Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda

Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda

last updateLast Updated : 2025-04-18
By:  EstarubyOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
19views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

“Aku nggak akan menghabiskan waktu dengan wanita membosankan seperti dia. Pintar secara akademis tapi bahkan nggak bisa berciuman dengan benar.” Kalimat yang kekasihnya ucapkan membuat Arina sadar bahwa selama ini dia telah dipermainkan dan dikhianati oleh orang-orang yang dia percayai. Namun siapa sangka, Askara Danendra, seorang Konsultan Senior yang sempat menjadi narasumber dalam acaranya, mendadak mengejarnya secara ugal-ugalan?! -Estaruby 2025-

View More

Chapter 1

1. Bad Kisser

“Seberapa keras-pun aku berpikir, sepertinya memang nggak ada lagi yang bisa dilakukan selain putus. Kamu terlalu egois, aku nggak bisa lagi bertahan sama kamu.”

Arina memijit kembali pelipisnya yang berdenyut sakit. Sebenarnya bukan hanya pelipis, bahkan seluruh bagian kepalanya sudah menjerit berat. Dadanya kini juga ikut-ikutan sesak setelah sekelebat kalimat sakti itu lagi dan lagi berteriak tanpa puas mendengung di telinganya.  Bahkan kalimat itu tidak pernah diucapkan langsung secara lisan, tapi mengapa Arina seolah bisa mendengar semuanya dengan jelas?

Sekitar lima jam yang lalu ketika pesan itu dia terima via w******p. Sebuah pesan yang sepertinya merupakan keputusan sepihak mengingat setelah pesan itu dia terima, Arina bahkan tidak bisa memberikan dan mendapatkan respon balik. Pesan balasan tak dibaca dan telepon pun tak diangkat. Dia benar-benar diputuskan secara sepihak tanpa penjelasan lanjutan dan bahkan hanya melalui chat saja? Oh astaga!

Dia menyentuh pelan layar ponselnya, hanya untuk memastikan bahwa bahkan sampai sekarang tidak ada balasan terhadap pertanyaannya itu. Pada dasarnya, kekasihnya memang tidak berniat memberikan penjelasan apapun dan hanya ingin memutus jalinan mereka yang bahkan sudah tertaut tujuh tahun lamanya itu.

Arina menuang lagi cairan ke dalam gelasnya. Entah sudah berapa banyak yang dia tenggak dan berharap dapat meredakan kegaduhan dalam hati dan kepalanya. Namun sayang, bahkan mabuk pun sepertinya tidak bisa jadi solusi.

Bibirnya menyunggingkan senyum miring, tertawa miris setelah mengingat kembali bagaimana lima jam lalu dia menyalahkan dirinya sendiri atas keputusan sepihak yang kekasihnya ambil ini. Arina berlari dan mengemudi gila-gilaan dari kampus menuju apartemen sementara tempat Jefan—kekasihnya sejak di masa kuliah itu tinggal. Mengusap air mata sembari terus menerus menghubungi nomor Jefan seperti orang gila. Dia bahkan diblokir lebih awal.

Hubungan mereka ini tak bisa dia sepelekan. Arina menghabiskan masa-masa mudanya dengan menjadi kekasih dari seorang Jefan Gutomo dan menghadapi banyak hal bersama. Keluarga sudah sama-sama saling kenal dan bahkan sudah ada percakapan menuju hubungan yang lebih serius. Tapi bagaimana bisa Jefan justru memutuskannya secara sepihak tanpa ada penjelasan apapun begini?

Memutar kembali memori dimana ia telah sampai di apartemen Jefan dengan nafas terengah dan hati yang minta penjelasan. Tapi sampai disana, ia justru harus mendapati dan mendengarkan percakapan gila yang sama sekali tidak pernah dia duga sebelumnya.

“Aku nggak akan buang-buang waktu lagi dengan wanita membosankan seperti dia! Wanita yang hanya pintar secara akademis tapi bahkan tidak bisa berciuman dengan benar!”

Sebuah kalimat pedas yang entah mengapa Arina yakini ditujukan padanya.

