Cahaya diam saat melihat Cinta yang turun dari atas ojek. "Enggak nyangka pengantin baru sudah masuk kuliah," sindir Cahaya sambil memandang Cinta. Cinta hanya diam saat sahabatnya itu menyindirnya. Ia berjalan menuju koridor kampusnya. Saat ini dirinya sangat malas untuk berbicara. Sikap suaminya pagi ini membuat mood-nya tidak enak. "Duh pengantin baru nggak sabaran pengen buru-buru," Cahaya kembali menggoda Cinta yang berjalan Lebih dulu darinya."Ngomong apaan sih," ujar Cinta yang kemudian duduk di koridor kampus."Jam berapa semalam tidur?" tanya Cahaya.Cinta diam dan berpikir sejenak ketika mendengar pertanyaan Cahaya. "Lupa nggak lihat jam," jawabnya."Nonstop sepertinya sampai nggak tahu jam." Cahaya berucap dengan menutup mulutnya.Cinta yang tidak memahami apa yang diucapkan oleh sahabatnya hanya diam. "Kalau jadi pengantin baru memang seperti itu. sangking kebanyakannya lembur," Cahaya Memandang Cinta sambil menggeleng-gelengkan kepalanya."Kebanyakan apa?" tanya Cint
Dengan cepat Cinta beranjak dari duduknya dan sedikit berlari ketika naik ke atas busway. Di jam 5 sore seperti ini, busway memang selalu penuh hingga ia harus berdiri sambil berpegangan dengan besi yang ada di depannya.Cinta turun ketika busway yang di tumpanginya berhenti di halte yang tidak jauh dari apartemen tempat tinggalnya. Tubuhnya cukup lelah setelah mengikuti perkuliahan hingga sore. Rasanya tidak sabar untuk bisa masuk ke dalam apartemen, dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Namun sebelum itu, Cinta berencana untuk makan terlebih dulu. Saat di kampus, dia sengaja tidak makan siang di kantin demi mengirit tentunya. Apa lagi bahan mentah di dalam kulkas sangat banyak. Bila di masak dan diolah, maka akan menjadi menu yang istimewa. Cinta juga, harus menyiapkan menu makan malam bersama dengan suaminya. Setelah menikah, belum pernah Cinta merasakan makan malam bersama dengan suaminya.Cinta masuk ke dalam gedung apartemen dan langsung menuju ke lantai 25. Ia naik ke
"Kita langsung pulang ya." Rafasya berkata ketika mereka selesai makan.Karin menganggukkan kepalanya. Sejak awal datang hingga saat ini, dia merasa tidak nyaman ketika tatapan tajam pengunjung yang ada di restoran itu memandang ke arahnya. "Sejak tadi aku nggak enak makan bang," keluh Karin yang tidak bisa makan dengan nyaman.Berita pernikahan Rafasya cukup menghebohkan dunia entertainment. Pria tampan itu begitu sangat terkenal sebagai pengusaha sukses. Hubungannya dengan Karina membuat dirinya semakin tersorot. Saat ini semua orang sudah mengetahui status yang dimiliki oleh Rafasya. Hal itulah yang membuat pengunjung di sana memandang Karin dengan tatapan tidak suka. Karin dicap sebagai perusak rumah tangga orang meskipun mereka tahu bahwa sebelumnya Karin menjalin hubungan dengan si pengusaha muda."Ya sudah kalau gitu kita langsung pulang." Rafasya yang beranjak dari tempat duduknya. Digandengnya tangan Karin menuju ke kasir. Sejak tadi Rafasya sudah sangat tidak nyaman denga
Karin tersenyum menggoda. Meskipun sudah mendapatkan penolakan dari kekasihnya, namun dia tidak putus asa. Karin kembali mencoba dengan cara yang berbeda. Diambilnya remote tv di tangan Rafasya dan mengganti saluran televisi. Acara musik, menjadi pilihannya. Tubuhnya yang indah meliuk-liuk mengikuti irama musikRafasya beranjak dari duduknya. Musik yang terdengar keras memekakkan genderang telinga, kini sudah tidak terdengar lagi ketika televisi dimatikannya. "Ini sudah malam Abang pulang, Karin istirahat ya." Dikecupnya kening gadis tersebut dan kemudian pergi.Karin menangis saat melihat Rafasya keluar dari dalam apartemen nya. "Kenapa dia selalu menolak. Apa benar dia mencintai aku?" Karin marah dan melempar semua barang yang ada di dalam apartemennya.*Entah sudah berapa jam lamanya Rafasya duduk di dalam mobil tanpa menjalankan mobil tersebut. Kemeja yang dipakainya kini sudah terbuka, begitu juga dengan rambutnya yang acak-acakan.Berulang kali dia mengusap wajahnya dengan kasar
