Beranda / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB I ONE NIGHT STAND

Share

Kontrak Pemikat CEO Dingin
Kontrak Pemikat CEO Dingin
Penulis: Ilastriasanim

BAB I ONE NIGHT STAND

Penulis: Ilastriasanim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-23 11:15:12

Cekrek! Cekrek! Cekrek!

Tangkapan kamera beberapa kali memotret seorang pria muda bertubuh tegap. Pria itu memperlihatkan dada bidangnya. Seorang gadis pura-pura tertidur sambil memegang ponsel. Ia bersandar mesra di bahu pria yang tertidur pulas. Di ranjang itu, bau minuman beralkohol sangat menyengat.

Gadis bernama Naira, alias 'Cleopatra', ini mencoba melakukan hal gila. Ia melepas pakaian luarnya dan kemeja pria itu. Pelan-pelan, ia kendurkan sabuk celananya, berusaha menciptakan adegan intim yang tampak alami. Hal itu ia lakukan karena sesuatu yang mendesaknya, membuatnya nekat masuk ke kamar hotel milik pria asing tersebut.

"Semoga Anda tidak marah, tuan," bisik Naira lembut, sambil tersenyum cekikikan. Ia mengambil dompet pria itu dari balik celananya, dan mengambil kartu identitasnya.

"Kendrick Wilson, umur tiga puluh tahun. Hm, CEO PT Golden Energy." Naira mengeja kartu nama di tangannya.

"Wow, rupanya benar kata Antony, pria asing ini bukan sembarang orang. Aku beruntung tak salah orang dan tak sia-sia menjebaknya." Senyum seringai Naira menoleh ke arah Kendrick yang tertidur.

Tubuh Naira mendekat menatap Kendrick, dan menyentuh wajahnya dengan usapan lembut jari telunjuknya.

"Aku akan membuatmu membayar apa yang aku butuhkan saat ini, semoga tuan tampan mau bekerjasama," bisik Naira manja mengecup bibirnya sebentar.

***

Suasana kamar yang hening tiba-tiba pecah. Kendrick berteriak. Ia mendapati dirinya tidur di samping gadis asing tanpa pakaian, hanya selimut yang menutupi mereka. Naira terperanjat dan bangkit dari tidurnya, Ia menyadari pria asing itu sudah sadar. Naira pun berteriak kaget, memasang ekspresi wajah seolah tidak sadar berada di kamar hotel bersama pria asing. Kendrick gelagapan mencari pakaiannya yang tercecer di lantai. Ia segera memakainya. Saat tak sengaja memungut pakaian dalam Naira, bola matanya membesar. Ia melemparkannya ke arah wajah Naira.

"Anda siapa? Kenapa saya bisa tidur dengan Anda tanpa pakaian?" tanya Kendrick menyelidik.

"Hey, harusnya saya yang bertanya, kenapa saya bisa tidur tanpa pakaian bersama Anda?! Anda pasti sudah melakukan sesuatu yang tidak pantas terhadap saya, Anda telah menodai ..." balas Naira terhenti ketika mata Ken tertuju ke bagian tubuh Naira yang tersingkap, Naira segera menutup bagian belahan dadanya dan memasang wajah geram.

"Jaga ucapanmu! Saya tidak melakukan apapun terhadap Anda. Jangan-jangan Anda menjebak saya untuk bisa tidur dan siap-siap memeras saya." Tangkis Kendrick menekan sambil mengalihkan pandangannya.

Mata Naira membelalak, dahinya mengernyit mengetahui pria di depannya terlalu 'to the point' bagi dirinya.

Jangan sampai rencananya gagal, batin Naira memohon.

"Hey, bagaimana caranya saya menjebak kamu?! Sementara saya tidak ingat dan mabuk. Saya juga tidak tahu kenapa ada di sini. Jangan-jangan Andalah yang sengaja menjebak saya, meniduri saya, lalu setelah itu Anda kabur tidak mau bertanggung jawab," balas Naira sedikit terisak berusaha memaksimalkan aktingnya untuk terlihat seolah menjadi korban.

