Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB LXVI SURAT BERHARGA

Share

BAB LXVI SURAT BERHARGA

Author: Ilastriasanim
last update Last Updated: 2025-04-20 18:02:47
"Ya, tuhan ...maafkan saya, nona. Saya tidak sengaja. Maaf, maaf, sekali lagi." Jeff buru-buru menganggukan beberapa kali kepalanya, tanda permintaan maafnya atas kelalaiannya. Suara teriak dan kehebohan orang di depannya, menyadari sedikit makanan tercecer mengenai sepatunya.

"Oh my god, Mama?! Lihat, sepatuku terkena tumpahan kotoran!" ucap Cath menggerutu, menghentakkan sepatunya beberapa kali untuk menyingkirkan sedikit tumpahan di sepatunya.

"Ya ampun, Sayang ..." Jasmine sangat terkejut, menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia melirik tajam ke arah di hadapannya, sosok Naira dan orang tak dikenal melakukan kecerobohan terhadap putrinya. "Hey! Anda punya mata tidak? di tempat keramaian ini kenapa kau harus berjalan seperti itu?!" tegur Jasmine dengan nada yang tinggi. Jeff yang ketakutan, hanya memainkan jemari tangannya yang sedikit bekeringat. "Ma-maaf nyonya, ini murni kesalahan saya yang tidak berjalan benar,"

Sejenak suasana menjadi tegang, mengetahui siapa yang ber
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVII CINTA, UANG DAN KEKUASAAN

    "Pak Kendrick, Anda pikir semudah itu membatalkan perjanjian kita?!" sembur Antony, urat lehernya menegang. Pengkhianatan Ken terasa seperti tikaman yang menghunus jantungnya. Mata Ken hanya berkedip sekali, tatapannya dingin tanpa riak sedikit pun, seolah amarah Antony hanyalah debu yang beterbangan. Ia mengembuskan napas perlahan, sebuah jeda sebelum kata-kata terakhirnya menghantam meja pertemuan. "Tuan Antony..." suaranya rendah namun sarat makna, "...Anda pikir saya sebodoh putri William yang Anda perdaya?" Sudut bibir Ken tertarik sinis. "Pengkhianatan dibayar lunas dengan pengkhianatan. Jadi, Anda..." Ia menggantung kalimatnya, menatap intens Antony yang wajahnya mulai memerah padam. Ken membungkuk sedikit, berbisik dengan penekanan di setiap katanya, "...sedang menuai karma Anda sendiri, Pak Antony." Sebuah tepukan singkat namun keras mendarat di bahu Antony, sebelum Ken berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan meja pertemuan itu dan menyisakan amarah

    Last Updated : 2025-04-22
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TERKURUNG

    Ken, tanpa mempedulikan rontaan Naira, menyeretnya paksa memasuki penthaus. Ia membantingkan Naira ke atas ranjang. Dengan kasar, Ia melempar jas dan dasi ke sembarang tempat di lantai, lalu melangkah lebar ke arah Naira yang sedang ketakutan. Naira berusaha keras menghalangi Ken mendekapnya. "Tuan, lepaskan! Hey, lepaskan!" serunya dengan nada yang sedikit meninggi. Napasnya tercekat mendapat tekanan tubuh Ken yang menghimpitnya. Deru napas Ken dan hawa panas yang tercipta dari tubuh Ken menerpa wajah Naira. "Tuan, ada apa denganmu?! Kenapa kau bersikap kasar seperti ini?!" tanya Naira kebingungan dengan sikap Ken yang berubah drastis. Sejak di paksa masuk ke mobil sepulang dari pameran hingga tiba di apartemennya, benaknya dipenuhi tanda tanya besar. Dengan sekuat tenaga, ia melawan, menyikut perut Ken dengan keras hingga membuatnya refleks mengaduh dan melepaskan dekapannya. "Nai ...kenapa kau lakukan ini?" gumamnya, kesakitan sambil memegangi perutnya yang b

    Last Updated : 2025-04-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TAMU TAK DI UNDANG

