Beranda / Pernikahan / Kontrak Hasrat Tuan Presdir / BAB 118 — BOLEH CIUM, KAN?

Share

BAB 118 — BOLEH CIUM, KAN?

Penulis: Sinar Rembulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-20 00:22:39

Sebuah ekspresi tak terbaca dari Gin membuat Yura menekuk dahinya samar. Syarat yang baru saja ia ajukan kepada Gin bukankah sebuah hal yang wajar? Dan, seharusnya mudah dilakukan untuk pria yang niatnya menyatakan sebuah keseriusan.

Yura ingin pria itu memberikan bukti nyata bahwa benar-benar mencintainya, seperti kalimat yang sempat ia ucapkan beberapa saat yang lalu.

Lantas, mengapa lelaki itu tampak terdiam saat Yura memberikannya? Mereka saling mencintai, lalu apa salahnya?

"Apa kau keberatan, Gin? Aku hanya ingin hubungan kita sah secara agama dan negara. Bukan hanya sebuah kontrak tertulis semata. Tapi jika kau keberatan untuk menikah denganku, lebih baik kita tidak bersama saja." Yura kembali memberikan argumennya.

Gin yang sempat terdiam lantas mendongak. Ia mendengkus dalam hati. Wanita ini memang selalu membuat sebuah kesimpulan sendiri bahkan sebelum Gin menjawab pertanyaannya. "Bukan begitu, Aku pasti menikahimu, Ra," jawab Gin sebelum menghela napas panjang.

Yura meng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
vieta_novie
tuh kan...demi yura gin sanggup melakukan apa pun... yaaahh...erna ganggu deh...gagal deh gin melampiaskan rindu ma yura..xixixixi...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 119 — JANGAN DIPERMASALAHKAN

    "Bisakah lain kali kau melihat situasi dulu sebelum kau masuk ke dalam rumah?"Yura menyorot Erna dengan tatapan tajam setelah deru mobil milik Gin terdengar menjauh. Benar, lelaki itu langsung pamit untuk menyelesaikan urusan usai beradu ketegangan bersama dua wanita di rumah itu. Sementara wanita yang tengah berdiri di hadapan Yura hanya memamerkan barisan giginya yang rapi. "Maaf, tadi aku pikir kalian sedang ngobrol saja, tidak tahunya kalian sedang berbuat ...." Erna tidak melanjutkan kalimatnya. Napas kasar ia lemparkan ke udara. "Lagi pula, kalau niatnya seperti itu, kenapa tidak di kamar saja? Untung aku yang masuk bukan orang lain. Kalau ketahuan orang lain kemungkinan besar besuk pagi kalian tak memiliki wajah untuk keluar!" "Mulutmu itu kalau berkata memang suka sembarangan. Aku tidak mungkin mengajak Gin ke kamar!" jawab Yura setelah mendecakkan bibirnya, hal itu memicu kelakar tawa dari Erna."Jangan salahkan aku lah! Aku bahkan tidak tahu kalau Pak Arya akan ke sini, t

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 120 — GIN YANG MANJA

    Berganti hari.Suara ketukan pintu cukup keras mengambil alih atensi Yura yang sedang menghangatkan susu di atas kompor. Menduga ada seseorang yang berkunjung, Yura segera mengecilkan api dan meninggalkan dapur. Entah siapa yang datang pagi-pagi begini, yang pasti bukan Erna atau pun pengantar katering. Sahabatnya itu sudah berkata semalam bahwa pagi ini tak bisa berkunjung karena harus pergi bersama suaminya sejak subuh ke stasiun. Entahlah mereka akan mengurus apa, wanita itu juga berpesan kepada Yura untuk memasak sarapannya sendiri karena kebetulan katering langganannya hari ini sedang libur.Lalu siapa yang datang pagi-pagi begini? Sebelum melangkah jauh, Yura melirik sekilas ke arah jam dinding dan saat ini baru pukul setengah enam. Masih terlalu pagi untuk seorang tamu biasa.Begitu tiba di ruang tamu, Yura segera membuka pintu. Wanita itu spontan menautkan kedua alisnya kala melihat seorang pria berkemeja batik hitam lengan panjang terpadu dengan celana kain senada sedang b

