Beranda / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB LVIII TIDUR BERSAMA

Share

BAB LVIII TIDUR BERSAMA

Penulis: Ilastriasanim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-16 18:34:54

Sebuah taksi berhenti mendadak di depan bar. Naira melompat keluar, matanya liar mencari di tengah riuhnya malam. Di sudut remang, ia menemukan Ken sendirian. Terkulai di meja, wajahnya pucat dan rambutnya awut-awutan, pemandangan yang cukup menusuk hatinya. Jantung Naira mencelos melihat Ken serapuh ini. Ada rasa kasihan bercampur kekecewaan yang menghantamnya.

"Aku seperti dejavu melihat kondisimu malam ini, Ken," gumam Naira berusaha mengangkat tubuhnya. Ken yang setengah sadar, hanya menatap samar-samar sosok gadis dalam pandangannya. Ia hanya meresponnya dengan senyum seringai dan tertawa yang tersendat-sendat. Setelah itu, ia benar-benar tertidur membuat Naira semakin kesulitan mengangkatnya. Naira yang tak mampu menopang tubuh Ken yang besar dan tinggi, akhirnya meminta pelayan bar untuk mengantarkannya ke luar sampai menemukan taksi yang lewat.

"Terima kasih, tuan," ucap Naira, begitu ia selesai mendudukan Ken dalam taksi. Ia memberi anggukan kecil pada pelayan, sambil mem
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LIX MENUJU TITIK TERANG

    "Siapa yang membuatmu terburu-buru, Nai?" tanya Ken dengan suara sedikit serak. Ia menahan tangan Naira yang hendak melangkah pergi. "Ken? Kau sudah bangun?" tanya balik Naira sedikit terkejut, tangan Ken menahan langkahnya. "Ma-maaf Ken, pagi ini saya harus pulang dulu. Saya tak mau membuat Papa khawatir." Naira hati-hati melepaskan genggaman Ken. "Apa kau sungguh tak akan memperkenalkanku pada Papamu?" tanya Ken lagi menengadah ke arah Naira dengan mata penuh harap. Naira terdiam sejenak, menghindari tatapannya dengan wajah nanar."Apa kau sungguh hari itu tak benar-benar mengakui jika kau juga menyukaiku?" Suara Ken mulai sedikit bergetar, dengan napas yang tercekat."Apa kau sungguh mulai teringat hal lain yang tak aku ketahui, lalu membuatmu mulai menghindariku, Nai?" Ken terus mencecar Naira dengan kilatan terluka di matanya. Naira masih saja terdiam, ia memejamkan matanya sejenak sambil menghela napasnya yang berat. "Maaf, tuan. Saya benar-benar belum siap. Kalau bisa, saya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LX "KISAH TEMANKU"

    Jemari Naira sedikit berkeringat, jantungnya berdegup kencang, dan napas pun seolah tercekat menatap William yang menunggu perkataan Naira berikutnya begitu dia memulai pembicaraan serius. Pagi itu, sesuatu yang menekannya seolah membuat bibirnya tak bisa menahannya lagi. Ia harus jelaskan apa yang terjadi sebenarnya, dan hubungan antara dirinya dan Ken. Suara sendok dan garfu yang awalnya terdengar saling beradu, kini William letakkan perlahan, tangannya naik terlipat di atas meja. Matanya tajam mengawasi, membuat Naira semakin gugup dibuatnya. "Pap, a-ada yang ma-mau aku jelaskan hari ini. Ta-tapi ..." William melepas kacamatanya, dagunya sedikit mengangguk ke atas, memberi respon Naira untuk melanjutkannya. Namun, ia melihat putrinya tampak sangat gugup dan sedikit takut jika William mengetahuinnya. Suasana pagi yang hangat itu, seolah berubah menjadi dingin. Namun, William dengan sikap bijaknya, ia mulai menuntun Naira untuk tidak merasa tertekan. "Ajak priamu kesini nanti mal