    Sandi pintu apartemen berbunyi beberapa kali. Namun tak juga terbuka. Ken dan Naira yang tampak melihat dari layar kamera pintu, hanya saling bertukar pandang. Dari layar kamera pintu, sosok asing berbalut gaun biru muda menyapa Naira untuk pertama kalinya. Kulit putih bersih dan kacamata hitam yang bertengger di rambutnya memberikan kesan anggun. Ia membawa satu koper hitam, dan kacamata hitam yang menyelip di atas rambutnya. Ponsel Ken sekali lagi berdering, Laura dalam video menghubunginya kembali. Ekspresi khawatir dan bingung tampak terlihat saat Ken menatap mata Naira. "Nai, ini tidak seperti yang kamu pikirkan," bisiknya, meraih jari tangan Naira. Dahi Naira berkerut dan melirik sebentar jemarinya yang terangkat, dan kembali memandang Ken di hadapannya. "Nai, kami sudah berpisah sejak beberapa hari sebelum kita bertemu untuk pertama kalinya. Kami juga sudah tak saling menghubungi. Dan, baru akhir-akhir ini dia mulai menghubungiku," tutur Ken menjelaskan. Kedua alisnya hampi

    Last Updated : 2025-04-24
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXIX SEBUAH KEJUJURAN

    Ken mengerjapkan matanya, begitu suara ponsel berdering membangunkannya. Dalam pandangan samar, tangannya meraihnya di atas nakas. Ia mengucek matanya menatap sebuah panggilan masuk dari mamanya. Dengan suara yang masih parau, ia mengangkatnya, "halo, Mam, ada apa?" "Ken, apa kau sedang bersama Naira?" tanya Jasmine sedikit merendahkan suaranya. Ken melirik sekilas di sebelahnya, sosok Naira sudah tak ada. Terdengar suara air mengalir di kamar mandi. "Ah, dia, dia sedang di kamarnya, Mam," "Baguslah! Kau tahu tidak jika Laura kemarin ke apartemenmu?" Jasmine langsung ke inti pembicaraan. Sejenak Ken terdiam sedang mengingat kejadian kemarin. Apakah mamanya yang membuat Laura pergi dari penthousnya? Karena akhirnya menanyakan kembali padanya. "Aku tidak mengundangnya, Mam," jawab Ken dengan nada yang malas. "Aish! Kau ini bagaimana?! Diundang atau tidak, tapi dia itu pacarmu, Saya

    Last Updated : 2025-04-24
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB I ONE NIGHT STAND

    Cekrek! Cekrek! Cekrek! Tangkapan kamera beberapa kali memotret seorang pria muda bertubuh tegap. Pria itu memperlihatkan dada bidangnya. Seorang gadis pura-pura tertidur sambil memegang ponsel. Ia bersandar mesra di bahu pria yang tertidur pulas. Di ranjang itu, bau minuman beralkohol sangat menyengat. Gadis bernama Naira, alias 'Cleopatra', ini mencoba melakukan hal gila. Ia melepas pakaian luarnya dan kemeja pria itu. Pelan-pelan, ia kendurkan sabuk celananya, berusaha menciptakan adegan intim yang tampak alami. Hal itu ia lakukan karena sesuatu yang mendesaknya, membuatnya nekat masuk ke kamar hotel milik pria asing tersebut. "Semoga Anda tidak marah, tuan," bisik Naira lembut, sambil tersenyum cekikikan. Ia mengambil dompet pria itu dari balik celananya, dan mengambil kartu identitasnya. "Kendrick Wilson, umur tiga puluh tahun. Hm, CEO PT Golden Energy." Naira mengeja kartu nama di tangannya. "Wow, rupanya benar kata Antony, pria asing ini bukan sembarang orang. Aku beru

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB II MALAM KEJADIAN

    Situasi bar cukup ramai, orang-orang dengan segala suasana hatinya menduduki tiap kursi yang mengelilingi meja bulat. Berbagai minuman keras dan makanan ringan mengisi hampir separuh meja di bar itu. Di antara deretan pengunjung, Kendrick dan Andrew tengah menikmati wiski. Andrew yang memegang botolnya dan Ken yang terus menerus meminta gelasnya untuk diisi. "Ken, kau sudah terlalu banyak minum. Dua botol sudah kau habiskan," "Sudahlah ... di luaran sana banyak wanita seperti Laura. Kau tak perlu sepatah hati ini sampai harus menghabiskan banyak gelas dan membuatmu mabuk tak karuan," "Setelah ini, saya akan kenalkan kamu pada gadis-gadis cantik kenalanku." Andrew terus membujuk Ken untuk berhenti minum. "Diam, kau! Ka-lau kau tak su-ka Ndrew, kau pu-lang sa-ja. Biar saya ...sendiri! Saya ingin ...sen ...di ...ri ..." ucap Ken meracau sedikit terbata-bata. Andrew menepuk keningnya merasa menyesal sudah membawa Ken ke bar miliknya. "Kalau tahu kau sampai begini, lebih baik k