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 121 — SEBUAH PESAN

    Gin mengerutkan dahi ketika mendapatkan pertanyaan yang tak terduga. Entah majalah mana yang dimaksud calon istrinya itu, Gin sendiri belum paham. Bahkan ia juga tidak mengerti mengapa tiba-tiba Yura membahas majalah. Lalu apa katanya tadi? Pelukan dengan wanita?Selama ini sangat jarang ia menyentuh majalah, malah bisa jadi tidak sama sekali. Majalah digital pun ia jarang membaca jika tidak ada hal yang begitu viral mengenai perusahaannya atau terkait dengan hal-hal yang menurutnya penting. Ia tak terlalu tertarik dengan gosip."Majalah apa maksudmu, hm?" akhirnya pria itu bertanya. Satu hentakan dari belakang berhasil merapatkan tubuh mereka. Dua tangan Gin melingkar begitu posesif di pinggang Yura. Satu tangannya bergerak mengusap perut rata milik wanita itu."Majalah internal kantor. Beberapa waktu yang lalu, aku berkunjung ke ruang arsip untuk membantu Bu Rika merapikan beberapa berkas dan tidak sengaja aku menemukan kumpulan majalah yang sudah lama sekali. Aku iseng saja untuk l

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 122 — HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    "Wellcome home, Sweetheart!"Bibir Yura melengkung naik kala sambutan hangat terdengar dekat di telinganya. Pria bertubuh kekar itu mendorong pintu lebar-lebar mempersilakan Yura untuk masuk lebih dulu, sementara ia menyusul kemudian menyeret sebuah koper dan tas milik Yura.Setelah beberapa minggu Yura meninggalkan tempat itu akhirnya ia kembali. Sesuai dengan kesepakatan mereka kemarin, Yura kembali tinggal bersama Gin sebelum mereka melangsungkan pernikahan resmi. Dan, seperti yang dikatakan Gin tadi pagi, ia menjemput Yura malam hari. Tepat pukul sembilan malam mereka tiba di tempat ini.Tidak ada interior yang berubah. Semua masih sama. Hanya saja ada beberapa lukisan yang telah diganti—tak tahu apa sebabnya. "Kalau sudah lelah istirahatlah, baju-baju ini bisa diurus besuk." Gin membuka pintu kamar di lantai bawah. Koper dan tas yang dibawanya di letakkan di sudut ruangan. Sementara Yura hanya mengangguk saja mengikuti perintah calon suaminya."Iya, aku akan istirahat. Tapi ....

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-22
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 123 — KENANGAN YANG HARUS DIMUSNAHKAN

    Selama ini Yura selalu bertanya apakah salah satu di antara Rama dan dirinya memiliki masalah dalam hal kesehatan reproduksi?Pasalnya setiap kali Yura melakukan pemeriksaan—pun telah berganti ke beberapa klinik dan rumah sakit—hasilnya tetaplah sama. Yura tidak memiliki masalah apa pun. Ia sehat, subur, dan sekarang telah terbukti bisa mengandung. Sejak dulu yang menjadi perdebatan hanyalah Rama yang tak ingin pergi ke dokter dengan banyak alasan. Pekerjaan yang padat, sering ke luar kota membuatnya tak pernah memiliki waktu luang dan rasanya hanya membuang waktu saja ketika ia mengambil hari libur. Juga Katrina yabg selalu mengatakan bahwa Rama baik-baik saja dan tidak punya riwayat dari orang tuanya.Ketika Rama hendak menikahinya pun Katrina mengatakan bahwa putranya sehat-sehat saja tetapi tak pernah memberikan bukti pemeriksaan ini ke tangan Yura. Saat itu, Yura terlalu bodoh dan percaya saja.Kini, setelah mereka benar-benar berpisah, Yura justru menemukan hasil tes tersebut.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 124 — KEHILANGAN PASOKAN UDARA