Ranjang Jefan berdecit. Diatasnya dua tubuh polos sepasang insan tengah beradu saling memuja kenikmatan. Arina tanpa sadar mematung, pantulan dari sebuah cermin mahal disana sudah cukup membuatnya melihat dengan jelas siapa yang ada disana dan apa yang tengah dilakukan.

Wanita yang tengah bergerak diatas tubuh kekasihnya itu kembali melenguh dan menimpali, “Jadi sekarang kita sudah tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi? Maksudnya, aku akan segera menjadi Nyonya Jefan Gutomo, kan?”

Jefan yang berada dibawahnya menggeram lagi, “Tentu. Posisi itu memang seharusnya sejak awal milik kamu. Aku sudah mengatakannya bahkan saat malam pertama kita tiga tahun yang lalu, kan?”

Arina menggigit bibirnya sendiri, apa yang dia dengar ini? Kekasihnya dan wanita diatas ranjang yang dengan berat hati masih dia sebut sebagai sahabatnya ternyata berselingkuh dibelakangnya selama tiga tahun ini? Mengapa Arina sama sekali tidak menyadarinya? Apakah dia benar-benar sebodoh itu?

“Kamu yakin nggak akan menyesal meninggalkan dia demi aku?”

Jantung Arina berdegub lebih kencang daripada biasanya. Kakinya gemetar sepertinya tak sanggup mendengarkan jawaban menyakitkan dari Jefan. Namun entah mengapa dia masih diam membatu disana.

“Ck! Wanita egois seperti dia yang mengagung-agungkan prestasi akademisnya. Bertingkah seolah sulit didapatkan dan meletakkan dagunya tinggi-tinggi. Dia hanyalah tropi yang kuraih dari hasil penasaranku dan rasa tertantang untuk memiliki seseorang yang kelihatan tak butuh siapa-siapa itu. Egonya terlalu tinggi dan bahkan tidak bisa bersikap manis kepada lelaki. Siapa yang suka tipe wanita kolot dan kaku seperti dia? Aku memacarinya hanya karena dia kelihatan sulit diraih.”

“Bajingan!” Umpatnya pelan.

Arina menandaskan cairan yang terasa bak membakar tenggorokan itu dengan cepat. Wanita dua puluh tujuh tahun itu lantas bangkit dan berjalan sempoyongan keluar dari area yang berisik ini.

Arina tidak ingat pukul berapa saat ini, tapi yang pasti sudah masuk tengah malam dan teman-temannya yang tadinya juga disini bersamanya sudah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Arina merasa kelelahan. Bahkan kakinya terasa seperti jelly yang menumpu pada jalanan yang dia tapaki saat sedang berusaha keluar dari tempat yang bahkan sebelumnya tak pernah terpikirkan akan dia sambangi begini.

Melintasi lorong, Arina sempat terhuyung saat dia menabrak tubuh keras yang entah milik siapa itu. Syukurnya pinggangnya dengan cepat ditahan sehingga Arina tidak sampai harus mendarat mencium lantai.

“Anda baik-baik saja?”

Arina bahkan tidak dapat membuka matanya dengan jelas saat suara dalam tersebut itu terdengar sangat dekat dan memastikan keadaannya. Wajah lelaki itu tidak jelas terlihat dari penglihatannya, namun aroma lelaki itu jelas membangkitkan sisi lain dalam dirinya.

“Aku nggak akan menghabiskan waktu dengan wanita membosankan seperti dia. Pintar secara akademis tapi bahkan nggak bisa berciuman dengan benar.”

Kalimat itu lagi-lagi menyerang kepalanya. Wanita itu menyeringai tipis. Alih-alih menjawab, dia justru dengan santai mengalungkan kedua lengannya di leher lelaki bertubuh tinggi dengan wajah samar tersebut. Bahkan entah punya kekuatan darimana untuk menyudutkan lelaki tersebut ke tembok.

“Hi, tolong biarkan aku memastikan sesuatu,” ujarnya lantas reflek menjinjit kakinya dan menyatukan bibir mereka.  