Kendrick mengusap wajahnya kasar, ia merasa ini seperti mimpi buruk. Bagaimana bisa ia tertidur di hotel dalam keadaan mabuk membawa seorang gadis masuk dan melakukan hal gila semalaman. Sementara ia merasa tubuhnya tidak merasa kelelahan. Tapi melihatnya telanjang dada dan gadis itu pun tak memakai pakaiannya, pikirannya sedikit kalut dan rasanya isi perut ikut mual setelah mabuk semalam.

Ia pun duduk di tepi ranjang, tertunduk berpikir dan seketika mengingat sahabatnya yang menemaninya semalam tak ada.

"Andrew, di mana kamu?!" gumamnya mulai menyadari. Tangannya mencari-cari ponsel miliknya di antara nakas, kolong tempat tidur, dan di bawah bantal. Tak lama ia menemukannya di balik selimut yang tergulung. Tangannya segera meraih dan mengetik nomor milik Andrew.

Naira merapikan pakaiannya sambil berusaha mencuri dengar apa yang dibicarakan Kendrick terhadap temannya. Kendrick yang melihat tingkah Naira yang menyelidik langsung berpaling menjauh ke sudut kamar.

"Halo Ken, ada apa?" Suara di ujung sana terdengar santai.

"Hey, bajingan. Apa yang kau lakukan semalam?!" bisik Ken menggertak giginya.

"Hahaha ... sorry Ken, kau terlalu mabuk. Jadi saya antarkan kamu ke kamar hotel karena saya tidak kuat memapahmu pulang. Semalam kau banyak meracau kemana-mana, saya tak tahan. Kau juga berat, hahaha ..." Andrew terbahak-bahak mengingat kejadian semalam bagaimana Ken sangat merepotkannya. Ken tak terima mendengar suara santainya. Ia mengepal erat tangannya, rasanya ingin memakinya secara langsung.

"Kau tahu, gara-gara kau membawa saya ke kamar, saya jadi terjebak dengan gadis gila tak dikenal," balas Ken menekan.

"Maksudmu apa? Saya tak paham Ken." Andrew mengernyit, mencerna apa yang diucapkan Ken.

"Cepat datang ke hotelmu! Situasinya sangat membuatku ... "

Grep! Ponsel Ken di ambil paksa Naira dan menyembunyikan di balik tangannya. Sementara suara 'halo, halo' dari ujung sana masih terdengar sampai Naira yang menutup sambungannya.

"Tolong kembalikan ponsel saya, nona!" pinta Ken dengan suara beratnya. Namun, masih terdengar lembut.

"Tidak! Saya tidak mau Anda melibatkan pihak lain untuk masalah ini. Kejadian ini hanya antara saya dan tuan. Jadi, tolong hari ini kita selesaikan bersama," hardik Naira mencoba menghindari Ken yang berusaha merebut kembali ponselnya.

"Oke, saya akan selesaikan hari ini, tapi tunggu teman saya datang kesini. Karena ini adalah hotel milik keluarganya. Jadi saya ingin memastikan bukti cctv, apa yang terjadi antara Anda dan saya."

Mata Naira membelalak, 'Hah cctv? Wah gawat! Aku harus kabur, sebelum semuanya datang dan menginterogasiku. Apalagi berhadapan dengan orang-orang seperti pria ini, tak mudah jika berurusan dengan banyak orang,' gumam Naira dalam hati.

Tanpa pikir panjang, Naira melemparkan ponsel ke arah Ken yang tak siap menangkap. Ia berlari keluar menuju pintu dan membalik badan mengeluarkan sebuah dompet milik Ken.

"Saya tahan milik Anda! Kalau Anda butuh ini, silahkan cari saya." Senyum manis sambil mengerlingkan satu matanya, Naira memainkan dompet milik Ken sambil berlalu pergi.

"Hey, tunggu nona!" panggil Ken menyusul Naira yang cepat menghilang dari balik pintu.

Ken yang berdiri mematung dengan pikiran kosong, melewati kejadian sekejap mata hanya mampu mengacak-acak rambutnya. Ia melempar tubuhnya di ranjang, menatap ke langit atap kamar hotel sembari mencoba mengingat-ingat kejadian semalam.