    "Sherina dan Rama menyebar undangan. Mereka akan bertunangan satu minggu lagi." Ucapan Arkatama membuat dahi Gin berkerut lebih dalam. Lelaki itu langsung menatap ajudannya dengan mata yang memicing tajam. Tak salahkah telinganya ini mendengar kabar? Bagaimana bisa dua orang itu dengan mudahnya meresmikan hubungan? Bahkan belum genap satu minggu Rama bercerai dengan Yura."Apa mereka tak punya adab? Aku sengaja menunda pernikahan karena masih menghargai Rama dan Yura yang baru saja bercerai tapi bajingan itu malah melangsungkan pertunangan?" Gin tertawa mengejek seraya menggelengkan kepalanya heran."Sepertinya itu karena desakan Bu Katrina, Tuan. Dari analisa saya Bu Katrina takut kehilangan Sherina bila tak segera mengikatkan hubungan dengan Rama. Jika mereka sudah bertunangan maka beliau akan lebih leluasa untuk merencanakan semua yang dimau. Kita sudah tahu tujuannya hanya uang sejak awal. Apalagi dengan kita menghentikan pembiayaan Rumah Sakit Rama, tentu itu akan membuatnya pan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 125 — TAHAN HASRATMU, TUAN PRESDIR!

    Tubuh Yura mematung kala pria kekar yang berdiri di hadapannya tiba-tiba menubruk. Entah apa yang terjadi Yura tidak mengerti. Dekapan Gin begitu erat seolah tak ingin dirinya pergi jauh. Dada mereka saling bersentuhan membuat Yura dengan jelas mendengar detak jantung Gin berdebar kencang juga naik turun tak karuan."Gin?" panggilnya, "kau kenapa?"Yura hendak melepaskan tautan tangan Gin di belakang tubuhnya. Namun, pelukan itu terlalu erat hingga Yura kesulitan bernapas dan meloloskan diri."Gin?" tanyanya lagi berusaha membuat lelaki itu rileks. "Bisakah bawa ponselmu setiap kali kau pergi? Kemana pun itu!" ujar Gin setelah berhasil mengurai dekapannya. Tatapannya lurus dan menghunus tajam. Yura sampai menelan ludahnya kasar melihat sorot mata yang terlihat mengancam itu. "I—iya, tapi tenanglah dulu, katakan ada apa? Aku baru saja tiba dan kau seperti ini aku mana tahu apa yang terjadi denganmu?""Apa yang terjadi denganku?" beo lelaki di hadapannya setelah mendengus kasar dan Yur

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-24
  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 126 — SEPENGGAL MASA LALU

    Mual telah membawa segumpal makanan naik ke tenggorokan. Yura yang sebenarnya masih berada di alam mimpi spontan membuka mata dan segera berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya. Meski yang keluar hanyalah cairan tak berwarna tetapi itu cukup menguras tenaganya, dan terkadang sampai harus mengambil napas berkali-kali untuk menstabilkan tubuhnya.Beberapa hari terakhir ia harus berteman dengan mual yang kadang menyerangnya secara tiba-tiba. Ini adalah sebuah rutinitas baru sejak julukan "ibu hamil" disematkan padanya. Anehnya, itu hanya terjadi saat pagi hari seperti ini saja. Sisanya hanya saat-saat tertentu, misal ia mencium bau yang menganggu. Usai membasuh mulut dan mukanya, wanita itu segera melirik ke arah jam dinding. Jarum panjangnya mengarah pada pukul enam. Sementara jarum pendeknya berada di pertengahan angka lima dan enam. Astaga! Ngapain saja sampai ia kesiangan?Lantas Yura buru-buru mengambil tissue dan mengeringkan mulutnya. Wanita itu membawa langkahny

