Share

18. Permainan Cermin

Tatapan tajam itu masih mengarah pada pintu yang baru saja ditutup oleh Haka. Disusul dengan senyum tipis yang muncul di sudut bibirnya. Kemudian, Arash menggerakkan kepalanya perlahan, meregangkan otot leher yang kaku, dan terdengar bunyi retakan halus.

“Kalian pikir bisa mempermainkanku?” gumamnya dengan nada rendah, hampir seperti bisikan.

Setelah sosok itu akhirnya beranjak pergi, wajahnya yang semula dipaksakan tersenyum perlahan berubah. Senyum palsu itu lenyap, digantikan oleh ekspresi jijik yang tak bisa lagi disembunyikan. Arash kini menepuk-nepuk bahunya, seolah ingin menghilangkan jejak sentuhan yang baru saja terjadi. Tangannya bergerak cepat, mengusap-ngusap kedua telapak tangan dengan keras, seakan ingin menghempas debu yang menempel akibat berjabat tangan dengan Ilona. Rasa jijik masih terasa, namun setidaknya kini ia bisa bernapas lega tanpa harus berpura-pura lagi.

Ia kembali duduk di kursinya, lalu memutarnya perlahan hingga menghadap ke arah jendela besar di bela
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status