"Apa yang terjadi semalam? Siapa gadis itu?" gumam Ken mengurut keningnya yang sedikit pusing efek mabuk semalam.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB II MALAM KEJADIAN

    Situasi bar cukup ramai, orang-orang dengan segala suasana hatinya menduduki tiap kursi yang mengelilingi meja bulat. Berbagai minuman keras dan makanan ringan mengisi hampir separuh meja di bar itu. Di antara deretan pengunjung, Kendrick dan Andrew tengah menikmati wiski. Andrew yang memegang botolnya dan Ken yang terus menerus meminta gelasnya untuk diisi. "Ken, kau sudah terlalu banyak minum. Dua botol sudah kau habiskan," "Sudahlah ... di luaran sana banyak wanita seperti Laura. Kau tak perlu sepatah hati ini sampai harus menghabiskan banyak gelas dan membuatmu mabuk tak karuan," "Setelah ini, saya akan kenalkan kamu pada gadis-gadis cantik kenalanku." Andrew terus membujuk Ken untuk berhenti minum. "Diam, kau! Ka-lau kau tak su-ka Ndrew, kau pu-lang sa-ja. Biar saya ...sendiri! Saya ingin ...sen ...di ...ri ..." ucap Ken meracau sedikit terbata-bata. Andrew menepuk keningnya merasa menyesal sudah membawa Ken ke bar miliknya. "Kalau tahu kau sampai begini, lebih baik k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB III MENCARI BUKTI

    "Bagaimana, Ken? Apa yang kau temukan?" tanya Andrew tergopoh-gopoh menghampiri Ken yang sedang memperhatikan putaran ulang cctv oleh petugas hotel. Ken tidak menjawab dan memberi kode mata untuk sedikit bergeser menjauh dari petugas hotel. Khawatir petugas itu ikut menguping dan bisa jadi pembicaraan internal karena mereka tahu Ken berhubungan dekat dengan bosnya. Walaupun sebenarnya sudah menjadi hal lumrah setiap hari melihat para gadis keluar masuk hotel. Akan tetapi ini berurusan dengan citra Ken dan perusahaan ke depannya. "Saya putar dari berbagai area cctv, ada dua gadis mabuk berjalan di koridor hotel dan gadis gila itu salah satunya seperti salah masuk kamar. Nah, teman yang mengantarnya hanya membantu memapah ke arah kamar saya," bisik Ken menunjukkan putaran ulang cctv yang telah ia salin ke ponsel miliknya. Andrew yang penasaran merebut ponsel Ken dari tangannya, mengamati dengan seksama. Di video dua gadis itu terlihat tidak mencurigakan karena dari sepersekian det

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB IV SUMBER MASALAH

    "Halo, nona? Kita bertemu lagi." Suara berat pria berusia 50 tahunan. 'Ah,aku tahu pria ini' batin Naira, membuka pelan matanya melihat pria bertubuh kekar di depannya, wajahnya cukup sangar, sambil menjinjing sebuah tas hitam di tangan kirinya. Naira hanya tersenyum tipis, tapi pria itu membalasnya dengan wajah datar. "Bagaimana dengan janjimu, nona?" "A-ahh ...soal itu, ma-maaf bos Sam. Untuk kali ini, beri saya waktu seminggu lagi." Pinta Naira gugup, tersenyum berseri menampilkan gigi atasnya sambil mengatupkan kedua tangannya memohon. "Maksudmu? Kau mau berbohong lagi?!" tanya Pria itu yang dipanggil sebutan bos Sam, dengan suara meninggi. "Tidak berbohong bos! Tapi saya minta tambahan waktu lagi. Tolong untuk terakhir, kali ini saya minta perpanjangan waktu," jawab Naira dengan wajah memelas. "Kau tahu kan, konsekuensi atas ucapanmu barusan?" Naira Mengangguk. "Maaf nona, saya sudah tidak mau tertipu dengan Anda lagi. Kali ini kau harus menyerahkan surat kepemilik