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-25

Bab terbaru

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 271 — TULANG RUSUK YANG TERTUKAR

    Tenggorokan Yura terasa kering. Sebenarnya, tidak masalah jika Rama berkenalan dengan putrinya. Tetapi, bukan itu yang menjadi kekhawatirannya. Semua itu tergantung dengan tanggapan Gin. Bagaimana pun juga, pria itu yang bisa menentukan keputusannya."Berikan saja, Sayang. Biarkan Pak Rama mengenal putri kita." Gin menyahut dari arah belakang. Entah kapan pria itu kembali, kini Gin sudah berdiri di sampingnya."Tapi—""Aku tidak keberatan. Tidak ada salahnya," sahut Gin kembali.Yura kemudian mengangguk dan memberikan Raya kepada mantan suaminya. Rama tampak berbinar melihat Raya dalam pangkuannya. Pria itu bahkan tersenyum sendiri.Sebagai mantan istri, Yura paham betul bahwa semenjak pernikahan mereka dulu, Rama selalu mendambakan kehadiran seorang anak. Namun, harapan mereka pupus kala mendapatkan hasil pemeriksaan medis yang menyatakan bahwa Rama tak bisa memiliki keturunan.Yura berharap, kehadiran Raya bisa sedikit mengobati rasa sakit Rama.Cukup lama Rama menimang Raya. Hingga

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 270 — AKU TIDAK PERNAH MENYESAL

    Sosok itu adalah Rama. Pria yang pernah menjadi suaminya selama kurang lebih lima tahun. Orang yang pernah ia perjuangkan dengan segenap jiwa dan raganya.Yura sudah tidak peduli padanya. Bahkan, dia tidak ingin tahu tentang apa yang dilakukan lelaki itu, hanya tidak menyangka akan bertemu dengan Rama kembali saat ini, di rumah mertuanya sendiri. Dan, Yura melihat perubahan yang sangat besar.Wajah Rama tampak lebih tua dan badannya sedikit kurus. Kumis dan jambangnya terlihat lebih lebat. Penampilannya pun jauh berbeda dengan pertemuan terakhir mereka dahulu. Ia sempat tak percaya bahwa orang yang kini berdiri di hadapannya ini adalah Rama. "Salam kenal, Bu Shinta." Yura menyapa Bu Shinta terlebih dahulu, kemudian mengarahkan padangannya kepada Rama. Ada kecanggungan yang kentara saat Yura bertatap muka dengan Rama, ia tampak ragu saat ingin menyapanya. Demikian halnya dengan Rama yang terlihat menelan ludahnya kasar. Untungnya, interaksi kaku mereka terbaca oleh Bu Shinta. Wanita

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 269 — SANG PEMILIK MASA LALU

    Suasana kediaman utama sore hari ini sedikit lebih ramai dari biasanya. Ketika Gin dan Yura sampai di sana, beberapa mobil jasa angkut berada di sana membawa beberapa paket barang. Gin bertanya kepada beberapa satu asisten rumah tangga yang berjaga di sana dan mereka mengatakan bahwa barang yang dibeli oleh sang ayah adalah lukisan yang secara khusus telah dipesan sejak berbulan-bulan lalu."Kenapa Ayah membeli banyak lukisan?" tanya Yura ketika sudah menjauh dari para asisten rumah tangga. "Maksudku, tumben sekali pesan sebanyak ini. Biasanya hanya satu atau dua untuk ganti properti kantor."Ya. Memesan lukisan bukan sesuatu yang tabu di keluarga Satwika. Sebagai menantu, Yura kerap membantu Wira atau pun Gin mencarikan seniman untuk membeli atau membuat lukisan. Namun, untuk kali ini, tampaknya Wira mencari tanpa bantuannya. Bahkan Gin, putranya sendiri, tidak tahu-menahu tentang ini.Gin yang sedang menggendong putrinya juga mengamati keadaan sekitar selama beberapa saat. Kemudian