Meskipun sudah mencoba menenangkan diri dan berlapang dada. Tapi tetap saja rasanya masih sakit dan juga perih, ketika diri ini diabaikan dan tidak dihiraukan sama sekali. Tidak ada rasa bersalah apa lagi kata maaf untuk membuat hati ini menjadi lebih baik. Jangan menangis, jangan bersedih, aku tidak boleh nangis. Kalimat itu aku tekankan agar aku tidak terlihat lebih menyedihkan. Sedang Rafasya yang duduk di tepi tempat tidur, hanya diam sambil memandang ke arah istrinya. Maaf, kata itu seharusnya diucapkannya. Namun dia tidak akan melakukan hal itu. Meminta maaf sama saja dengan menjatuhkan harga dirinya. "Abang, Cinta sudah selesai. Abang, maaf ya Cinta ngantuk dan mau langsung tidur." Cinta berbicara dan memandang suaminya yang hanya diam dan memandang tajam ke arahnya.Berbicara dengan pria itu, bagaikan berbicara dengan dinding. Namun ya sudahlah, Cinta tidak perlu memikirkannya. Ia merangkak naik ke atas tempat tidur dan berbaring dengan posisi mengarah ke dinding. Rafasya
Hampir saja jantungnya terlepas dari tempatnya ketika melihat Rafasya yang sedang dalam keadaan polos. Dengan cepat Cinta menutup pintu kamar dan berdiri di depan daun pintu. Ada rasa kesal di hati setiap kali melihat sikap si lelaki yang tidak tahu malu itu. Dan lebih sialnya lagi, lelaki itu adalah suaminya sendiri. Tapi ya sudahlah, Cinta hanya bisa diam dan pasrah. Karena walau bagaimanapun, pria itu penguasa, dia yang menentukan segala-galanya.Sedangkan Cinta hanya menjadi pion yang harus melangkah maju, jika disuruh. Jika diperintahkan mundur, maka dia akan berjalan mundur ke belakang. Begitulah, dia hanya bisa mengikuti instruksi tanpa memiliki keberanian untuk melawan. Cinta sadar Dia sangat bodoh, mau menurut begitu saja dengan perintah Rafasya. Namun apalagi yang bisa dilakukannya. Surat perjanjian sudah ditandatangani, itu artinya dia sudah siap untuk dijadikan boneka mainan. Cukup lama Cinta berdiri di depan pintu sambil menunggu si lelaki selesai berpakaian. Setelah
Setelah selesai sarapan, Cinta membersihkan dapur, mencuci piring, membersihkan apartemen dan mencuci baju, semua ini dikerjakannya menjelang berangkat ke kampus. "Hidup harus di syukuri. Lihat saja, sekarang aku tinggal di apartemen mewah. Ha...ha... Padahal aku gak pernah mimpi untuk bisa tinggal di apartemen mewah seperti ini. Jadi aku gak boleh sedih. Ayo semangat Cinta, kamu pasti bisa." Cinta mengepalkan tangannya di udara, ia berusaha untuk tegar dan mencoba untuk tetap bersabar. Di ambilnya kotak nasi dan memasukkan bubur ayam ke dalam kotak berwarna biru. Cinta membawa dua kotak dan berencana memberikan satu kotak lagi untuk Cahaya. Setelah selesai menyiapkan bekalnya, Cinta bersiap-siap untuk ke kampus. Wanita cantik itu terlihat semakin sempurna dengan memakai baju kemeja tanpa kerah berwarna biru pekat, lengan pendek berbentuk balon dan juga celana kain berwarna hitam. Rambutnya yang panjang di ikat ke atas. Penampilannya terlihat sangat cantik dan elegan. Baju serta c
Karin tersenyum senang ketika Rafasya langsung datang menjemputnya ke apartemen. "Sayang, apa kamu sudah sarapan?" Wanita cantik itu bergelayut manja di tangan kokoh sang kekasih."Belum." Rafasya tersenyum dan kemudian mengecup kening Karin. "Kenapa cuman kening, pipi cemburu." Karin menunjukkan pipi sebelah kanan.Pria itu tersenyum dan kemudian mencium pipi yang ditunjuk oleh kekasihnya."Kiri." Karin tersenyum imut sambil menunjukkan pipi sebelah kirinya dan pria itu kembali menuruti kehendaknya."Ini." Karin mengangkat dagunya dan Rafasya menciumnya."Bibir." Karin memajukan bibir. Rafasya diam memandang bibir yang bergincu merah cabe tersebut. Tapi mengapa yang terbayang bibir istrinya. Bayangan wajah cantik Cinta dan bibir pucat nya. Membuat hatinya tidak tenang.Karin yang sudah tidak sabar, menyambar bibir kekasihnya dan menikmatinya dengan rakus. Rasa nikmat yang dirasakannya, melebihi rasa eskrim. "Sudah puas?" Rafasya bertanya saat Karin sudah melepaskan tautan bibir