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB V PLAN B

    "Permisi Pak, maaf mengganggu." Sekretaris Ken masuk ke ruangan kerja Ken. "Ya, masuk. Ada apa Keisya?" jawab Ken masih fokus bekerja. Di meja itu terpampang papan nama bertuliskan Kendrick Wilson, CEO. "Pak, gawat!" Keisya mencoba memberi tahu Ken sesuatu tapi terhenti, ragu-ragu. "Lanjut, Kei." Ken mencoba santai. "Be-begini, ada hal yang tidak mengenakkan untuk Pak Ken dengar." Ken menaikkan kedua alisnya menunggu Keisya melanjutkan. Sementara Keisya masih saja gugup untuk menyampaikan sesuatu yang penting bagi bosnya, mengingat bagaimana bosnya selalu bertindak cepat dan lugas jika menyangkut citra dirinya. Dan itu berimbas merepotkannya. "Apakah Pak Ken sudah mengecek berita hari ini?" "Belum," jawab Ken singkat. "Um ... wa-wajah mirip Bapak, terpampang di berita gosip, tentang skandal Bapak." Keisya yang ragu-ragu akhirnya menyerahkan tablet ke tangan Ken, memunculkan satu layar informasi dengan tulisan judul yang mencuri perhatian. Ken yang masih belum menangka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB VI PENTHAUS

    Sebuah taksi membawa Naira ke sebuah tempat yang belum pernah ia kunjungi. Tapi, tempat itu tak asing baginya karena sering melihat diberbagai brosur properti mewah. "Sudah sampai nona," ucap sopir menyadarkan lamunan Naira. Naira pun berterimakasih dan keluar mobil melanjutkan tujuannya. Kakinya segera melangkah memasuki gedung tinggi dan menaikinya dengan lift sampai tiba di sebuah apartemen paling atas. Mata Naira takjub begitu sampai di tempat kediaman Ken di sebuah penthaus mewah tempat para eksekutif tinggal. Ia pun segera mengabari Ken lewat pesan singkat saat tiba di depan pintunya. Tak lama pintu terbuka menampakkan sosok Ken yang berbusana santai mengenakan kaos putih dan celana jeansnya. Naira yang saat itu memakai dress bodycon ditambah outer jeansnya merasa sedikit tersipu, lantaran dirinya merasa seperti seorang gadis menemui kekasihnya untuk jalan bersama. Namun pikirannya terbuyarkan saat tangan Ken dengan cepat menariknya ke dalam dan menahan tubuh Naira menemp

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB VII SALAH PAHAM

    Satu tamparan keras di pipi kanan Ken sedikit mengalirkan sensasi panas yang menjalar ke ruang dadanya. Ken ikut bangkit dan tangannya mulai memegang kedua tangan Naira dengan tatapan tajamnya. "Jangan sok suci nona! Saya tahu siapa Anda sebenarnya!" ucap Ken menghentikan tubuh Naira yang hendak melangkah keluar. "Anda pikir, ketika sudah berhubungan dengan saya, hidup Anda akan lebih mudah? Saya bahkan tahu tempatmu bekerja, nomor apartemenmu, dan juga akun sosial mediamu." Tegas Ken membuat Naira semakin terpaku. "Tolong lepaskan!!! Saya hanya minta Anda membayar apa yang telah Anda lakukan malam itu!" teriak Naira berusaha ingin kabur. Namun ingatannya terus mengawang ke arah uang yang harus ia dapatkan. Karena waktunya semakin sempit mengingat bos Sam sudah beberapa kali menghubungi untuk memperingatinya. Suasana ruang tamu semakin memanas tatkala mereka beradu mulut dan mata. Naira yang mencoba melepaskan genggaman Ken tak mampu ia tepis karena kekuatan pria di depannya l

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB VIII BERTEMU PAPA

    "Maafkan saya nyonya jika saya sudah lancang masuk ke ranah pribadi milik Ken." Kepala Naira menunduk sebentar tanda minta maaf dan mendongak kembali tegak. "Apa yang akan kamu ucapkan gadis licik?!" Sergah Ken khawatir. Naira menghampirinya dan menatapnya dengan sendu. "Nyonya, sebenarnya kami sudah tidrhhhd bersmkkk ..." Ken segera menutup mulut Naira yang lancang. Matanya melotot memberi kode untuk berhenti bicara. Tangan Naira mencoba melepaskan, tapi tangan Ken terus menahannya untuk berhenti bicara. sementara mamanya dan Cath tampak kebingungan melihat tingkah kedua orang di hadapannya. "Lepaskan Ken, biarkan wanita ini berbicara!" titah mamanya mengeras, mamanya tahu kalau Ken sedang menutupi sesuatu. Naira yang terengah-engah akhirnya bersyukur bernapas lega. "Nyonya, sebenarnya ..." Naira buru-buru melanjutkan. "Mam, tolong..." Ken menyela, memohon pada mamanya. "KEN!!!" teriak mamanya memekik. "Ayo nak, bicara." "Nyonya, saya hamil anak Ken ..." ucap Naira me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB IX CALON ISTRI