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXI EMPAT MATA

    Naira teringat dengan janjinya bertemu dengan tantenya, Roselina. Pertemuan itu dijanjikan sore ini setelah sebelumnya saling berkabar lewat pesan singkat. Pesan pengingat Roselina muncul di layar ponselnya, setelah sebelumnya ia mengabari Ken jika William ingin bertemu dengannya malam ini. Sontak menjadi angin segar bagi Ken yang sudah menantinya dari hari-hari sebelumnya. Naira mulai menaiki bus sendirian. Sore itu ia berencana bertemu Roselina di cafe tak jauh dari klinik, setelahnya mengajak Ken ke apartemennya. Dalam bus itu, Naira duduk sendirian memangku tasnya, sambil mengetik beberapa pesan dikirimkannya pada Irene. Ia mengatakan banyak hal tentang kekhawatirannya jika Ken menemui William. Namun, tampaknya Irene belum meresponnya sama sekali. Ia paham sekali kesibukan Irene selama ini. Karena ia harus memegang tanggung jawab terhadap perusahaan kecil milik Naira, yang mana omset pendapatannya belum tinggi. Ia pun kuasakan sementara padanya untuk membuat Naira tidak terhubun

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-17
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXII KESEPAKATAN DUA PRIA

    Naira hanya membuka sedikit pintu kamarnya, pura-pura mencari pakaian, padahal telinganya sepenuhnya menangkap percakapan di luar. Ia ingin tahu apa yang dibicarakan Ken dan ayahnya. Ketika suara itu samar-samar bergerak menuju balkon, Naira melangkah hati-hati, tanpa menimbulkan bunyi sekecil apa pun. Ia melirik ke sekitar, memastikan William tidak melihatnya mencuri dengar. "Ya. Jika kau bisa memenuhi syarat saya, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan!" Ucapan William terdengar begitu jelas hingga membuat jantung Naira mencelos. "Syarat apa yang Papa maksud?" bisiknya lirih, dahinya berkerut dalam, matanya kosong, mencoba mencerna. Ken berdiri membelakangi Naira, namun dari sudut pandang itu terlihat jelas rahangnya yang mengeras. Tangannya mencengkeram pagar balkon dengan erat. Ia membisu, pandangannya tertuju ke kejauhan. Sementara itu, tatapan William tertancap tajam pada wajah Ken yang menegang. Napas Ken yang sedari tadi tertahan akhirnya keluar dengan berat. Ia mena

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIII DIBERHENTIKAN TANPA ALASAN

    Dug! Dug! Dug! Suara pintu ruang kerja Ken di gedor begitu kencangnya. Keisya yang mendengar dari arah ruang kerjanya, terkejut melihat seorang karyawan bersikap tidak sopan. "Bu Naira?! Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Keisya dengan raut wajah sinis. "Maaf, Bu. Tolong biarkan saya masuk menemui pak Ken," "Apa maksudnya? Kau tidak semudah itu masuk sembarangan, kecuali atas perintah pak Kendrick langsung," sela Keisya mencegah Naira yang beberapa kali mengetuk pintu begitu keras. "Tadi saya baca di grup internal tim humas, bahwa pak Ken memberhentikan saya tanpa alasan." Suara Naira terdengar sedikit meninggi, sorot mata tajamnya terpancar. "Saya tak terima pak Ken memperlakukan semena-mena pada karyawannya yang baru seminggu bekerja." Naira terus bersikeras berbicara pada Keisya dengan suara yang lantang. Sementara di dalam ruangan, Ken duduk termenung di meja kerjanya, sambil mendengarkan suara Naira yang sedang berteriak memanggilnya. Ia menyilangkan kakinya, samb

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIV PAMERAN TERBUKA

    Musik instrumental mengalun iringi suasana pameran lingkungan yang terbuka untuk umum. Beberapa stand bazar buku, stand proyeksi pengembangan teknologi, dan beberapa stand lainnya terpajang rapi di antara para pengunjung. Riuh rendah suara pengunjung menonton pagelaran budaya daerah dan aroma makanan khas pun turut meramaikan acara tersebut. Hari itu, cuaca ikut mendukung dengan langit yang membentang kebiruan, sinar mentari yang mulai merayap tinggi, membuat suasana pameran semakin ramai pengunjung. Tak ketinggalan, tampak beberapa anggota direksi dan kolega-kolega penting perusahaan pertambangan, ikut hadir meramaikan acara tersebut. Lalu lalang orang-orang dari para aktivis lingkungan, mahasiswa, hingga para jurnalis sibuk mewawancarai beberapa tamu undangan dari pegawai pemerintah, pengamat, dan orang penting lainnta. Tak ketinggalan sosok berpengaruh dalam acara itu pun, Kendrick sebagai CEO batu bara menjadi pusat perhatian bagi para staf pemerintah. "Wah ...sungguh

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-19
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXV PERTEMUAN TAK TERDUGA

