Bagaimana reaksi Bu Bella saat mengetahui kehamilan Ratu?
🏵️🏵️🏵️ Tidak sampai dua puluh menit, Dokter Aliyah akhirnya tiba. Ia merupakan dokter keluarga Bu Bella telah bertahun-tahun lamanya. Wanita cantik itu sudah dianggap seperti keluarga oleh orang tua Ratu. “Apa kabar, Dok?” Bu Bella dan Dokter Aliyah saling merangkul. “Alhamdulillah baik, Bu.” Mereka pun melepas rangkulan. “Ternyata Ratu juga di sini.” Dokter Aliyah menyalami Ratu yang sedang berbaring. “Iya, Dok,” jawab Ratu kemudian melepaskan jabatan tangan. “Karena dia di sini, makanya saya menghubungi Dokter. Dia terlihat lemah, wajah pucat, juga mual. Coba periksa kondisinya, Dok.” Dokter Aliyah segera memeriksa keadaan Ratu. Ia melihat ke arah wanita itu dengan wajah berseri-seri lalu mengembangkan senyum. Bu Bella yang melihat reaksi Dokter Aliyah merasa sangat heran. “Ratu baik-baik aja, kok,” ujar Dokter Aliyah sambil tersenyum, setelah selesai memeriksa keadaan Ratu. “Kenapa Dokter tersenyum?” Bu Bella penasaran. “Ratu, kapan terakhir datang bulan?” tanya Dokter
🏵️🏵️🏵️ Bu Bella terkejut mendengar nama Revan, sedangkan Ratu tersenyum bahagia karena suaminya akhirnya datang. “Bibik udah buka pintunya?” tanya Bu Bella kepada Bi Ijah. “Belum, Bu. Saya baru melihat dari jendela.” “Bibik buka pintunya dan minta Revan menunggu di ruang tamu,” perintah Bu Bella kepada asisten rumah tangganya itu. “Baik, Bu,” jawab Bi Ijah lalu kembali menuju ruang tamu. “Ratu mau ketemu Mas Revan, Mah,” ucap Ratu tiba-tiba lalu memilih duduk dari rebahan. “Nggak boleh. Sekarang kamu harus masuk kamar, Mama yang akan menjumpai suamimu.” Bu Bella membantu Ratu berdiri lalu memapahnya berjalan menuju kamar. “Izinkan Ratu menjumpai Mas Revan, Mah,” pinta Ratu setelah duduk di tempat tidur miliknya. “Mama nggak akan mengizinkan kamu bertemu dia.” Bu Bella tetap dengan keputusannya. “Tapi dia suami Ratu, Mah.” “Suami yang tidak pernah mengharapkan keberadaanmu.” “Sekarang Mas Revan udah berubah.” “Mama nggak peduli, kamu tetap di sini. Ini demi kebaikan kamu.
🏵️🏵️🏵️ Revan sangat sedih karena sekarang dirinya tidak bebas berhubungan dengan Ratu. Perbincangan mereka sekarang seolah-olah seperti kesalahan besar yang harus dihentikan. Ia tidak dapat memberikan perhatian penuh kepada Ratu dan anak yang dikandungnya. Sekarang Revan merasakan sakit yang luar biasa dibandingkan saat berpisah dengan Lani. Kali ini ia tidak mampu menjaga dua orang yang ia cintai, istri dan darah dagingnya. Perpisahan ini sungguh sangat menyesakkan baginya. Ia merasa tidak sanggup menjalani hidup seperti ini. Revan berjanji pada dirinya sendiri akan mengatakan kebenaran kepada kedua orang tuanya. Ia sangat berharap agar Ratu segera kembali pulang ke rumah menjadi istri yang ia cintai dan sayangi. Revan ingin menjaga dan memanjakan wanita itu. Revan tiba-tiba ingat apa yang pernah ibunya katakan. Bu Sandra sangat ingin menimang cucu darinya. Ia yakin kalau sang ibu akan membantu agar dirinya kembali bersatu dengan Ratu. Perasaan Revan sedikit lega mengingat har