Entah pengaruh alkohol atau bukan, yang jelas Arina mengecup, melumat dan bahkan menggigit pelan bibir lawan mainnya yang hanya diam saja itu. Arina bahkan tidak ragu untuk menekan ciuman tersebut agar makin dalam dan intens. Mengabaikan panas di sekujur tubuh mereka yang mulai membara.

Semakin lama semakin dalam hingga hampir saja orang asing itu ikut membalas kecupan panasnya. Tapi sebelum itu terjadi, Arina dengan setengah kesadarannya ingat untuk melepaskan diri. Bahkan masih ingat untuk menghapus sisa lipstik yang belepotan di sudut-sudut bibirnya. 

Dia tersenyum sembari memegang kepalanya yang semakin pening, “Aku tidak seburuk itu, kan? I am not a bad kisser!

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
1. Bad Kisser
“Seberapa keras-pun aku berpikir, sepertinya memang nggak ada lagi yang bisa dilakukan selain putus. Kamu terlalu egois, aku nggak bisa lagi bertahan sama kamu.”Arina memijit kembali pelipisnya yang berdenyut sakit. Sebenarnya bukan hanya pelipis, bahkan seluruh bagian kepalanya sudah menjerit berat. Dadanya kini juga ikut-ikutan sesak setelah sekelebat kalimat sakti itu lagi dan lagi berteriak tanpa puas mendengung di telinganya. Bahkan kalimat itu tidak pernah diucapkan langsung secara lisan, tapi mengapa Arina seolah bisa mendengar semuanya dengan jelas?Sekitar lima jam yang lalu ketika pesan itu dia terima via whatsapp. Sebuah pesan yang sepertinya merupakan keputusan sepihak mengingat setelah pesan itu dia terima, Arina bahkan tidak bisa memberikan dan mendapatkan respon balik. Pesan balasan tak dibaca dan telepon pun tak diangkat. Dia benar-benar diputuskan secara sepihak tanpa penjelasan lanjutan dan bahkan hanya melalui chat saja? Oh astaga!Dia menyentuh pelan layar ponsel
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more
2. Hobi Nabrak
Kepalanya terasa berat, seakan ada palu godam yang terus-menerus menghantam pelipisnya. Arina mengerjapkan mata, menyadari dirinya terbangun di sofa. Cahaya matahari yang menembus tirai membuat matanya semakin berdenyut nyeri.Begitu kesadarannya setengah terkumpul, mual yang mendesak perutnya tak bisa lagi ditahan. Ia buru-buru bangkit, hampir tersandung meja di depannya, lalu setengah berlari ke kamar mandi. Suara air yang bergemuruh dari keran hampir tidak mampu menutupi suara muntahannya.“Astaga Arin! Berapa banyak yang kamu minum semalam?”Suara cempreng itu membuat Arina sedikit tenang. Dia tak perlu menoleh untuk memastikan bahwa itu adalah suara Silvia, sahabat karibnya. Setidaknya dia tidak bangun di ranjang laki-laki asing atau semacamnya. Semalam cukup gila, tapi Arina tidak cukup gila untuk bahkan menyerahkan tubuhnya pada lelaki manapun.Silvia yang sedari tadi terjaga langsung menyusul, berdiri di ambang pintu kamar mandi. Dengan wajah khawatir, ia menepuk punggung Arin
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more
3. Life Must Go On
“Bu Arina!”Arina menoleh saat namanya disebut. Wanita itu baru saja hendak sedikit bersyukur saat mengetahui bahwa acara hari ini belum mulai karena katanya masih harus menunggu rektor yang masih menyambut tamu penting di kantornya. Tumben sekali Arina bersyukur atas adanya keterlambatan semacam ini. Biasanya dia yang akan paling sebal kalau acara tidak berjalan sesuai rundown.Tapi belum sempat benar-benar bersyukur, Arina harus kembali menarik wajahnya untuk tersenyum saat menemukan Wakil Ketua Prodi memanggilnya dengan wajah ketat.“Bu Arina baru sampai? Saya cari dari tadi nggak ketemu,” ujarnya jutek.Arina menunduk, “Iya bu, maaf. Ada sedikit hal yang harus saya urus tadi,” bohongnya.Wanita itu tahu bagaimana menyeramkannya Wakil Ketua Prodi satu ini.“Bu, tolong hari ini gantikan Bu Widya untuk menjadi moderator acara, ya! Bu Widya mendadak harus ikut acara di fakultas sebelah,” ujar Bu Indira, si Wakil Ketua Prodi yang dia pikir akan marah-marah padanya namun ternyata justru
