Apakah Bu Bella akan memisahkan Revan dan Ratu?
🏵️🏵️🏵️ Bu Bella tidak pernah menyangka kalau putri yang sangat ia sayangi telah mendapatkan perlakuan yang sulit diterima akal. Revan dengan tega mempermainkan hati seorang istri yang sangat mencintainya. Bu Bella sangat terharu melihat pengorbanan anak tersayangnya. Sekarang Ratu harus mengikuti kemauan sang ibu untuk meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan suaminya. Bu Bella telah memaksa dirinya agar pergi dari istana cinta yang sangat ia dambakan selama ini. Ratu tidak dapat menolak keputusan Bu Bella sekarang. Sementara itu, Revan sengaja meminta pada ayahnya agar pulang lebih awal dari kantor karena masih memikirkan kondisi Ratu tadi pagi. Ia tidak fokus melakukan pekerjaan, sebab yang ada dalam pikirannya hanya Ratu. Sebelum istirahat makan siang, Revan segera bergegas agar segera tiba di rumah. Setelah Revan sampai di istana cinta miliknya dan Ratu, ia tidak mendapati Ratu di ruang TV. Revan mencoba mencari ke kamar, terapi tetap tidak menemukan wanita yang ia pikirkan it
🏵️🏵️🏵️ Tidak sampai dua puluh menit, Dokter Aliyah akhirnya tiba. Ia merupakan dokter keluarga Bu Bella telah bertahun-tahun lamanya. Wanita cantik itu sudah dianggap seperti keluarga oleh orang tua Ratu. “Apa kabar, Dok?” Bu Bella dan Dokter Aliyah saling merangkul. “Alhamdulillah baik, Bu.” Mereka pun melepas rangkulan. “Ternyata Ratu juga di sini.” Dokter Aliyah menyalami Ratu yang sedang berbaring. “Iya, Dok,” jawab Ratu kemudian melepaskan jabatan tangan. “Karena dia di sini, makanya saya menghubungi Dokter. Dia terlihat lemah, wajah pucat, juga mual. Coba periksa kondisinya, Dok.” Dokter Aliyah segera memeriksa keadaan Ratu. Ia melihat ke arah wanita itu dengan wajah berseri-seri lalu mengembangkan senyum. Bu Bella yang melihat reaksi Dokter Aliyah merasa sangat heran. “Ratu baik-baik aja, kok,” ujar Dokter Aliyah sambil tersenyum, setelah selesai memeriksa keadaan Ratu. “Kenapa Dokter tersenyum?” Bu Bella penasaran. “Ratu, kapan terakhir datang bulan?” tanya Dokter
🏵️🏵️🏵️ Bu Bella terkejut mendengar nama Revan, sedangkan Ratu tersenyum bahagia karena suaminya akhirnya datang. “Bibik udah buka pintunya?” tanya Bu Bella kepada Bi Ijah. “Belum, Bu. Saya baru melihat dari jendela.” “Bibik buka pintunya dan minta Revan menunggu di ruang tamu,” perintah Bu Bella kepada asisten rumah tangganya itu. “Baik, Bu,” jawab Bi Ijah lalu kembali menuju ruang tamu. “Ratu mau ketemu Mas Revan, Mah,” ucap Ratu tiba-tiba lalu memilih duduk dari rebahan. “Nggak boleh. Sekarang kamu harus masuk kamar, Mama yang akan menjumpai suamimu.” Bu Bella membantu Ratu berdiri lalu memapahnya berjalan menuju kamar. “Izinkan Ratu menjumpai Mas Revan, Mah,” pinta Ratu setelah duduk di tempat tidur miliknya. “Mama nggak akan mengizinkan kamu bertemu dia.” Bu Bella tetap dengan keputusannya. “Tapi dia suami Ratu, Mah.” “Suami yang tidak pernah mengharapkan keberadaanmu.” “Sekarang Mas Revan udah berubah.” “Mama nggak peduli, kamu tetap di sini. Ini demi kebaikan kamu.