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB III MENCARI BUKTI

    "Bagaimana, Ken? Apa yang kau temukan?" tanya Andrew tergopoh-gopoh menghampiri Ken yang sedang memperhatikan putaran ulang cctv oleh petugas hotel. Ken tidak menjawab dan memberi kode mata untuk sedikit bergeser menjauh dari petugas hotel. Khawatir petugas itu ikut menguping dan bisa jadi pembicaraan internal karena mereka tahu Ken berhubungan dekat dengan bosnya. Walaupun sebenarnya sudah menjadi hal lumrah setiap hari melihat para gadis keluar masuk hotel. Akan tetapi ini berurusan dengan citra Ken dan perusahaan ke depannya. "Saya putar dari berbagai area cctv, ada dua gadis mabuk berjalan di koridor hotel dan gadis gila itu salah satunya seperti salah masuk kamar. Nah, teman yang mengantarnya hanya membantu memapah ke arah kamar saya," bisik Ken menunjukkan putaran ulang cctv yang telah ia salin ke ponsel miliknya. Andrew yang penasaran merebut ponsel Ken dari tangannya, mengamati dengan seksama. Di video dua gadis itu terlihat tidak mencurigakan karena dari sepersekian det

    Last Updated : 2025-01-23
  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB IV SUMBER MASALAH

    "Halo, nona? Kita bertemu lagi." Suara berat pria berusia 50 tahunan. 'Ah,aku tahu pria ini' batin Naira, membuka pelan matanya melihat pria bertubuh kekar di depannya, wajahnya cukup sangar, sambil menjinjing sebuah tas hitam di tangan kirinya. Naira hanya tersenyum tipis, tapi pria itu membalasnya dengan wajah datar. "Bagaimana dengan janjimu, nona?" "A-ahh ...soal itu, ma-maaf bos Sam. Untuk kali ini, beri saya waktu seminggu lagi." Pinta Naira gugup, tersenyum berseri menampilkan gigi atasnya sambil mengatupkan kedua tangannya memohon. "Maksudmu? Kau mau berbohong lagi?!" tanya Pria itu yang dipanggil sebutan bos Sam, dengan suara meninggi. "Tidak berbohong bos! Tapi saya minta tambahan waktu lagi. Tolong untuk terakhir, kali ini saya minta perpanjangan waktu," jawab Naira dengan wajah memelas. "Kau tahu kan, konsekuensi atas ucapanmu barusan?" Naira Mengangguk. "Maaf nona, saya sudah tidak mau tertipu dengan Anda lagi. Kali ini kau harus menyerahkan surat kepemilik

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXIX SEBUAH KEJUJURAN

    Ken mengerjapkan matanya, begitu suara ponsel berdering membangunkannya. Dalam pandangan samar, tangannya meraihnya di atas nakas. Ia mengucek matanya menatap sebuah panggilan masuk dari mamanya. Dengan suara yang masih parau, ia mengangkatnya, "halo, Mam, ada apa?" "Ken, apa kau sedang bersama Naira?" tanya Jasmine sedikit merendahkan suaranya. Ken melirik sekilas di sebelahnya, sosok Naira sudah tak ada. Terdengar suara air mengalir di kamar mandi. "Ah, dia, dia sedang di kamarnya, Mam," "Baguslah! Kau tahu tidak jika Laura kemarin ke apartemenmu?" Jasmine langsung ke inti pembicaraan. Sejenak Ken terdiam sedang mengingat kejadian kemarin. Apakah mamanya yang membuat Laura pergi dari penthousnya? Karena akhirnya menanyakan kembali padanya. "Aku tidak mengundangnya, Mam," jawab Ken dengan nada yang malas. "Aish! Kau ini bagaimana?! Diundang atau tidak, tapi dia itu pacarmu, Saya

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TAMU TAK DI UNDANG

    Sandi pintu apartemen berbunyi beberapa kali. Namun tak juga terbuka. Ken dan Naira yang tampak melihat dari layar kamera pintu, hanya saling bertukar pandang. Dari layar kamera pintu, sosok asing berbalut gaun biru muda menyapa Naira untuk pertama kalinya. Kulit putih bersih dan kacamata hitam yang bertengger di rambutnya memberikan kesan anggun. Ia membawa satu koper hitam, dan kacamata hitam yang menyelip di atas rambutnya. Ponsel Ken sekali lagi berdering, Laura dalam video menghubunginya kembali. Ekspresi khawatir dan bingung tampak terlihat saat Ken menatap mata Naira. "Nai, ini tidak seperti yang kamu pikirkan," bisiknya, meraih jari tangan Naira. Dahi Naira berkerut dan melirik sebentar jemarinya yang terangkat, dan kembali memandang Ken di hadapannya. "Nai, kami sudah berpisah sejak beberapa hari sebelum kita bertemu untuk pertama kalinya. Kami juga sudah tak saling menghubungi. Dan, baru akhir-akhir ini dia mulai menghubungiku," tutur Ken menjelaskan. Kedua alisnya hampi

