Sampai kapan Revan dan Ratu akan terpisah?
🏵️🏵️🏵️ Pak Wijaya dan Bu Sandra sengaja menyembunyikan sesuatu dari Revan. Tujuan mereka agar Revan dapat memaknai sebuah pernikahan dan ketulusan cinta Ratu. Kedua orang tua itu ingin supaya anaknya belajar lebih dewasa dalam menyikapi suatu hal, tidak mengambil jalan pintas hanya untuk memuaskan perasaan dan ego semata. Saat bertemu dengan kedua orang tua Ratu, Pak Wijaya dan Bu Sandra telah memutuskan untuk memberi pelajaran kepada pada Revan. Semua itu terjadi atas kesepakatan bersama. Mereka hanya ingin mengajarkan Revan arti sebuah pengorbanan. “Terus terang, saya sangat marah saat mengetahui apa yang Revan lakukan pada Ratu. Saya tidak pernah menyangka jika hubungan mereka hanya sebagai perjanjian bersyarat semata.” Bu Bella menjelaskan apa yang ia rasakan di depan suaminya dan kedua orang tua Revan. “Saya juga sangat terkejut setelah Jeng menunjukkan surat perjanjian yang telah Revan berikan pada Ratu,” jelas Bu Sandra kepada Bu Bella di depan suaminya dan Pak Arman. “U
🏵️🏵️🏵️ Setelah meminta Pak Udin membuka pintu pagar, Revan segera memasuki halaman rumah mertuanya. Ia sangat bahagia karena akan segera bertemu dengan sang istri tercinta. Revan memarkirkan mobil di halaman rumah orang tua istrinya lalu turun, kemudian berjalan menghampiri Bu Bella yang telah menunggu di depan teras. Ia meraih tangan wanita itu dan berniat untuk menciumnya, tetapi dengan kasar mendapatkan penolakan. “Nggak perlu basa-basi, kamu langsung masuk aja ke kamar Ratu!” titah Bu Bella kepada Revan. “Baik, Mah,” jawab Revan lalu berjalan memasuki rumah mertuanya itu. “Ingat, ya, waktu kamu hanya lima menit.” Wanita paruh baya itu mengingatkan Revan sambil mengikutinya dari belakang. “Iya, Mah, Revan ingat.” Revan makin mempercepat langkahnya. Laki-laki tersebut sekarang telah berdiri di depan pintu kamar Ratu. Bu Bella memperhatikan gerak-geriknya dari ruang keluarga. Revan makin gugup, juga deg-degan karena akan bertemu wanita yang sangat ia harapkan. Tanpa menungg
🏵️🏵️🏵️ Walaupun saat ini Revan belum mendapatkan maaf dari kedua mertuanya, tetapi ia tetap berusaha untuk membuktikan keseriusan dan kesungguhan di hadapan orang tua dari istrinya tersebut. “Aku akan tetap berjuang untuk cinta kita, Sayang. Waktu itu akan segera tiba dan kamu akan kembali berada dalam pelukanku.” Revan dengan yakin dan penuh semangat mengucapkan kalimat itu kepada Ratu di telepon. “Aku akan selalu mendukungmu, Mas.” Ia selalu mendapatkan dukungan dari Ratu. “Terima kasih, Sayang. Semua ini kulakukan demi istri dan anakku tercinta. Kita harus tetap semangat menghadapi semua ini. Kamu yang sabar, ya, Sayang. Tunggu aku.” “Iya, Mas. Aku dan anak kita akan selalu sabar menunggumu.” Revan tetap merasa yakin dengan usaha yang ia lakukan saat ini. Ia terus berusaha memberikan penjelasan kepada Bu Bella dan Pak Arman atas perubahan yang terjadi terhadap dirinya. Seperti malam ini, Revan memberanikan diri menemui kedua mertuanya. “Untuk apa malam-malam ke sini?” tany
🏵️🏵️🏵️ Keesokan harinya …. Uek! Uek! Ratu kembali mual seperti biasanya. Rasa itu paling sering muncul saat pagi hari. Revan terbangun mendengar suara Ratu. Ia mendapati wanita itu berjalan menuju kamar mandi. Ia pun segera menghampirinya. “Kamu mual lagi, Sayang?” tanya Revan sambil mengusap-usap leher belakang Ratu. “Ini udah rutinitas pagi, Mas.” “Kamu nggak pernah bilang ke aku.” “Aku sengaja.” “Kenapa?” “Nanti kamu kepikiran.” “Nggak boleh gitu, dong, Sayang. Aku juga harus tahu keadaan kamu. Aku itu suamimu, bertanggung jawab penuh atas kamu.” “Terima kasih, Mas. Aku nggak nyangka akhirnya mendapat perhatian dari suamiku sendiri. Aku benar-benar sangat bahagia.” Mata Ratu berkaca-kaca. “Udah … sekarang kita balik lagi ke tempat tidur.” Revan memapah Ratu menuju tempat tidur. “Terima kasih atas cintamu, Mas.” Ratu mencium punggung tangan suaminya. Revan kemudian menggenggam jemari istrinya itu. “Aku yang harus berterima kasih ke kamu, Sayang. Kamu masih tetap mene
