Share

Bab 21

Sandara berjalan lambat keluar dari kafe, tubuhnya terasa berat. Matanya melirik ke perut yang masih terasa nyeri, mengingatkannya pada malam yang dihabiskan di ruang gawat darurat.

Tanpa sengaja, wajahnya meringis ketika mengingat pil yang tertinggal karena pagi tadi terburu-buru karena kedatangan Reva di apartemen Bima, tempat dia tinggal bersama suaminya secara kontraktual.

"Lo sakit lagi, Dar?" Alin menghampirinya, suaranya penuh kekhawatiran saat menyadari pucatnya wajah Sandara.

"Iya, gue lupa bawa obat kemarin," Sandara menjawab dengan suara serak, berusaha menutupi rasa sakitnya.

Alin merasa khawatir melihat kondisi Sandara. Mereka berdua kemudian berjalan menuju bangku taman yang ada di depan kafe, di mana cahaya sore yang hangat sedikit banyak menghibur. Sandara duduk lesu, memegang perutnya yang terasa seperti dipelintir. Alin, dengan sigapnya, membuka bungkus roti dan memberikannya kepada Sandara.

"Sini, slow-slow makan dulu," ujar Alin sambil memperhatikan Sand
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status