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVIII TERKURUNG

    Ken, tanpa mempedulikan rontaan Naira, menyeretnya paksa memasuki penthaus. Ia membantingkan Naira ke atas ranjang. Dengan kasar, Ia melempar jas dan dasi ke sembarang tempat di lantai, lalu melangkah lebar ke arah Naira yang sedang ketakutan. Naira berusaha keras menghalangi Ken mendekapnya. "Tuan, lepaskan! Hey, lepaskan!" serunya dengan nada yang sedikit meninggi. Napasnya tercekat mendapat tekanan tubuh Ken yang menghimpitnya. Deru napas Ken dan hawa panas yang tercipta dari tubuh Ken menerpa wajah Naira. "Tuan, ada apa denganmu?! Kenapa kau bersikap kasar seperti ini?!" tanya Naira kebingungan dengan sikap Ken yang berubah drastis. Sejak di paksa masuk ke mobil sepulang dari pameran hingga tiba di apartemennya, benaknya dipenuhi tanda tanya besar. Dengan sekuat tenaga, ia melawan, menyikut perut Ken dengan keras hingga membuatnya refleks mengaduh dan melepaskan dekapannya. "Nai ...kenapa kau lakukan ini?" gumamnya, kesakitan sambil memegangi perutnya yang b

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVII CINTA, UANG DAN KEKUASAAN

    "Pak Kendrick, Anda pikir semudah itu membatalkan perjanjian kita?!" sembur Antony, urat lehernya menegang. Pengkhianatan Ken terasa seperti tikaman yang menghunus jantungnya. Mata Ken hanya berkedip sekali, tatapannya dingin tanpa riak sedikit pun, seolah amarah Antony hanyalah debu yang beterbangan. Ia mengembuskan napas perlahan, sebuah jeda sebelum kata-kata terakhirnya menghantam meja pertemuan. "Tuan Antony..." suaranya rendah namun sarat makna, "...Anda pikir saya sebodoh putri William yang Anda perdaya?" Sudut bibir Ken tertarik sinis. "Pengkhianatan dibayar lunas dengan pengkhianatan. Jadi, Anda..." Ia menggantung kalimatnya, menatap intens Antony yang wajahnya mulai memerah padam. Ken membungkuk sedikit, berbisik dengan penekanan di setiap katanya, "...sedang menuai karma Anda sendiri, Pak Antony." Sebuah tepukan singkat namun keras mendarat di bahu Antony, sebelum Ken berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan meja pertemuan itu dan menyisakan amarah

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXVI SURAT BERHARGA

    "Ya, tuhan ...maafkan saya, nona. Saya tidak sengaja. Maaf, maaf, sekali lagi." Jeff buru-buru menganggukan beberapa kali kepalanya, tanda permintaan maafnya atas kelalaiannya. Suara teriak dan kehebohan orang di depannya, menyadari sedikit makanan tercecer mengenai sepatunya. "Oh my god, Mama?! Lihat, sepatuku terkena tumpahan kotoran!" ucap Cath menggerutu, menghentakkan sepatunya beberapa kali untuk menyingkirkan sedikit tumpahan di sepatunya. "Ya ampun, Sayang ..." Jasmine sangat terkejut, menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia melirik tajam ke arah di hadapannya, sosok Naira dan orang tak dikenal melakukan kecerobohan terhadap putrinya. "Hey! Anda punya mata tidak? di tempat keramaian ini kenapa kau harus berjalan seperti itu?!" tegur Jasmine dengan nada yang tinggi. Jeff yang ketakutan, hanya memainkan jemari tangannya yang sedikit bekeringat. "Ma-maaf nyonya, ini murni kesalahan saya yang tidak berjalan benar," Sejenak suasana menjadi tegang, mengetahui siapa yang ber