    "Kenapa kau masih saja tidak tahu diri?" tanya Ken dengan suara yang menekan. Aura wajahnya terasa mengintimidasi. Jantung Naira mencelos, dengan napasnya yang tercekat, mengetahui orang yang muncul dari dalam tenda bukanlah Jeff, melainkan Ken. "Kau?" gumam Naira, tampak panik memundurkan kakinya perlahan saat Ken melangkah pelan mendekatinya. Jeff yang tak jauh dari Naira, hanya terdiam membeku, tak sanggup menghadapi bosnya dengan tatapan yang menusuk. "Kau sedang ingin menemui siapa di sini?" tanya Ken sekali lagi, membuat tangan Naira meremas tas kecil yang terselempang di perutnya. Mata Naira mengerjap beberapa kali, berusaha tetap tenang meski tubuhnya seperti terasa mengecil. "Ma-maaf, tuan. Bukankah acara ini untuk siapa saja?!" jawab Naira sedikit gugup. "Benar sekali, nona. Tapi tidak untuk dirimu!" ucapnya sedikit berbisik dengan suara penuh penekanan. Naira menelan salivanya, tak kuat menahan tatapan Ken yang memburu. Ia pun m

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVI SURAT BERHARGA

    "Ya, tuhan ...maafkan saya, nona. Saya tidak sengaja. Maaf, maaf, sekali lagi." Jeff buru-buru menganggukan beberapa kali kepalanya, tanda permintaan maafnya atas kelalaiannya. Suara teriak dan kehebohan orang di depannya, menyadari sedikit makanan tercecer mengenai sepatunya. "Oh my god, Mama?! Lihat, sepatuku terkena tumpahan kotoran!" ucap Cath menggerutu, menghentakkan sepatunya beberapa kali untuk menyingkirkan sedikit tumpahan di sepatunya. "Ya ampun, Sayang ..." Jasmine sangat terkejut, menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia melirik tajam ke arah di hadapannya, sosok Naira dan orang tak dikenal melakukan kecerobohan terhadap putrinya. "Hey! Anda punya mata tidak? di tempat keramaian ini kenapa kau harus berjalan seperti itu?!" tegur Jasmine dengan nada yang tinggi. Jeff yang ketakutan, hanya memainkan jemari tangannya yang sedikit bekeringat. "Ma-maaf nyonya, ini murni kesalahan saya yang tidak berjalan benar," Sejenak suasana menjadi tegang, mengetahui siapa yang ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20

Bab terbaru

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXIX SEBUAH KEJUJURAN

    Ken mengerjapkan matanya, begitu suara ponsel berdering membangunkannya. Dalam pandangan samar, tangannya meraihnya di atas nakas. Ia mengucek matanya menatap sebuah panggilan masuk dari mamanya. Dengan suara yang masih parau, ia mengangkatnya, "halo, Mam, ada apa?" "Ken, apa kau sedang bersama Naira?" tanya Jasmine sedikit merendahkan suaranya. Ken melirik sekilas di sebelahnya, sosok Naira sudah tak ada. Terdengar suara air mengalir di kamar mandi. "Ah, dia, dia sedang di kamarnya, Mam," "Baguslah! Kau tahu tidak jika Laura kemarin ke apartemenmu?" Jasmine langsung ke inti pembicaraan. Sejenak Ken terdiam sedang mengingat kejadian kemarin. Apakah mamanya yang membuat Laura pergi dari penthousnya? Karena akhirnya menanyakan kembali padanya. "Aku tidak mengundangnya, Mam," jawab Ken dengan nada yang malas. "Aish! Kau ini bagaimana?! Diundang atau tidak, tapi dia itu pacarmu, Saya

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TAMU TAK DI UNDANG

    Sandi pintu apartemen berbunyi beberapa kali. Namun tak juga terbuka. Ken dan Naira yang tampak melihat dari layar kamera pintu, hanya saling bertukar pandang. Dari layar kamera pintu, sosok asing berbalut gaun biru muda menyapa Naira untuk pertama kalinya. Kulit putih bersih dan kacamata hitam yang bertengger di rambutnya memberikan kesan anggun. Ia membawa satu koper hitam, dan kacamata hitam yang menyelip di atas rambutnya. Ponsel Ken sekali lagi berdering, Laura dalam video menghubunginya kembali. Ekspresi khawatir dan bingung tampak terlihat saat Ken menatap mata Naira. "Nai, ini tidak seperti yang kamu pikirkan," bisiknya, meraih jari tangan Naira. Dahi Naira berkerut dan melirik sebentar jemarinya yang terangkat, dan kembali memandang Ken di hadapannya. "Nai, kami sudah berpisah sejak beberapa hari sebelum kita bertemu untuk pertama kalinya. Kami juga sudah tak saling menghubungi. Dan, baru akhir-akhir ini dia mulai menghubungiku," tutur Ken menjelaskan. Kedua alisnya hampi