🏵️🏵️🏵️ Waktu menunjukkan pukul 05.20 WIB, Ratu terkejut mendengar nada video call dari ponselnya. Setelah tadi melakukan salat Subuh, ia berbaring hingga tertidur. Suara nada benda pipih tersebut membuatnya terbangun. Ia melihat layar dengan penuh semangat dan bahagia karena Revan yang menghubunginya. Tanpa menunggu lama, wanita pemilik mata indah itu segera menerima panggilan tersebut. “Assalamualaikum, Mas.” Sapaan salam dari Ratu untuk suaminya. “Waalaikumsalam, Sayang,” balas Revan dengan lembut kepada sang istri. “Kamu udah bangun, Mas?" “Udah, dong. Aku tadi udah salat. Sekarang, aku ingin menyapa istriku. Kamu baru bangun?” “Iya, Mas. Tadi setelah salat, aku ketiduran lagi.” “Ooo. Gimana perasaan kamu hari ini?” “Lemas banget. Tapi setelah melihat kamu, aku merasa lebih kuat.” “Anak kita gimana?” “Alhamdulillah semoga tetap baik-baik aja, Mas.” Ratu mendekatkan ponselnya ke arah perut. Revan pun mengusap layar seolah-olah menyentuh anaknya. “Alhamdulillah. Oh, ya,
🏵️🏵️🏵️ Pak Wijaya dan Bu Sandra sengaja menyembunyikan sesuatu dari Revan. Tujuan mereka agar Revan dapat memaknai sebuah pernikahan dan ketulusan cinta Ratu. Kedua orang tua itu ingin supaya anaknya belajar lebih dewasa dalam menyikapi suatu hal, tidak mengambil jalan pintas hanya untuk memuaskan perasaan dan ego semata. Saat bertemu dengan kedua orang tua Ratu, Pak Wijaya dan Bu Sandra telah memutuskan untuk memberi pelajaran kepada pada Revan. Semua itu terjadi atas kesepakatan bersama. Mereka hanya ingin mengajarkan Revan arti sebuah pengorbanan. “Terus terang, saya sangat marah saat mengetahui apa yang Revan lakukan pada Ratu. Saya tidak pernah menyangka jika hubungan mereka hanya sebagai perjanjian bersyarat semata.” Bu Bella menjelaskan apa yang ia rasakan di depan suaminya dan kedua orang tua Revan. “Saya juga sangat terkejut setelah Jeng menunjukkan surat perjanjian yang telah Revan berikan pada Ratu,” jelas Bu Sandra kepada Bu Bella di depan suaminya dan Pak Arman. “U
🏵️🏵️🏵️ Setelah meminta Pak Udin membuka pintu pagar, Revan segera memasuki halaman rumah mertuanya. Ia sangat bahagia karena akan segera bertemu dengan sang istri tercinta. Revan memarkirkan mobil di halaman rumah orang tua istrinya lalu turun, kemudian berjalan menghampiri Bu Bella yang telah menunggu di depan teras. Ia meraih tangan wanita itu dan berniat untuk menciumnya, tetapi dengan kasar mendapatkan penolakan. “Nggak perlu basa-basi, kamu langsung masuk aja ke kamar Ratu!” titah Bu Bella kepada Revan. “Baik, Mah,” jawab Revan lalu berjalan memasuki rumah mertuanya itu. “Ingat, ya, waktu kamu hanya lima menit.” Wanita paruh baya itu mengingatkan Revan sambil mengikutinya dari belakang. “Iya, Mah, Revan ingat.” Revan makin mempercepat langkahnya. Laki-laki tersebut sekarang telah berdiri di depan pintu kamar Ratu. Bu Bella memperhatikan gerak-geriknya dari ruang keluarga. Revan makin gugup, juga deg-degan karena akan bertemu wanita yang sangat ia harapkan. Tanpa menungg
🏵️🏵️🏵️ Walaupun saat ini Revan belum mendapatkan maaf dari kedua mertuanya, tetapi ia tetap berusaha untuk membuktikan keseriusan dan kesungguhan di hadapan orang tua dari istrinya tersebut. “Aku akan tetap berjuang untuk cinta kita, Sayang. Waktu itu akan segera tiba dan kamu akan kembali berada dalam pelukanku.” Revan dengan yakin dan penuh semangat mengucapkan kalimat itu kepada Ratu di telepon. “Aku akan selalu mendukungmu, Mas.” Ia selalu mendapatkan dukungan dari Ratu. “Terima kasih, Sayang. Semua ini kulakukan demi istri dan anakku tercinta. Kita harus tetap semangat menghadapi semua ini. Kamu yang sabar, ya, Sayang. Tunggu aku.” “Iya, Mas. Aku dan anak kita akan selalu sabar menunggumu.” Revan tetap merasa yakin dengan usaha yang ia lakukan saat ini. Ia terus berusaha memberikan penjelasan kepada Bu Bella dan Pak Arman atas perubahan yang terjadi terhadap dirinya. Seperti malam ini, Revan memberanikan diri menemui kedua mertuanya. “Untuk apa malam-malam ke sini?” tany