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 268 — TEMPAT TERNYAMAN

    Beberapa minggu setelah kepergian Sarah.Mendengar suara tangisan bayi yang begitu kencang, Yura mematikan kompornya dan segera berlari ke lantai atas untuk memeriksa. Saat membuka pintu kamar ruang bayi, tubuhnya sejenak terpaku ketika menemukan Gin sedang menimang putrinya.Wanita itu menghela napas panjang. Sejak tadi, ia sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Saking sibuknya, sampai lupa dengan Raya. Namun, ketika kembali di sini, ia justru dibuat kagum dengan sikap sang suami. Pria itu bahkan belum berganti baju, masih mengenakan handuk mandi untuk menutupi tubuhnya.“Kenapa wajahmu tampak tegang seperti itu?” tegur Gin dengan suara beratnya."Ah, tidak, aku hampir lupa kalau meninggalkan Raya. Aku pikir kau masih mandi atau siap-siap, tapi ternyata kau sudah di sini."Gin hanya merespon dengan sebuah tawa pelan. "Apa aku tidak boleh menimang putriku sendiri?""Bukan seperti itu, Gin. Aku hanya terkejut saja," tutur Yura usai menggeleng sebagai respon.Gin kembali menarik kedua sudut

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 267 — MARTHA, SANG PENAWAR DUKA

    Meskipun ada kelegaan dalam hati karena telah menemukan Martha, Wira tetap tak bisa menyembunyikan dukanya. Kepergian Sarah meninggalkan luka mendalam dan penyesalan dalam dirinya. Semua juga tahu, tak ada yang bahagia saat ditinggalkan selamanya. Sejak tadi, pria itu memilih menyendiri di balkon kamar, merenungkan masa lalunya dan memikirkan masa depannya bersama Martha. Bahkan saat doa bersama di gelar di rumah untuk mengenang Sarah, Wira tak ingin bergabung dengan mereka. Ia lebih memilih untuk menikmati kesunyian dan keheningan di balkon kamarnya."Sudah hampir larut, Mas. Mau sampai kapan melamun di situ?"Suara Martha memecah keheningan di balkon. Malam ini, Wira langsung membawa Martha ke kediaman utama malam itu juga. Ia tidak ingin kehilangan jejak Martha lagi, wanita yang telah membawa secercah cahaya di tengah kesedihannya.Ketika tangan Martha menyentuh pundaknya, Wira menoleh. Ia menurunkan kaki dan mematikan puntung rokoknya. "Sudah selesai?" tanyanya, bermaksud menany

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 266 — JANGAN BIARKAN AKU KEHILANGANMU

    Setelah tiga puluh menit berkendara, mobil berwarna hitam milik Wira terparkir rapi di halaman sebuah rumah beraksen kayu. Rumah modern yang sebenarnya biasa saja dan jauh dari kota, tetapi begitu berarti untuk Martha, wanita yang kini menjadi istri satu-satunya. Rumah ini satu-satunya harapan Wira. Walau tak bisa memastikan apakah wanita itu benar-benar ke rumah ini atau tidak, pria tua berkemeja hitam itu hanya mengikuti kata hati. Gantungan kunci yang terlepas, menjadi satu-satunya petunjuk yang ingin ia buktikan.Dan semoga saja, Martha bisa ia temukan di sini.Ting Tong! Ting Tong! Wira menekan bel dan menanti beberapa saat. Hingga akhirnya terdengar suara pintu terbuka, Wira menoleh dengan cepat. Sayangnya, yang ia temukan bukan Martha, tetapi seorang pembantu di rumah itu.“Bapak?” sapa wanita itu kepada Wira. Rupanya, meski pertemuan mereka dulu hanya beberapa kali, tetapi wanita itu masih ingat bahwa Wira adalah suami majikannya.“Ibu pulang ke sini?” tanya Wira tanpa basa-

