagai pelakor pun akan dia Terima. Karin belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya. Karena emosi dia sampai melampiaskan kemarahannya de
Rafasya berjalan sambil memegang tangan istrinya. Meskipun Cinta sudah beberapa hari kembali dari Paris, namun tetap saja rasa rindu belum terlepaskan. Bahkan dia ingin selalu bersama dengan Cinta di setiap waktu. Cinta hanya diam saat suaminya membawa masuk ke dalam mall terbesar di jakarta. Kebetulan saat ini sudah jam 10 pagi, hingga mall sudah buka. Lihatlah, dengan memakai piyama tidur, Cinta akan masuk ke toko tas ternama. "Semoga aja bang Rafa gak malu bawa istrinya yang berpenampilan seperti ini, " Gumamnya pelan. "Apa sayang? " Rafasya tidak begitu mendengar apa yang dikatakan istrinya. "He... He.... Gak ada sih, abang apa gak malu bawa Cinta pakai baju seperti ini? " Cinta akhirnya memilih untuk bertanya. Jika Rafasya malu, mungkin dia akan membeli tas di lain waktu. "Kenapa harus malu, adek cantik, pakai baju juga. Terkecuali gak pakai baju, barulah abang malu," jawab Rafasya dengan tersenyum. "Beneran? " Cinta bertanya untuk meyakinkan jawaban dari suaminya. "Iya