🏵️🏵️🏵️ Keesokan harinya …. Uek! Uek! Ratu kembali mual seperti biasanya. Rasa itu paling sering muncul saat pagi hari. Revan terbangun mendengar suara Ratu. Ia mendapati wanita itu berjalan menuju kamar mandi. Ia pun segera menghampirinya. “Kamu mual lagi, Sayang?” tanya Revan sambil mengusap-usap leher belakang Ratu. “Ini udah rutinitas pagi, Mas.” “Kamu nggak pernah bilang ke aku.” “Aku sengaja.” “Kenapa?” “Nanti kamu kepikiran.” “Nggak boleh gitu, dong, Sayang. Aku juga harus tahu keadaan kamu. Aku itu suamimu, bertanggung jawab penuh atas kamu.” “Terima kasih, Mas. Aku nggak nyangka akhirnya mendapat perhatian dari suamiku sendiri. Aku benar-benar sangat bahagia.” Mata Ratu berkaca-kaca. “Udah … sekarang kita balik lagi ke tempat tidur.” Revan memapah Ratu menuju tempat tidur. “Terima kasih atas cintamu, Mas.” Ratu mencium punggung tangan suaminya. Revan kemudian menggenggam jemari istrinya itu. “Aku yang harus berterima kasih ke kamu, Sayang. Kamu masih tetap mene
🏵️🏵️🏵️ “Iya, Mas. Aku hanya sekadar mengenang masa itu. Aku percaya kalau sekarang kamu mencintaiku. Kamu sudah membuktikannya padaku.” Ratu mengembangkan senyuman. Dua insan itu sangat bahagia. Revan dan Ratu akhirnya menjalankan tugas sebagai sepasang suami istri. Tidak ada obrolan lagi selain desahan dan bunyi ranjang tempat mereka memadu kasih. Revan dan Ratu menikmati indahnya bercinta di malam pertama. “Terima kasih, Sayang,” ucap Revan kepada Ratu setelah selesai menjalankan hasrat suami istri tersebut. Laki-laki itu mendaratkan ciuman di kening sang istri. “Itu sudah menjadi kewajibanku, Mas.” “Aku ingin agar Andra secepatnya punya adik. Seorang adik perempuan yang cantik seperti mamanya.” “Iya, Mas. Semoga harapan kita segera terkabul.” Hubungan suami istri yang Revan dan Ratu jalani saat ini, tidak hanya tertulis di atas kertas seperti sebelumnya. Dua insan itu menjalani pernikahan dengan ikhlas dan sepenuh hati. Dasar dari ikatan sakral mereka adalah cinta, bukan k
🏵️🏵️🏵️Setelah beberapa hari berlalu, Revan dan kedua orang tuanya pun berkunjung ke rumah orang tua Ratu. Tujuannya untuk menyampaikan keinginan yang selama ini mereka nantikan, mengajukan lamaran agar Ratu kembali menjadi istri Revan.Pak Wijaya dan Bu Sandra sangat bahagia karena harapan mereka akan segera terwujud. Kedua orang tua itu dari dulu tidak pernah menginginkan perpisahan Ratu dan Revan. Mereka selalu berharap agar hubungan orang yang mereka sayangi tetap langgeng selamanya.“Apa kabar, Man?” tanya Pak Wijaya kepada Pak Arman. Saat ini, kedua keluarga itu sedang duduk di ruang keluarga rumah orang tua Ratu.“Alhamdulillah, kabar baik, Jay.” Pak Arman menepuk-nepuk pundak sahabatnya.Sementara Bu Sandra memilih menikmati bermain dengan cucunya. Wanita paruh baya tersebut tidak sabar ingin melihat Revan dan Ratu kembali bersama dan memberikan cucu yang banyak untuknya. Dulu, ia sangat sedih karena tidak dapat mencegah perpisahan sang anak dengan wanita yang ia cintai.Ak