    'Bagaimana ini? Kupikir mereka akan memberikan penawaran sejumlah uang yang banyak kepadaku untuk menggugurkan kehamilan palsuku ini. Tapi Mereka malah menyuruhku menikahi anaknya. Aduh, kalau tahu serunyam ini atas tindakanku, aku lebih baik kabur saja,' batin Naira berkecamuk. "Pap, ini berlebihan. Kenapa harus sampai menikahinya? dia tidak hamil Pap! Dia bohong! Seorang penipu yang ingin memeras keluarga kita." Ken segera menjelaskannya. Naira yang tak ingin dirinya dicurigai segera bangkit mendekat dan berjongkok memohon ke papa Ken, orang sekeliling yang memandangnya semakin heran. "Tidak om, saya tidak bohong. Saya punya bukti alat tespack dan bukti foto kami tidur bersama," sela Naira spontan. Ia baru ingat jika sebelum berangkat ke rumah Ken, sudah berjaga-jaga membawa beberapa alat testpack milik teman satu pekerjaannya untuk membuktikan pengakuannya jika terjadi sesuatu. Dahi Ken mengernyit melihat tindakan Naira yang menurutnya tak habis pikir dengan semua kelicika

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LIX MENUJU TITIK TERANG

    "Siapa yang membuatmu terburu-buru, Nai?" tanya Ken dengan suara sedikit serak. Ia menahan tangan Naira yang hendak melangkah pergi. "Ken? Kau sudah bangun?" tanya balik Naira sedikit terkejut, tangan Ken menahan langkahnya. "Ma-maaf Ken, pagi ini saya harus pulang dulu. Saya tak mau membuat Papa khawatir." Naira hati-hati melepaskan genggaman Ken. "Apa kau sungguh tak akan memperkenalkanku pada Papamu?" tanya Ken lagi menengadah ke arah Naira dengan mata penuh harap. Naira terdiam sejenak, menghindari tatapannya dengan wajah nanar."Apa kau sungguh hari itu tak benar-benar mengakui jika kau juga menyukaiku?" Suara Ken mulai sedikit bergetar, dengan napas yang tercekat."Apa kau sungguh mulai teringat hal lain yang tak aku ketahui, lalu membuatmu mulai menghindariku, Nai?" Ken terus mencecar Naira dengan kilatan terluka di matanya. Naira masih saja terdiam, ia memejamkan matanya sejenak sambil menghela napasnya yang berat. "Maaf, tuan. Saya benar-benar belum siap. Kalau bisa, saya

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LVIII TIDUR BERSAMA

    Sebuah taksi berhenti mendadak di depan bar. Naira melompat keluar, matanya liar mencari di tengah riuhnya malam. Di sudut remang, ia menemukan Ken sendirian. Terkulai di meja, wajahnya pucat dan rambutnya awut-awutan, pemandangan yang cukup menusuk hatinya. Jantung Naira mencelos melihat Ken serapuh ini. Ada rasa kasihan bercampur kekecewaan yang menghantamnya. "Aku seperti dejavu melihat kondisimu malam ini, Ken," gumam Naira berusaha mengangkat tubuhnya. Ken yang setengah sadar, hanya menatap samar-samar sosok gadis dalam pandangannya. Ia hanya meresponnya dengan senyum seringai dan tertawa yang tersendat-sendat. Setelah itu, ia benar-benar tertidur membuat Naira semakin kesulitan mengangkatnya. Naira yang tak mampu menopang tubuh Ken yang besar dan tinggi, akhirnya meminta pelayan bar untuk mengantarkannya ke luar sampai menemukan taksi yang lewat. "Terima kasih, tuan," ucap Naira, begitu ia selesai mendudukan Ken dalam taksi. Ia memberi anggukan kecil pada pelayan, sambil mem

