"Apanya ma?" tanya Cinta yang sungguh sangat tidak mengerti."Itu." Sari tersenyum sambil mengedipkan matanya."Itu apa ma?" Cinta semakin tidak mengerti."Anu loh." Sari berharap Cinta bisa paham tanpa harus di jelaskan secara detail."Anu apa sih Mama?" Cinta semakin bingung. Otaknya yang cerdas sungguh tidak mampu mencerna perkataan sang mama mertua. "Buat cucu untuk Mama, Cinta." Sari tertawa kecil.Wajah Cinta bersemu merah ketika mendengar pertanyaan Mama mertuanya. Tidak diduganya Sari akan bertanya sampai hal yang pribadi seperti ini. "Sudah kan?" Sari bertanya karena penasaran."Ih Mama kenapa nanya seperti ini." Cinta manyun."Hahaha." Tertawa Sari menggelegar ketika memandang wajah menantunya yang malu-malu."Mama jangan diketawain Cinta dong cinta kan malu." Cinta merengek."Jadi gimana, Mama harus disuruh nangis gitu, karena kamu kehilangan keperawanan." Sari berkata dengan begitu sangat lembut.Cinta hanya diam tanpa menjawab pertanyaan dari mama mertuanya, yang begitu
Rafasya baru pulang ke apartemen jam 12 malam. Dilihatnya suasana di dalam apartemen yang sudah sepi. Tidak ada terdengar suara televisi dan tidak ada pula sosok Istri yang setia menunggu dia pulang. Sepertinya wanita itu benar-benar menuruti perintah. Kakinya terus saja melangkah hingga berhenti di depan pintu kamar. Dibukanya pintu kamar secara berlahan-lahan. Raut wajahnya berubah seketika saat melihat kamar dalam ke adaan kosong. "Kemana dia?" Rahangnya mengeras menahan emosi yang siap untuk meledak. Dengan cepat kakinya melangkah ke kamar mandi. Apa mungkin wanita itu sedang berada di dalam. Rafasya memandang pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Berlahan-lahan di putarannya kenop pintu dan melihat kondisi kamar mandi yang dalam keadaan kosong."Aku mengatakan tidak usah menunggu, bukan menyuruh mu untuk bebas dan pergi sesuka hati," geramnya.Rafasya keluar dari kamar dan berjalan menuju ke dapur. Dilihatnya Cinta duduk di kursi makan dengan kepala berada di atas tanganny
Cahaya diam saat melihat Cinta yang turun dari atas ojek. "Enggak nyangka pengantin baru sudah masuk kuliah," sindir Cahaya sambil memandang Cinta. Cinta hanya diam saat sahabatnya itu menyindirnya. Ia berjalan menuju koridor kampusnya. Saat ini dirinya sangat malas untuk berbicara. Sikap suaminya pagi ini membuat mood-nya tidak enak. "Duh pengantin baru nggak sabaran pengen buru-buru," Cahaya kembali menggoda Cinta yang berjalan Lebih dulu darinya."Ngomong apaan sih," ujar Cinta yang kemudian duduk di koridor kampus."Jam berapa semalam tidur?" tanya Cahaya.Cinta diam dan berpikir sejenak ketika mendengar pertanyaan Cahaya. "Lupa nggak lihat jam," jawabnya."Nonstop sepertinya sampai nggak tahu jam." Cahaya berucap dengan menutup mulutnya.Cinta yang tidak memahami apa yang diucapkan oleh sahabatnya hanya diam. "Kalau jadi pengantin baru memang seperti itu. sangking kebanyakannya lembur," Cahaya Memandang Cinta sambil menggeleng-gelengkan kepalanya."Kebanyakan apa?" tanya Cint
Dengan cepat Cinta beranjak dari duduknya dan sedikit berlari ketika naik ke atas busway. Di jam 5 sore seperti ini, busway memang selalu penuh hingga ia harus berdiri sambil berpegangan dengan besi yang ada di depannya.Cinta turun ketika busway yang di tumpanginya berhenti di halte yang tidak jauh dari apartemen tempat tinggalnya. Tubuhnya cukup lelah setelah mengikuti perkuliahan hingga sore. Rasanya tidak sabar untuk bisa masuk ke dalam apartemen, dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Namun sebelum itu, Cinta berencana untuk makan terlebih dulu. Saat di kampus, dia sengaja tidak makan siang di kantin demi mengirit tentunya. Apa lagi bahan mentah di dalam kulkas sangat banyak. Bila di masak dan diolah, maka akan menjadi menu yang istimewa. Cinta juga, harus menyiapkan menu makan malam bersama dengan suaminya. Setelah menikah, belum pernah Cinta merasakan makan malam bersama dengan suaminya.Cinta masuk ke dalam gedung apartemen dan langsung menuju ke lantai 25. Ia naik ke