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more
4. Rencana Kerja Sama
Setelah acara talkshow berakhir, para narasumber diarahkan menuju ruang makan eksklusif di dalam gedung rektorat. Rektor sendiri yang mengundang mereka untuk makan siang bersama sebagai bentuk apresiasi atas waktu dan wawasan yang telah dibagikan kepada para mahasiswa. Syukurnya, orang-orang sibuk tersebut masih menyanggupi dan mungkin tidak tengah terburu-buru untuk menghadiri kegiatan mereka yang lain.Arina bersama dengan beberapa rekan dosen lainnya turut mengiringi. Menjamu para undangan dengan baik sekaligus mendengarkan arahan selanjutnya dari rektor mengenai kelanjutan atau hasil yang diharapkan dari talkshow kali ini.Kegiatan bertajuk “Navigating the Future: Strategi Manajemen dan Konsultasi Bisnis di Era Digital" kali itu adalah sebuah talkshow nasional yang menjadi program dari fakultas manajemen. Menghadirkan narasumber ternama dari berbagai bidang terkait dan relevan sehingga bisa memberikan perspektif mereka dari berbagai sudut pandang.Di antara para narasumber, ada As
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more
5. Deklarasi Si Pengkhianat
“Jefan selingkuh sama Nindy, kan?”Arina hampir melotot saat tiba-tiba Silvia menelpon dan langsung menyambarnya dengan kalimat pembuka yang cukup pedas. Bukannya kaget tentang fakta tersebut, Arina jelas lebih kaget sebab Silvia mengetahui hal ini."Hah?!" Arina bingung membalas apa dan hanya bisa mengeluarkan sepatah kata dengan ragu.Terdengar helaan nafas di seberang panggilan, "Nggak usah ditutup-tutupin segala! Lonte satu itu sudah spill semuanya di instagram! Dia dengan bangga go public! Memposting carrousel menjijikkan tentang hubungannya dengan Jefan!" Terang Silvia.Arina yang juga sambil membuka whatsapp web di laptop lantas membuka link yang Silvia kirimkan. Menunjukkan foto di akun Instagram dengan username nindyasalsa_ yang menampakkan foto mesra antara dirinya dengan Jefano. Dilengkapi dengan caption menjijikkan seolah mendeklarasikan hubungan resmi dengan Jefan sekarang."Pantas saja kemarin mabuk sampai separah itu! Kenapa nggak ngomong kemarin, sih?!" Kesal Silvia l
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more
6. Adegan Siapa?
Usai mengajar, Arina memutuskan untuk langsung menuju hotel tempat acara bridal shower diadakan semalam. Berangkat menggunakan transportasi online, menjemput mobil kesayangan yang terpaksa bermalam sendirian di hotel sebab terpaksa dia tinggalkan akibat terlalu mabuk. Brio putih kesayangan yang berhasil dibeli lunas dua tahun lalu menggunakan tabungannya sejak SMA dari hasil menang lomba dan aneka pekerjaannya yang palugada ditambah hidup sedikit lebih berhemat. Arina lebih sering membawa bekal, tidak membeli es kopi premium setiap hari, dan tidak menghabiskan uangnya demi membuka table atau mentraktir teman-temannya. Arina juga jarang jalan-jalan ataupun belanja outift sehingga pakaiannya sekarang murni karena upaya kerasnya untuk mix and match pakaian basic yang dia miliki dengan baik.Arina duduk di kursi belakang dengan pandangan menerawang keluar jendela. Samar-samar, ia teringat tawa riuh, musik menggelegar, dan lampu-lampu temaram yang mengisi pesta semalam. Belum lagi minuman