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LVII GALAU

    Semenjak Naira mengatakan kalimat terakhir pada Ken bahwa sementara tidak pulang ke apartemennya, sore itu ia pulang menaiki bus, dengan suasana pikiran yang tak karuan. Dengan langkah gontai akibat kelelahan bekerja, ia pun berhenti di sebuah halte tak jauh dari apartemennya. Ia mulai melanjutkan langkahnya sendirian. Sekitar lima belas menit ia berjalan, langkahnya terhenti saat memasuki area lorong apartemennya. Pemandangan sore di hari keduanya pulang ke apartemen, tampak berbeda. Dinding beton lorong apartemen yang biasanya terkesan suram dan menoton. Dalam sehari di tinggalnya bekerja, berubah dengan berbagai hiasan tanaman dalam pot. Sudah berdiri sosok penghuni baru, William, yang sibuk dengan aktifitasnya, tersenyum antusias menyemprot beberapa tanaman kaktus, sansevieria, Monstera deliciosa, dan berbagai tanaman lainnya. “Bagaimana, Nak?” tanya William, tersenyum merekah menanti penilaian Naira yang terpukau. “Wah, Papa keren! Papa hebat! Bisa mengubah tempat yang polos,

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LVI GANTUNG!

    Di bawah pengaruh gairah yang membara, Ken membimbing Naira menuju sofa, merebahkannya perlahan seiring dengan gejolak hasrat yang membuncah dalam dirinya. Jas terlepas dan dasi terulur tak teratur hingga jatuh ke lantai. Dengan lembut, ia mengangkat tangan Naira, menggenggamnya erat sembari Mengeksplorasi setiap sudut mulut bersama decapan basah memecah keheningan. Sentuhan kasih yang berani mulai menyusuri lekuk tubuh Naira di balik pakaiannya. Namun, sebelum sentuhan itu mencapai area yang lebih intim, tangan Naira dengan lembut menahan gerakannya, membuat tatapan penuh tanya Ken tertuju padanya dalam diam. Naira menggeleng perlahan, lalu bangkit, melepaskan diri dari rengkuhan Ken yang hangat. Ken ikut bangkit, terduduk mendongak ke arah Naira yang berdiri. "Nai," lirih Ken, seolah mempertanyakan sikap Naira yang tiba-tiba menghentikannya. Suasana ruangan yang sebelumnya cukup memanas, sejenak terasa hambar begitu melihat Naira buru-buru merapikan pakaiannya yang sedikit terangka

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LV SEBUAH PENGAKUAN

    "Hai, karyawan baru?! Kau telat sepuluh menit dari yang saya minta!" "Apa?!" tanya Naira tak mengerti, saat melangkah masuk begitu pintu baru saja di buka. Ken sedang menatapnya dari arah meja kerjanya dengan ekspresi dingin dan senyum menyeringai. Tubuhnya membelokkan kursi ke kanan dan ke kiri dengan pena yang dimainkan di tangan kanannya. "Bu Dominique, tak memberitahuku!" sanggah Naira cepat. "Mungkin dia sengaja, agar kau dihukum olehku?!" balas Ken dengan senyum seringainya Dahi Naira mengernyit, dengan ekspresi masamnya. "Berarti itu bukan salah saya, tuan," gerutu Naira dengan nada sedikit meninggi. "Lagipula, kenapa juga saya harus menghadapmu terus?! Apa kau tak memiliki pekerjaan?" lanjutnya, memalingkan wajah sambil melipat kedua tangannya di dada. Sontak tubuh Ken bangkit dari kursinya, menghampiri Naira dengan senyum seringainya. Ia mengamati lekat wajah Naira dengan polesan bedak tipis berpadu warna merah

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LIV DRAMA ATASAN DAN BAWAHAN