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 265 — AKU TAHU DIMANA DIA

    “Dimana Martha?”Wira menatap lurus dua orang binatu perempuan yang baru saja membukakan pintu. Mereka tampak gagap dengan kemunculan sosok Wira yang tidak terduga. Mungkin, mereka mengira Wira tak akan datang ke tempat ini karena sedang berduka. Dan, saat lelaki itu melempar pertanyaan, mereka semua hanya saling melempar tatap, seolah bingung dengan jawaban apa yang harus diberikan kepada sang majikan. “Saya yakin kalian tidak tuli. Dimana Martha?” Sekali lagi Wira bertanya dengan nada lebih tinggi. Tidak peduli dengan dengan mata yang sembab dan wajah kuyu sehabis dari pemakaman, ia mencecar pegawainya. Dua wanita di hadapannya serentak menunduk. Salah seorang memberanikan diri untuk bicara. “Maaf, Bapak, Ibu …. Sedang pergi.”“I—ibu pergi sejak tiga hari yang lalu dan belum pulang, Pak,” timpal pembantu yang satunya. Wira memijat pelipisnya. Kini kecurigaannya terbukti. Hatinya merasa ada yang tidak beres. Sebab sejak semalam wanita itu tak bisa dihubungi dan ketika dijemput,

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 264 — TURUT BERDUKACITA

    Turut Berduka Cita atas meninggalnya Ibu Sarah Gharvita.Puluhan papan karangan bunga berlatar hitam berjajar rapi di sepanjang halaman kediaman keluarga Satwika. Saking banyaknya, sampai harus turun ke bahu jalan. Tak lain halnya dengan pusara, ucapan belasungkawa tak henti mengalir di tempat itu. Sarah tidak tertolong. Setelah jatuh, Wira segera membawa Sarah ke rumah sakit, ia pikir masih ada waktu lebih lama lagi untuk Sarah bertahan, akan tetapi Tuhan menghendaki takdir yang lain.Sarah meninggal dunia tepat dalam pelukan Wira. Setelah semalam di semayamkan, hari ini, jenazahnya dikebumikan.“Istirahatlah dengan tenang,” bisik Wira seraya menabur bunga mawar merah di gundukan tanah yang masih basah. Sebasah wajahnya yang dibanjiri air mata.Semua itu terjadi dengan tiba-tiba. Tidak ada yang menduga kepergian Sarah, bahkan ini lebih cepat dari vonis dokter. Wira orang yang paling terpukul. Meski bertahun-tahun hubungannya dengan Sarah tak baik, sempat pisah ranjang bahkan merasa

  • Kontrak Hasrat Tuan Presdir   BAB 263 — SALAM PERPISAHAN

    “Untuk apa kau mengundang Martha datang?” Wira bertanya dengan sedikit nada panik. Takut, bila Sarah memintanya melakukan hal yang tidak-tidak. Mengingat beberapa teror yang pernah dilakukannya, Wira tak bisa berpikir positif lagi tentang Sarah, sekalipun wanita itu telah banyak berubah. Dan, perihal bertemu Martha itu adalah hal yang kedengarannya mustahil.“Bukan untuk apa-apa. Kau bisa bertanya kepada Yura jika kau tidak percaya.” Sarah tersenyum singkat. Nada bicaranya juga pelan. Tidak ada penekanan sama sekali. “Aku hanya ingin mengenal dia lebih dekat saja. Selama ini, kami belum pernah bicara langsung. Sekarang aku mengerti, mengapa kau lebih memilih dia. Kau bisa mendapatkan apa yang tidak bisa aku berikan darinya.” Tidak banyak yang dilakukan oleh Wira. Hanya menghempas napas panjang setelah istrinya bicara. “Apa tujuanmu ke sini hanya untuk membahas itu? Jika iya, ayo kita pulang saja.”Sarah menolak ajakan itu. “Mengapa di hadapanku kau seolah tidak peduli dengan Marth

DMCA.com Protection Status