Share

Bab 59

Bima mendekat dan meraih Sandara, menariknya ke dalam pelukan hangatnya. Sandara yang terpuruk dan terpukul, mulai menangis semakin keras, dengan isak tangis yang memilukan hati.

Wajahnya tertanam dalam kenyamanan perut Bima yang rata, dia menemukan suatu bentuk keamanan yang langka. Bima dengan lembut mengelus kepala Sandara, kata-katanya merayu dengan penuh ketulusan. "Kamu tidak sendiri, Dara. Aku di sini," ucapnya mencoba menenangkan.

Mencoba mengalihkan perhatian dari kepedihan, Bima menawarkan, "Ayo sarapan, kamu belum makan dari semalam," sambil jemarinya yang besar dengan lembut menghapus butiran air mata yang mengalir di pipi Sandara.

Namun, Sandara hanya menggelengkan kepalanya, enggan meninggalkan kesendirian kamar itu. Matanya, yang masih berkaca-kaca, kembali terpejam sambil memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong.

Bima menarik nafas dalam-dalam, berat hati menyaksikan penderitaan orang yang baru mengisi hatinya.

Mencoba mencari cara lain untuk menghibur Sand
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status