    Udara tenang dan dingin khas di pagi hari, perlahan menghangat seiring dengan meningkatnya aktivitas di kantor. Beberapa orang sibuk lalu lalang membawa berkas dan melaporkannya pada atasan. Naira, yang tengah fokus mengetik dokumen di komputernya, matanya hanya sesekali menoleh ke arah gelas kopi americano di sampingnya sambil meneguknya. Jeff, juga sibuk mendesain poster dan brosur iklan pameran terbuka yang tak lama lagi akan di gelar. Sementara di ujung meja yang terpisahkan kaca transparan, Dominique, ketua tim acara tersebut cukup serius mengecek berkas-berkas yang dilaporkan stafnya dan beberapa rekanan tim dari marketing dan keuangan. Di sela kesibukannya, tiba-tiba telepon berdering mengejutkannya. Ia pun mengangkatnya sambil mengelus dadanya yang sedikit terlonjak. Tanpa sempat menyapa si penelepon, sebuah perintah dan peringatan terdengar membuat matanya membesar dan suaranya seakan tercekat. Ia meletakkan gagang telepon dengan sedikit mencengkramnya dan membantingnya sedik

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LIII DILEMA

    Mentari mulai merayap turun, semburat merah dan jingga berpadu dalam garis cakrawala yang membentang. Naira, Irene yang baru saja selesai berbelanja keperluan William, segera merebahkan diri di sofa apartemen yang terasa segar setelah mereka bersihkan sebelumnya. "Aahh ...akhirnya, Nai ...kita bisa juga sampai ke tahap ini," ucap Irene menghela napas lega, dengan mata berbinar menatap ke atas langit apartemen. "Setelah empat tahun menemani papamu menjalani perawatan mental, dan kau yang akhirnya bisa melunasi utang pada bos Sam meski harus melalui pernikahan kontrak. Rasanya ... aku yang menemanimu selama perjalanan hidupmu ini, aku sudah bukan lagi disebut sahabat sejatimu, hehe" lanjutnya terkekeh menolehkan kepalanya pada Naira yang juga menatap langit apartemen. Ia menunggu respon Naira yang hanya mengulas senyum tipisnya. "Harusnya aku menyebutmu apa, Ren?" tanya Naira, akhirnya menanggapinya. "Mungkin ...kau bisa menyebutku ...mala

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LII MENGGUGAH KENANGAN PAPA

    "Ren, bagaimana kata dokter?" tanya Naira duduk di samping Irene, setibanya di panti rehabilitasi mental. Irene menoleh ke samping, menyodorkan selembar kertas pemberitahuan dari Dokter yang menyatakan William bisa pulang ke rumah dengan syarat rutin minum obat setiap hari dan terapi beberapa kali dalam satu tahun. “Setelah papamu pulang, bagaimana dengan tempat tinggalmu yang terpisah?” tanya Irene ingin tahu rencana Naira. “Beliau pasti mencurigaimu, apalagi tiga minggu yang lalu, Ken datang ke tempat ini,” lanjutnya sambil menatap beberapa dokter dan perawat berlalu lalang sibuk membawa alat-alat medis. Naira menghela napas dalam. “Aku sudah janji waktu itu akan memberitahu siapa Ken,” ucapnya dengan suara yang terdengar lesu. Matanya memandang ke bawah dengan tatapan kosong. “Tapi, aku tidak akan menceritakan yang sebenarnya, kalau aku menikah kontrak, Ren.” Matanya melirik Irene yang serius mendengarkannya. “Apakah caraku salah, Ren? Bolehkan, aku berbohong pada papaku kali in

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LI MULAI PEDULI

    Ken mengerjap, membuka mata setelah tidur nyenyak akibat begadang semalam. Ia mendapati Naira sudah tidak ada di sampingnya. Refleks, ia meraih ponsel di nakas, membuka kunci, dan terkejut melihat pukul 12 siang. Beberapa pesan Naira dari satu jam sebelumnya menarik dirinya untuk membukanya. Begitu terbaca, ia terbelalak. Pesan berisi permintaan bantuan dirinya untuk menggagalkan periksa kandungan di sebuah klinik sahabat mamanya, membuatnya bangkit berdiri dan bergegas ke kamar mandi membersihkan dirinya secepat kilat. Tanpa sempat menyisir, langkahnya lebar keluar kamar dengan wajah tegang dan panik. Wilson, yang sedang membaca koran di teras, hanya bisa melihat mobil Ken melesat pergi tanpa sempat menanyakan tujuannya atau pakaiannya, bahkan mengabaikan panggilannya. Wilson yang penasaran, segera menanyai pada Cath yang sedang bermain ponsel di ruang tamu. "Cath, kau tahu kakakmu pergi kemana?" Cath menoleh sedikit malas, meletakkan ponselnya dan menggeleng

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status