🏵️🏵️🏵️ Revan sangat sedih karena sekarang dirinya tidak bebas berhubungan dengan Ratu. Perbincangan mereka sekarang seolah-olah seperti kesalahan besar yang harus dihentikan. Ia tidak dapat memberikan perhatian penuh kepada Ratu dan anak yang dikandungnya. Sekarang Revan merasakan sakit yang luar biasa dibandingkan saat berpisah dengan Lani. Kali ini ia tidak mampu menjaga dua orang yang ia cintai, istri dan darah dagingnya. Perpisahan ini sungguh sangat menyesakkan baginya. Ia merasa tidak sanggup menjalani hidup seperti ini. Revan berjanji pada dirinya sendiri akan mengatakan kebenaran kepada kedua orang tuanya. Ia sangat berharap agar Ratu segera kembali pulang ke rumah menjadi istri yang ia cintai dan sayangi. Revan ingin menjaga dan memanjakan wanita itu. Revan tiba-tiba ingat apa yang pernah ibunya katakan. Bu Sandra sangat ingin menimang cucu darinya. Ia yakin kalau sang ibu akan membantu agar dirinya kembali bersatu dengan Ratu. Perasaan Revan sedikit lega mengingat har
🏵️🏵️🏵️ Waktu menunjukkan pukul 05.20 WIB, Ratu terkejut mendengar nada video call dari ponselnya. Setelah tadi melakukan salat Subuh, ia berbaring hingga tertidur. Suara nada benda pipih tersebut membuatnya terbangun. Ia melihat layar dengan penuh semangat dan bahagia karena Revan yang menghubunginya. Tanpa menunggu lama, wanita pemilik mata indah itu segera menerima panggilan tersebut. “Assalamualaikum, Mas.” Sapaan salam dari Ratu untuk suaminya. “Waalaikumsalam, Sayang,” balas Revan dengan lembut kepada sang istri. “Kamu udah bangun, Mas?" “Udah, dong. Aku tadi udah salat. Sekarang, aku ingin menyapa istriku. Kamu baru bangun?” “Iya, Mas. Tadi setelah salat, aku ketiduran lagi.” “Ooo. Gimana perasaan kamu hari ini?” “Lemas banget. Tapi setelah melihat kamu, aku merasa lebih kuat.” “Anak kita gimana?” “Alhamdulillah semoga tetap baik-baik aja, Mas.” Ratu mendekatkan ponselnya ke arah perut. Revan pun mengusap layar seolah-olah menyentuh anaknya. “Alhamdulillah. Oh, ya,
🏵️🏵️🏵️ Pak Wijaya dan Bu Sandra sengaja menyembunyikan sesuatu dari Revan. Tujuan mereka agar Revan dapat memaknai sebuah pernikahan dan ketulusan cinta Ratu. Kedua orang tua itu ingin supaya anaknya belajar lebih dewasa dalam menyikapi suatu hal, tidak mengambil jalan pintas hanya untuk memuaskan perasaan dan ego semata. Saat bertemu dengan kedua orang tua Ratu, Pak Wijaya dan Bu Sandra telah memutuskan untuk memberi pelajaran kepada pada Revan. Semua itu terjadi atas kesepakatan bersama. Mereka hanya ingin mengajarkan Revan arti sebuah pengorbanan. “Terus terang, saya sangat marah saat mengetahui apa yang Revan lakukan pada Ratu. Saya tidak pernah menyangka jika hubungan mereka hanya sebagai perjanjian bersyarat semata.” Bu Bella menjelaskan apa yang ia rasakan di depan suaminya dan kedua orang tua Revan. “Saya juga sangat terkejut setelah Jeng menunjukkan surat perjanjian yang telah Revan berikan pada Ratu,” jelas Bu Sandra kepada Bu Bella di depan suaminya dan Pak Arman. “U
🏵️🏵️🏵️ Setelah meminta Pak Udin membuka pintu pagar, Revan segera memasuki halaman rumah mertuanya. Ia sangat bahagia karena akan segera bertemu dengan sang istri tercinta. Revan memarkirkan mobil di halaman rumah orang tua istrinya lalu turun, kemudian berjalan menghampiri Bu Bella yang telah menunggu di depan teras. Ia meraih tangan wanita itu dan berniat untuk menciumnya, tetapi dengan kasar mendapatkan penolakan. “Nggak perlu basa-basi, kamu langsung masuk aja ke kamar Ratu!” titah Bu Bella kepada Revan. “Baik, Mah,” jawab Revan lalu berjalan memasuki rumah mertuanya itu. “Ingat, ya, waktu kamu hanya lima menit.” Wanita paruh baya itu mengingatkan Revan sambil mengikutinya dari belakang. “Iya, Mah, Revan ingat.” Revan makin mempercepat langkahnya. Laki-laki tersebut sekarang telah berdiri di depan pintu kamar Ratu. Bu Bella memperhatikan gerak-geriknya dari ruang keluarga. Revan makin gugup, juga deg-degan karena akan bertemu wanita yang sangat ia harapkan. Tanpa menungg
🏵️🏵️🏵️ Walaupun saat ini Revan belum mendapatkan maaf dari kedua mertuanya, tetapi ia tetap berusaha untuk membuktikan keseriusan dan kesungguhan di hadapan orang tua dari istrinya tersebut. “Aku akan tetap berjuang untuk cinta kita, Sayang. Waktu itu akan segera tiba dan kamu akan kembali berada dalam pelukanku.” Revan dengan yakin dan penuh semangat mengucapkan kalimat itu kepada Ratu di telepon. “Aku akan selalu mendukungmu, Mas.” Ia selalu mendapatkan dukungan dari Ratu. “Terima kasih, Sayang. Semua ini kulakukan demi istri dan anakku tercinta. Kita harus tetap semangat menghadapi semua ini. Kamu yang sabar, ya, Sayang. Tunggu aku.” “Iya, Mas. Aku dan anak kita akan selalu sabar menunggumu.” Revan tetap merasa yakin dengan usaha yang ia lakukan saat ini. Ia terus berusaha memberikan penjelasan kepada Bu Bella dan Pak Arman atas perubahan yang terjadi terhadap dirinya. Seperti malam ini, Revan memberanikan diri menemui kedua mertuanya. “Untuk apa malam-malam ke sini?” tany