🏵️🏵️🏵️ “Yang saya lihat, sih, Ratu tertekan. Banyak pikiran hingga dia merasa bingung. Jangan sampai berpengaruh pada janinnya.” Penjelasan Dokter Aliyah membuat Bu Bella merasa bersalah. “Mama udah dengar?” Pak Arman langsung melontarkan pertanyaan itu kepada istrinya. Bu Bella hanya bisa terdiam. “Ratu nggak boleh terlalu banyak mikir, dia harus terhibur.” Dokter Aliyah kembali memberikan penjelasan. “Baik, Dok. Kami akan melakukan yang terbaik untuk Ratu.” Revan menimpali penuturan Dokter Aliyah. “Baiklah … ini saya kasih resep obat yang diperlukan Ratu. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi saya lagi.” Dokter Aliyah menyerahkan selembar kertas kepada Revan. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan menjelaskan tentang kondisi Ratu, Dokter Aliyah segera beranjak meninggalkan kamar Ratu. Ia diantar oleh asisten rumah tangga keluarga Pak Arman hingga ke depan rumah. “Jangan pergi, Mas,” pinta Ratu kepada Revan. “Iya, Sayang, aku di sini.” Revan mengenggam tangan sang istri la
🏵️🏵️🏵️ Cinta dan Bimo akhirnya pulang, kehadiran mereka berdua membuat Ratu merasa bahagia. Sudah lama ia tidak menghabiskan waktu bersama dengan kedua sahabatnya itu. Revan sangat senang melihat keceriaan di wajah istrinya, tetapi ia masih memikirkan tentang sikap Bimo tadi terhadap Ratu. Dua insan yang sedang dimabuk cinta itu memilih melanjutkan kebersamaan di kamar. Revan duduk di tempat tidur sambil bersandar, sedangkan Ratu dalam posisi rebahan dan menjatuhkan bobot kepalanya di pangkuan suaminya. Revan memainkan rambut panjang Ratu dan sesekali mengusap-usap pipinya. Kebahagiaan yang mereka rasakan sungguh nyata. Pasangan suami istri itu kini kembali bersama setelah melewati perpisahan yang menyakitkan. “Sayang … aku boleh nanya sesuatu, nggak?” tanya Revan. “Mau nanya apa, Mas?” “Tentang Bimo.” “Ada apa dengan Bimo?” tanya Ratu heran. “Apa dia pernah menaruh hati padamu?” “Yang aku tahu, sih, nggak. Kok, kamu nanyanya gitu, Mas?” Ratu bingung mendengar pertanyaan s
🏵️🏵️🏵️ “Mau minta apa? Kok, tegang banget ngomongnya.” “Tapi jangan nolak, ya.” “Apa, sih, Mas? Bikin penasaran aja.” “Aku pengen minta hakku sebagai suami pada istriku.” “Kamu bisa aja, Mas.” “Jadi, gimana, Sayang? Mau, ya.” Revan mengusap kedua pipi istrinya. “Iya, Mas. Aku juga minta maaf karena selama ini belum mampu menjalankan kewajiban sebagai seorang istri.” “Aku ngerti karena di awal kehamilan, kamu masih sangat lemah banget.” “Aku janji, malam ini akan memberikan yang kamu inginkan, Mas.” Heningnya malam menjadi saksi bisu untuk pasangan suami istri yang sedang melaksanakan hasrat memadu kasih yang telah lama terpendam. Kini, dua insan itu bersama mengarungi luasnya samudera cinta. Revan berhasil membawa sang istri terbang tinggi mencapai tujuan yang tertunda selama ini. Keesokan harinya …. Revan masih belum mampu melupakan apa yang telah ia lakukan bersama Ratu hingga pagi ini saat di kantor, ia mengembangkan senyum di ruangan kerjanya. Semalam, untuk pertama
🏵️🏵️🏵️“Nggak nyangka, ya, Mas ….” Ratu menjeda kalimat yang ia ucapkan.“Nggak nyangka apa, Sayang?” Revan mengusap-usap perut sang istri sambil berbaring di tempat tidur.“Awal dari kehamilanku karena ketidaksengajaan.”“Kok, kamu ngomongnya gitu.”“Kenyataannya malam itu terjadi karena kamu nggak sadar.”“Itu jalan untuk mempersatukan kita.”“Saat pertama kali aku mengetahui kehamilan ini, aku takut jika kamu tidak terima, Mas. Aku sudah berpikir untuk membesarkan anak kita seorang diri.”“Kamu salah, Sayang. Aku justru sangat mengharapkan buah hati kita.”“Aku berpikir seperti itu karena ada alasan, Mas. Kamu dulu tidak menginginkan punya anak dariku.”“Udah, dong, Sayang. Kita nggak perlu mengingat itu lagi. Sekarang kita fokus melihat ke depan, membesarkan buah hati kita bersama. Dia anugerah terindah.”“Iya, Mas. Sekarang aku semakin bangga dan bersyukur menjadi istrimu.”“Aku juga beruntung memilikimu. Mampu memberiku kebahagiaan seperti tadi malam.”“Kebahagiaan apa, Mas?”