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXV PERTEMUAN TAK TERDUGA

    "Kenapa kau masih saja tidak tahu diri?" tanya Ken dengan suara yang menekan. Aura wajahnya terasa mengintimidasi. Jantung Naira mencelos, dengan napasnya yang tercekat, mengetahui orang yang muncul dari dalam tenda bukanlah Jeff, melainkan Ken. "Kau?" gumam Naira, tampak panik memundurkan kakinya perlahan saat Ken melangkah pelan mendekatinya. Jeff yang tak jauh dari Naira, hanya terdiam membeku, tak sanggup menghadapi bosnya dengan tatapan yang menusuk. "Kau sedang ingin menemui siapa di sini?" tanya Ken sekali lagi, membuat tangan Naira meremas tas kecil yang terselempang di perutnya. Mata Naira mengerjap beberapa kali, berusaha tetap tenang meski tubuhnya seperti terasa mengecil. "Ma-maaf, tuan. Bukankah acara ini untuk siapa saja?!" jawab Naira sedikit gugup. "Benar sekali, nona. Tapi tidak untuk dirimu!" ucapnya sedikit berbisik dengan suara penuh penekanan. Naira menelan salivanya, tak kuat menahan tatapan Ken yang memburu. Ia pun m

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIV PAMERAN TERBUKA

    Musik instrumental mengalun iringi suasana pameran lingkungan yang terbuka untuk umum. Beberapa stand bazar buku, stand proyeksi pengembangan teknologi, dan beberapa stand lainnya terpajang rapi di antara para pengunjung. Riuh rendah suara pengunjung menonton pagelaran budaya daerah dan aroma makanan khas pun turut meramaikan acara tersebut. Hari itu, cuaca ikut mendukung dengan langit yang membentang kebiruan, sinar mentari yang mulai merayap tinggi, membuat suasana pameran semakin ramai pengunjung. Tak ketinggalan, tampak beberapa anggota direksi dan kolega-kolega penting perusahaan pertambangan, ikut hadir meramaikan acara tersebut. Lalu lalang orang-orang dari para aktivis lingkungan, mahasiswa, hingga para jurnalis sibuk mewawancarai beberapa tamu undangan dari pegawai pemerintah, pengamat, dan orang penting lainnta. Tak ketinggalan sosok berpengaruh dalam acara itu pun, Kendrick sebagai CEO batu bara menjadi pusat perhatian bagi para staf pemerintah. "Wah ...sungguh

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   LXIII DIBERHENTIKAN TANPA ALASAN

    Dug! Dug! Dug! Suara pintu ruang kerja Ken di gedor begitu kencangnya. Keisya yang mendengar dari arah ruang kerjanya, terkejut melihat seorang karyawan bersikap tidak sopan. "Bu Naira?! Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Keisya dengan raut wajah sinis. "Maaf, Bu. Tolong biarkan saya masuk menemui pak Ken," "Apa maksudnya? Kau tidak semudah itu masuk sembarangan, kecuali atas perintah pak Kendrick langsung," sela Keisya mencegah Naira yang beberapa kali mengetuk pintu begitu keras. "Tadi saya baca di grup internal tim humas, bahwa pak Ken memberhentikan saya tanpa alasan." Suara Naira terdengar sedikit meninggi, sorot mata tajamnya terpancar. "Saya tak terima pak Ken memperlakukan semena-mena pada karyawannya yang baru seminggu bekerja." Naira terus bersikeras berbicara pada Keisya dengan suara yang lantang. Sementara di dalam ruangan, Ken duduk termenung di meja kerjanya, sambil mendengarkan suara Naira yang sedang berteriak memanggilnya. Ia menyilangkan kakinya, samb

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB LXII KESEPAKATAN DUA PRIA

    Naira hanya membuka sedikit pintu kamarnya, pura-pura mencari pakaian, padahal telinganya sepenuhnya menangkap percakapan di luar. Ia ingin tahu apa yang dibicarakan Ken dan ayahnya. Ketika suara itu samar-samar bergerak menuju balkon, Naira melangkah hati-hati, tanpa menimbulkan bunyi sekecil apa pun. Ia melirik ke sekitar, memastikan William tidak melihatnya mencuri dengar. "Ya. Jika kau bisa memenuhi syarat saya, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan!" Ucapan William terdengar begitu jelas hingga membuat jantung Naira mencelos. "Syarat apa yang Papa maksud?" bisiknya lirih, dahinya berkerut dalam, matanya kosong, mencoba mencerna. Ken berdiri membelakangi Naira, namun dari sudut pandang itu terlihat jelas rahangnya yang mengeras. Tangannya mencengkeram pagar balkon dengan erat. Ia membisu, pandangannya tertuju ke kejauhan. Sementara itu, tatapan William tertancap tajam pada wajah Ken yang menegang. Napas Ken yang sedari tadi tertahan akhirnya keluar dengan berat. Ia mena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status