🏵️🏵️🏵️ “Maksudku bukan seperti itu, Mas. Tapi nggak enak sama tetangga.” “Kalau kamu merasa nggak enak sama tetangga, kita pulang ke rumah, yuk.” Ratu terkejut mendengar ajakan Revan. “Ke rumah mana?” tanya Ratu penasaran. “Ke rumah kita.” Revan memainkan alisnya. “Kamu bisa aja. Keadaannya nggak seperti dulu lagi, Mas. Kita sudah menjalani hidup masing-masing.” “Tapi aku ingin kita kembali seperti dulu. Membina keluarga yang bahagia. Kita belum pernah merasakan hidup bersama di istana cinta kita setelah Andra lahir. Aku sudah lama menantikan saat indah itu.” “Aku ….” “Apa lagi yang kamu tunggu, Sayang? Kita sudah jujur dengan perasaan masing-masing. Kita saling mencintai. Bukankah sudah sewajarnya kita kembali mengikat hubungan kita dalam pernikahan?” “Kasih aku waktu untuk berpikir, Mas.” “Berapa lama lagi kamu menggantung perasaanku, Sayang?” “Beri aku waktu seminggu lagi. Aku pasti akan memberikan jawaban.” “Aku ingin seperti keluarga yang lain. Hidup bersama dengan
🏵️🏵️🏵️ “Hai, Neng.” Bimo langsung menyapa setelah Ratu duduk. “Hai juga.” Ratu berusaha tersenyum. “Maaf, aku mengganggu.” “Nggak, kok.” Ratu terpaksa mengatakan kebohongan di depan Bimo, padahal hati kecilnya mengatakan kalau dirinya tidak suka melihat kedatangan laki-laki itu. “Aku ingin ngomong penting sama kamu.” Ratu melihat keseriusan di wajah Bimo. “Mau ngomong apa?” tanya Ratu penasaran. “Aku udah cerita pada orang tuaku kalau aku mencintaimu. Mereka meminta agar aku secepatnya melamar kamu.” Ratu sangat terkejut mendengar penjelasan Bimo. “Itu nggak mungkin, Bimo. Udah berapa kali aku bilang ke kamu kalau aku menganggap kamu itu tetap sebagai teman, nggak lebih.” Ratu kembali mengatakan penolakan di depan Bimo. “Tapi aku sangat mencintaimu, Neng. Apa yang kurang dariku? Bertahun-tahun lamanya aku memendam rasa dan tetap setia mencintaimu. Setelah kamu berpisah dengan mantan suamimu, aku merasa kalau itu suatu pertanda kalau kamu ditakdirkan untukku.” Ratu makin tid
🏵️🏵️🏵️ Revan berdiri lalu menarik kaus yang Bimo gunakan. Ratu yang menyaksikan hal itu segera meminta mantan suaminya untuk tidak melakukan kekerasan. Ratu sangat tahu seperti apa rasa tidak suka Revan terhadap Bimo sejak dulu. Ayah dari anaknya itu tidak rela melihat keberadaan sahabatnya. Bimo sosok yang sangat Revan benci. Ratu tidak tahu kenapa tebakan mantan suaminya sangat tepat tentang perasaan Bimo yang sudah lama terpendam untuk dirinya. Kebenaran itu terungkap ketika akhirnya teman yang telah lama ia kenal itu mengungkapkan perasaannya. “Aku mencintaimu, Neng,” ungkap Bimo beberapa bulan yang lalu. “Aku minta maaf karena belum dapat membalas perasaanmu.” Ratu kala itu memberikan penolakan. “Aku akan sabar menunggu saat kamu akhirnya akan membalas cintaku.” “Jangan, Bim. Selama ini aku menganggapmu hanya sebagai teman, nggak lebih.” “Aku akan sabar menunggu sampai kamu membuka hati untukku.” Ratu saat ini dihadapkan pada dua laki-laki yang memiliki perasaan cinta u
🏵️🏵️🏵️ Waktu terus berlalu, hari ini Andra genap berusia dua tahun. Ratu dengan semangat mengadakan perayaan bertambahnya usia putra semata wayangnya. Ia tetap menghargai Revan sebagai ayah dari anaknya. Oleh karena itu, laki-laki tersebut turut hadir beserta anggota keluarganya. Kebencian Ratu kepada Revan tidak seperti dulu lagi. Ia mulai membuka diri untuk memberikan maaf terhadap mantan suaminya itu. Ratu sadar, bahwa kebencian yang ada dalam hatinya tidak membawa ketenangan, tetapi justru sakit yang mendalam. Walaupun Revan dan Ratu bukan pasangan suami istri lagi, Revan masih tetap setia hanya mencintai mantan istrinya seorang. Ia selalu berusaha agar Ratu kembali menerima dirinya seperti dulu lagi. Kemajuan itu telah ia rasakan saat ini. “Terima kasih, Sayang, karena kamu bersedia mengundangku dan keluarga.” Revan berbincang berdua bersama Ratu setelah acara selesai. Sebutan 'Sayang' untuk Ratu masih tetap tidak berubah dari Revan. “Kalian juga keluarga Andra. Kamu sebag