"Kita langsung pulang ya." Rafasya berkata ketika mereka selesai makan.Karin menganggukkan kepalanya. Sejak awal datang hingga saat ini, dia merasa tidak nyaman ketika tatapan tajam pengunjung yang ada di restoran itu memandang ke arahnya. "Sejak tadi aku nggak enak makan bang," keluh Karin yang tidak bisa makan dengan nyaman.Berita pernikahan Rafasya cukup menghebohkan dunia entertainment. Pria tampan itu begitu sangat terkenal sebagai pengusaha sukses. Hubungannya dengan Karina membuat dirinya semakin tersorot. Saat ini semua orang sudah mengetahui status yang dimiliki oleh Rafasya. Hal itulah yang membuat pengunjung di sana memandang Karin dengan tatapan tidak suka. Karin dicap sebagai perusak rumah tangga orang meskipun mereka tahu bahwa sebelumnya Karin menjalin hubungan dengan si pengusaha muda."Ya sudah kalau gitu kita langsung pulang." Rafasya yang beranjak dari tempat duduknya. Digandengnya tangan Karin menuju ke kasir. Sejak tadi Rafasya sudah sangat tidak nyaman denga
Karin tersenyum menggoda. Meskipun sudah mendapatkan penolakan dari kekasihnya, namun dia tidak putus asa. Karin kembali mencoba dengan cara yang berbeda. Diambilnya remote tv di tangan Rafasya dan mengganti saluran televisi. Acara musik, menjadi pilihannya. Tubuhnya yang indah meliuk-liuk mengikuti irama musikRafasya beranjak dari duduknya. Musik yang terdengar keras memekakkan genderang telinga, kini sudah tidak terdengar lagi ketika televisi dimatikannya. "Ini sudah malam Abang pulang, Karin istirahat ya." Dikecupnya kening gadis tersebut dan kemudian pergi.Karin menangis saat melihat Rafasya keluar dari dalam apartemen nya. "Kenapa dia selalu menolak. Apa benar dia mencintai aku?" Karin marah dan melempar semua barang yang ada di dalam apartemennya.*Entah sudah berapa jam lamanya Rafasya duduk di dalam mobil tanpa menjalankan mobil tersebut. Kemeja yang dipakainya kini sudah terbuka, begitu juga dengan rambutnya yang acak-acakan.Berulang kali dia mengusap wajahnya dengan kasar
Meskipun sudah mencoba menenangkan diri dan berlapang dada. Tapi tetap saja rasanya masih sakit dan juga perih, ketika diri ini diabaikan dan tidak dihiraukan sama sekali. Tidak ada rasa bersalah apa lagi kata maaf untuk membuat hati ini menjadi lebih baik. Jangan menangis, jangan bersedih, aku tidak boleh nangis. Kalimat itu aku tekankan agar aku tidak terlihat lebih menyedihkan. Sedang Rafasya yang duduk di tepi tempat tidur, hanya diam sambil memandang ke arah istrinya. Maaf, kata itu seharusnya diucapkannya. Namun dia tidak akan melakukan hal itu. Meminta maaf sama saja dengan menjatuhkan harga dirinya. "Abang, Cinta sudah selesai. Abang, maaf ya Cinta ngantuk dan mau langsung tidur." Cinta berbicara dan memandang suaminya yang hanya diam dan memandang tajam ke arahnya.Berbicara dengan pria itu, bagaikan berbicara dengan dinding. Namun ya sudahlah, Cinta tidak perlu memikirkannya. Ia merangkak naik ke atas tempat tidur dan berbaring dengan posisi mengarah ke dinding. Rafasya
Hampir saja jantungnya terlepas dari tempatnya ketika melihat Rafasya yang sedang dalam keadaan polos. Dengan cepat Cinta menutup pintu kamar dan berdiri di depan daun pintu. Ada rasa kesal di hati setiap kali melihat sikap si lelaki yang tidak tahu malu itu. Dan lebih sialnya lagi, lelaki itu adalah suaminya sendiri. Tapi ya sudahlah, Cinta hanya bisa diam dan pasrah. Karena walau bagaimanapun, pria itu penguasa, dia yang menentukan segala-galanya.Sedangkan Cinta hanya menjadi pion yang harus melangkah maju, jika disuruh. Jika diperintahkan mundur, maka dia akan berjalan mundur ke belakang. Begitulah, dia hanya bisa mengikuti instruksi tanpa memiliki keberanian untuk melawan. Cinta sadar Dia sangat bodoh, mau menurut begitu saja dengan perintah Rafasya. Namun apalagi yang bisa dilakukannya. Surat perjanjian sudah ditandatangani, itu artinya dia sudah siap untuk dijadikan boneka mainan. Cukup lama Cinta berdiri di depan pintu sambil menunggu si lelaki selesai berpakaian. Setelah
Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan
Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon
Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang
Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C
Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha
Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab
Menjalani kehamilan di dalam tahanan seperti ini terasa begitu sangat berat. Di saat para wanita yang sedang hamil menikmati momen berharga bersama dengan suaminya, dan merasakan perhatian serta kasih sayang dari seluruh keluarganya. Namun tidak untuk Karin. Dia melewati semua masa ini seorang diri. Di dalam tahanan ini waktu begitu lambat berlalu. Bersyukur dia memiliki seorang sahabat yang bernama Berliana. Sahabatnya itulah yang setiap saat selalu mengunjunginya dan memberikan dia berbagai macam vitamin serta susu untuk ibu hamil. Sejak tadi Karin merasa gelisah. Seharusnya kedua orangtuanya sudah datang siang ini. Namun mengapa sampai sore, kedua orangtuanya belum datang juga. Apa mereka tidak jadi berangkat hari ini? "Karin ada telepon untuk kamu." Sipir wanita itu berkata setelah membukakan pintu besi tersebut.Karin dengan cepat beranjak dari duduknya. Saat ini perutnya sudah besar. Karena usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-7.Karin berjalan dengan pelan mengik
Cahaya tidak bisa menolak paksaan dari suaminya. Dan wanita itu akhirnya memilih untuk menurut. Dan kini pasangan pengantin baru itu sedang berdiri di bawah cucuran air shower. Namun ternyata kamar mandi Bukan tempat yang menyenangkan untuk pasangan yang baru Sah menikah tersebut. Anto kembali menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar."Kenapa sudah keluar Mas? Kita belum selesai mandi," Kata Cahaya. Wanita berwajah manis itu sedang berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi sudah dibuat ngos-ngosan oleh sang suami."Nanti mandinya kita lanjut lagi. Sayang, Mas pengen lihat anak kita." Anto tersenyum dan kemudian mencium bibir istrinya."Tapi Aya lagi hamil, apa boleh mas?" tanya Cahaya. Melihat benda keramat sang suami, membuat bulu kutuk Cahaya merinding. "Boleh sayang yang penting mainnya jangan keras. Mas bakal pelan-pelan," jawab Anto. Pasangan pengantin baru itu sudah sama-sama polos sejak dari kamar mandi tadi. Cahaya tidak menyangka bahwa suaminya seagresif ini. Pa
"Sayang, bagaimana kondisi anak hari ini?" Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya. Rafasya sangat cemas ketika Cinta memaksa untuk datang ke acara ijab Kabul Cahaya. Dia takut jika hal buruk terjadi terhadap istri dan calon anaknya."Baik, sangat baik." jawab Cinta. Karena hari ini Cinta tidak merasakan perut yang sakit atau kram. Bahkan gerak bayinya terasa semakin kuat."Anak gadis daddy pintar sekali." Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya."Sayang Abang rindu." Rafasya berkata dengan wajah serius. "Sudah sedekat ini masih bilang rindu?" Cinta memandang Rafasya dengan sedikit memicingkan matanya. Rasanya sungguh sangat aneh ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Padahal mereka sangat dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Karena Rafasya yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. "Rindu sama ini Dek." Rafasya menyentuh bagian yang dia maksud. Dia sudah sangat menginginkan apam legit yang menggiurkan. Selama di rumah sakit, Rafasya selalu mengurus semua kebutu