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more
7. Pertemuan Bisnis
Restoran itu belum terlalu ramai saat Arina datang, tepat pukul delapan malam. Ia mengenakan blazer abu lembut dan celana panjang hitam, tampak rapi dan profesional meski sempat tergesa dari kampus. Sejenak ia melirik arlojinya, lalu matanya menangkap sosok pria yang duduk di meja pojok dekat jendela—Askara.Restoran itu temaram dan tenang, lampu gantung berpendar lembut di atas meja-meja kayu elegan yang tertata rapi. Askara sudah duduk sambil membuka proposal kerjasama dari Universitas. Saat melihat Arina mendekat, ia segera berdiri dan menyambutnya dengan senyum ramah.Sebenarnya, janji temu pada awalnya dijadwalkan pukul lima sore. Tapi Askara mendadak memindahkan waktunya sebab dia ada pertemuan penting yang mendadak dan tidak bisa ditinggalkan. Sembari menunggu waktu dan konfirmasi lokasi, Arina melanjutkan pekerjaannya di kampus.Pemilik perusahaan konsultan bisnis itu berdiri dan menyambutnya dengan sopan. Arina membalas dengan senyum ramah sebelum keduanya duduk. Di hadapan
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more
8. Too Much Information
Langkah Arina terhenti begitu saja. Baru saja ia menekan tombol pada remote mobilnya, dan lampu hazard si putih miliknya itu berkedip menyala, dua sosok yang tak asing—dan sebenarnya paling ia hindari sekaligus sempat ia cari—muncul tepat di hadapannya.Jefan dan Nindy.Dua manusia yang dulu sempat menjadi bagian dari hidupnya. Satu sebagai cinta yang ia perjuangkan bertahun-tahun. Satu lagi sebagai teman yang dulu ia anggap saudara. Dan kini? Mereka berdiri bergandengan tangan, dengan senyum menyebalkan yang menempel di wajah mereka seperti topeng murahan.“Arina,” sapa Nindy dengan nada dibuat-buat ramah. “Nggak nyangka kita ketemu di sini." Senyumnya dibuat terlalu lebar untuk terlihat tulus.Arina hanya melirik Nindy dengan raut yang sudah pasti muak. Ia melirik sebelahnya, lelaki yang tujuh tahun belakangan mengisi hatinya. Kini justru membuang muka sembari memasukkan tangan ke dalam kantong. Seolah dia benar-benar sudah tak ingin lagi bertemu atau bahkan menjelaskan apapun pad
last updateLast Updated : 2025-04-16
Read more
9. Langkah Move On
Pintu rumah tertutup pelan di belakang punggung Arina. Tak ada dentuman marah, hanya desahan napas panjang yang nyaris tak terdengar. Sepatu dilepas seadanya, tas disampirkan asal di sofa, lalu tubuhnya jatuh rebah di ranjang kamar yang selama ini jadi tempatnya mengobati lelah.Telinganya masih dipenuhi gema suara Nindy yang angkuh membicarakan pesta pernikahan impian, juga Jefan yang memanggilnya dengan sebutan sayang—seolah luka Arina tak pernah ada. Mereka berdiri berdampingan, menyusun rencana dengan pongah, seperti dua orang yang tak pernah mengkhianati atau menghancurkan hidup siapa pun.Tadi, dia tertawa sinis. Mengangkat dagu tinggi, melempar sindiran tajam, pura-pura tak peduli. Tapi di sini, saat hanya ada dia dan sepi, Arina tak bisa lagi membohongi dirinya sendiri.Air mata jatuh diam-diam, satu per satu, seperti kenangan yang tak mau pergi. Tetap saja, meskipun Jefan brengsek, tapi laki-laki itulah yang sempat menghiasi hatinya beberapa tahun terakhir—waktu yang sama se
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status