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TERKURUNG

    Ken, tanpa mempedulikan rontaan Naira, menyeretnya paksa memasuki penthaus. Ia membantingkan Naira ke atas ranjang. Dengan kasar, Ia melempar jas dan dasi ke sembarang tempat di lantai, lalu melangkah lebar ke arah Naira yang sedang ketakutan. Naira berusaha keras menghalangi Ken mendekapnya. "Tuan, lepaskan! Hey, lepaskan!" serunya dengan nada yang sedikit meninggi. Napasnya tercekat mendapat tekanan tubuh Ken yang menghimpitnya. Deru napas Ken dan hawa panas yang tercipta dari tubuh Ken menerpa wajah Naira. "Tuan, ada apa denganmu?! Kenapa kau bersikap kasar seperti ini?!" tanya Naira kebingungan dengan sikap Ken yang berubah drastis. Sejak di paksa masuk ke mobil sepulang dari pameran hingga tiba di apartemennya, benaknya dipenuhi tanda tanya besar. Dengan sekuat tenaga, ia melawan, menyikut perut Ken dengan keras hingga membuatnya refleks mengaduh dan melepaskan dekapannya. "Nai ...kenapa kau lakukan ini?" gumamnya, kesakitan sambil memegangi perutnya yang b

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVII CINTA, UANG DAN KEKUASAAN

    "Pak Kendrick, Anda pikir semudah itu membatalkan perjanjian kita?!" sembur Antony, urat lehernya menegang. Pengkhianatan Ken terasa seperti tikaman yang menghunus jantungnya. Mata Ken hanya berkedip sekali, tatapannya dingin tanpa riak sedikit pun, seolah amarah Antony hanyalah debu yang beterbangan. Ia mengembuskan napas perlahan, sebuah jeda sebelum kata-kata terakhirnya menghantam meja pertemuan. "Tuan Antony..." suaranya rendah namun sarat makna, "...Anda pikir saya sebodoh putri William yang Anda perdaya?" Sudut bibir Ken tertarik sinis. "Pengkhianatan dibayar lunas dengan pengkhianatan. Jadi, Anda..." Ia menggantung kalimatnya, menatap intens Antony yang wajahnya mulai memerah padam. Ken membungkuk sedikit, berbisik dengan penekanan di setiap katanya, "...sedang menuai karma Anda sendiri, Pak Antony." Sebuah tepukan singkat namun keras mendarat di bahu Antony, sebelum Ken berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan meja pertemuan itu dan menyisakan amarah

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVI SURAT BERHARGA

    "Ya, tuhan ...maafkan saya, nona. Saya tidak sengaja. Maaf, maaf, sekali lagi." Jeff buru-buru menganggukan beberapa kali kepalanya, tanda permintaan maafnya atas kelalaiannya. Suara teriak dan kehebohan orang di depannya, menyadari sedikit makanan tercecer mengenai sepatunya. "Oh my god, Mama?! Lihat, sepatuku terkena tumpahan kotoran!" ucap Cath menggerutu, menghentakkan sepatunya beberapa kali untuk menyingkirkan sedikit tumpahan di sepatunya. "Ya ampun, Sayang ..." Jasmine sangat terkejut, menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia melirik tajam ke arah di hadapannya, sosok Naira dan orang tak dikenal melakukan kecerobohan terhadap putrinya. "Hey! Anda punya mata tidak? di tempat keramaian ini kenapa kau harus berjalan seperti itu?!" tegur Jasmine dengan nada yang tinggi. Jeff yang ketakutan, hanya memainkan jemari tangannya yang sedikit bekeringat. "Ma-maaf nyonya, ini murni kesalahan saya yang tidak berjalan benar," Sejenak suasana menjadi tegang, mengetahui siapa yang ber