🏵️🏵️🏵️ Setelah mendengar apa yang keluar dari mulut Revan, dada Ratu terasa sesak dan tidak ingin percaya dengan pengakuan suaminya itu. Ia merasa seperti orang yang kehilangan arah mengetahui ayah dari anaknya telah menikah lagi tanpa sepengetahuan dirinya. Ratu pun makin memantapkan diri agar segera berpisah dengan Revan. Pengakuan Revan membuatnya seperti berada dalam mimpi buruk yang dengan sengaja memasuki alam bawah sadar. “Apa? Keterlaluan kamu, Van. Mama berusaha memberimu kesempatan kedua, tapi justru ini yang kamu berikan. Ternyata kamu sama sekali tidak ingin memperbaiki hubungan kalian. Mama tidak percaya dengan apa yang kamu pikirkan.” Bu Bella sangat terkejut mendengar pengakuan menantunya. Revan akhirnya menjelaskan kenyataan yang sebenarnya kepada istri dan ibu mertuanya. Ia tidak tega melihat isakan tangis Ratu karena perbuatannya. Dirinya mencoba mendekati wanita itu dan berharap tidak mendapat penolakan. Akan tetapi, Ratu tetap tidak terima dengan tindakan la
🏵️🏵️🏵️ “Dia merawat wanita masa lalunya yang sedang sakit.” “Apa?” Bu Bella terkejut mendengar penjelasan putrinya. “Iya, Mah. Ratu akhirnya meminta cerai dari dia. Ratu udah nggak kuat, Mah. Ratu capek menjalani hubungan seperti ini.” “Kamu yang sabar, ya, Sayang.” Bu Bella mencium kepala anaknya. “Ratu akan tetap kuat dan semangat untuk Andra, Mah. Sekarang harapan Ratu hanya Andra.” “Mama dan papa secepatnya akan membicarakan ini dengan orang tua Revan. Kamu jangan larut dalam kesedihan. Mungkin dia bukan suami terbaik untukmu.” “Iya, Mah. Ratu harus tetap tegar menghadapi semua ini.” “Mama nggak habis pikir, ternyata Revan tega berbuat seperti itu. Dia tidak berusaha memanfaatkan kesempatan kedua yang Mama berikan. Justru perbuatannya semakin sulit diterima akal dan pikiran.” “Dia tidak berniat untuk memperbaiki hubungan kami, Mah.” “Sekarang, pilihan ada di tangan kamu. Ikuti kata hatimu, semoga pilihanmu yang terbaik.” Bu Bella menggenggam jemari putrinya. Ratu tela
🏵️🏵️🏵️ Hari ini, Ratu ingin membuktikan kebenaran dari apa yang telah ia dengar dari sahabat dan suaminya. Ia meminta Bu Bella untuk menjaga Andra. Ia merasa tidak kuat untuk tetap berdiam diri di rumah hingga tidak tahu apa yang dilakukan suaminya. “Ratu titip Andra, ya, Mah.” “Sebenarnya kamu mau ke mana, sih, Sayang?” Bu Bella penasaran. “Ini benar-benar penting banget, Mah “ “Sepenting apa, sih. Cerita, dong, sama Mama.” “Nanti kalau jawabannya sudah Ratu dapatkan, pasti cerita ke Mama. Oh, ya, Ratu pinjam mobil Mama, ya.” “Iya, deh. Mama tunggu cerita kamu.” “Ratu pergi, ya, Mah. Assalamualaikum.” Ratu beranjak meninggalkan ibu dan anaknya. “Waalalikumsalam.” Bu Bella membalas salam sambil memandang kepergian Ratu. Ia heran dengan sikap putrinya yang tidak seperti biasanya. Ratu kembali melihat pemandangan di sepanjang jalan. Semenjak kehamilannya setahun yang lalu, ini pertama kali ia mengendarai kendaraan sendiri. Selama ini, ia lebih banyak menghabiskan waktu di ru