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXV PERTEMUAN TAK TERDUGA

    "Kenapa kau masih saja tidak tahu diri?" tanya Ken dengan suara yang menekan. Aura wajahnya terasa mengintimidasi. Jantung Naira mencelos, dengan napasnya yang tercekat, mengetahui orang yang muncul dari dalam tenda bukanlah Jeff, melainkan Ken. "Kau?" gumam Naira, tampak panik memundurkan kakinya perlahan saat Ken melangkah pelan mendekatinya. Jeff yang tak jauh dari Naira, hanya terdiam membeku, tak sanggup menghadapi bosnya dengan tatapan yang menusuk. "Kau sedang ingin menemui siapa di sini?" tanya Ken sekali lagi, membuat tangan Naira meremas tas kecil yang terselempang di perutnya. Mata Naira mengerjap beberapa kali, berusaha tetap tenang meski tubuhnya seperti terasa mengecil. "Ma-maaf, tuan. Bukankah acara ini untuk siapa saja?!" jawab Naira sedikit gugup. "Benar sekali, nona. Tapi tidak untuk dirimu!" ucapnya sedikit berbisik dengan suara penuh penekanan. Naira menelan salivanya, tak kuat menahan tatapan Ken yang memburu. Ia pun m

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIV PAMERAN TERBUKA

    Musik instrumental mengalun iringi suasana pameran lingkungan yang terbuka untuk umum. Beberapa stand bazar buku, stand proyeksi pengembangan teknologi, dan beberapa stand lainnya terpajang rapi di antara para pengunjung. Riuh rendah suara pengunjung menonton pagelaran budaya daerah dan aroma makanan khas pun turut meramaikan acara tersebut. Hari itu, cuaca ikut mendukung dengan langit yang membentang kebiruan, sinar mentari yang mulai merayap tinggi, membuat suasana pameran semakin ramai pengunjung. Tak ketinggalan, tampak beberapa anggota direksi dan kolega-kolega penting perusahaan pertambangan, ikut hadir meramaikan acara tersebut. Lalu lalang orang-orang dari para aktivis lingkungan, mahasiswa, hingga para jurnalis sibuk mewawancarai beberapa tamu undangan dari pegawai pemerintah, pengamat, dan orang penting lainnta. Tak ketinggalan sosok berpengaruh dalam acara itu pun, Kendrick sebagai CEO batu bara menjadi pusat perhatian bagi para staf pemerintah. "Wah ...sungguh

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIII DIBERHENTIKAN TANPA ALASAN

    Dug! Dug! Dug! Suara pintu ruang kerja Ken di gedor begitu kencangnya. Keisya yang mendengar dari arah ruang kerjanya, terkejut melihat seorang karyawan bersikap tidak sopan. "Bu Naira?! Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Keisya dengan raut wajah sinis. "Maaf, Bu. Tolong biarkan saya masuk menemui pak Ken," "Apa maksudnya? Kau tidak semudah itu masuk sembarangan, kecuali atas perintah pak Kendrick langsung," sela Keisya mencegah Naira yang beberapa kali mengetuk pintu begitu keras. "Tadi saya baca di grup internal tim humas, bahwa pak Ken memberhentikan saya tanpa alasan." Suara Naira terdengar sedikit meninggi, sorot mata tajamnya terpancar. "Saya tak terima pak Ken memperlakukan semena-mena pada karyawannya yang baru seminggu bekerja." Naira terus bersikeras berbicara pada Keisya dengan suara yang lantang. Sementara di dalam ruangan, Ken duduk termenung di meja kerjanya, sambil mendengarkan suara Naira yang sedang berteriak memanggilnya. Ia menyilangkan kakinya, samb

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXII KESEPAKATAN DUA PRIA

    Naira hanya membuka sedikit pintu kamarnya, pura-pura mencari pakaian, padahal telinganya sepenuhnya menangkap percakapan di luar. Ia ingin tahu apa yang dibicarakan Ken dan ayahnya. Ketika suara itu samar-samar bergerak menuju balkon, Naira melangkah hati-hati, tanpa menimbulkan bunyi sekecil apa pun. Ia melirik ke sekitar, memastikan William tidak melihatnya mencuri dengar. "Ya. Jika kau bisa memenuhi syarat saya, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan!" Ucapan William terdengar begitu jelas hingga membuat jantung Naira mencelos. "Syarat apa yang Papa maksud?" bisiknya lirih, dahinya berkerut dalam, matanya kosong, mencoba mencerna. Ken berdiri membelakangi Naira, namun dari sudut pandang itu terlihat jelas rahangnya yang mengeras. Tangannya mencengkeram pagar balkon dengan erat. Ia membisu, pandangannya tertuju ke kejauhan. Sementara itu, tatapan William tertancap tajam pada wajah Ken yang menegang. Napas Ken yang sedari tadi tertahan akhirnya keluar dengan berat. Ia mena

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status