Beranda / Romansa / Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda / 5. Deklarasi Si Pengkhianat

Share

5. Deklarasi Si Pengkhianat

Penulis: Estaruby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-01 22:35:47

“Jefan selingkuh sama Nindy, kan?”

Arina hampir melotot saat tiba-tiba Silvia menelpon dan langsung menyambarnya dengan kalimat pembuka yang cukup pedas. Bukannya kaget tentang fakta tersebut, Arina jelas lebih kaget sebab Silvia mengetahui hal ini.

"Hah?!" Arina bingung membalas apa dan hanya bisa mengeluarkan sepatah kata dengan ragu.

Terdengar helaan nafas di seberang panggilan, "Nggak usah ditutup-tutupin segala! Lonte satu itu sudah spill semuanya di i*******m! Dia dengan bangga go public! Memposting carrousel menjijikkan tentang hubungannya dengan Jefan!" Terang Silvia.

Arina yang juga sambil membuka w******p web di laptop lantas membuka link yang Silvia kirimkan. Menunjukkan foto di akun I*******m dengan username nindyasalsa_ yang menampakkan foto mesra antara dirinya dengan Jefano. Dilengkapi dengan caption menjijikkan seolah mendeklarasikan hubungan resmi dengan Jefan sekarang.

"Pantas saja kemarin mabuk sampai separah itu! Kenapa nggak ngomong kemarin, sih?!" Kesal Silvia lagi.

Arina sembunyikan aib mantan kekasih dan sahabatnya, tapi justru mereka yang bongkar sendiri. Ya sudah, mau bagaimana lagi?

"Ya sudahlah, nggak penting juga," balas Arina lemah. Kontra dengan kalimatnya yang seolah tak peduli.

Silvia kembali menghela nafas, “Sekarang semua juga tahu kalau Jefan sudah bersama Nindy. Mungkin teman-teman kita juga akan langsung sadar bahwa jelas Nindy adalah orang ketiga dalam hubunganmu. Tapi, nggak sedikit juga yang berpikir bahwa kamu dan Jefan sudah lama berpisah. Yah, yang tahu-tahu saja,” ujar Silvia lagi.

Arina merenung. Memang dia dan Jefan bukan tipikal yang suka mengumbar hubungan mereka di media sosial. Bahkan sejak mereka kuliah dulu pun, hanya orang-orang di sekitar lingkungan pertemanan mereka saja yang tahu pasal kedekatan keduanya.

Tapi dengan Nindya? Jefan tidak tanggung-tanggung mau debut di akun media sosial wanita tersebut rupanya. Bahkan setelah memutuskannya secara sepihak semalam.

Apa aku bilang? Nindy itu selalu berusaha menarik perhatian Jefan setiap mereka ketemu. Aku dan teman-teman yang lain bahkan sejujurnya nggak terlalu kaget saat melihat si selebgram wannabe ini posting foto dengan Jefan seperti sekarang ini,” tutur Silvia.

Arina mendengarkan dengan baik. Tapi wanita itu juga tidak bisa membalas apapun sebab masih kecewa dikhianati seperti ini.

Berarti kalian sudah putus, kan? Lebih baik begitu! Apa sih poin menariknya si Jefan-Jefan itu selain kaya karena harta orang tua? Bahkan bisnisnya sekarang juga campur tangan ayahnya, kan? Dia nggak pernah kelihatan genuine selama menjalin hubungan sama kamu, dia juga sangat arogan seolah dirinya adalah yang paling tinggi. Kamu nggak bisa lagi tutup kuping saat aku dan yang lain menasehati kamu kalau pacarmu itu orang kaya norak yang bahkan nggak bisa diandalkan sama sekali!” Silvia sampai berbuih bicara cepat dengan penuh emosi. Memang sejak dahulu Silvia adalah orang yang paling menentang hubungan antara Arina dan Jefan. Katanya sayang sekali kalau Arina harus menikah dengan lelaki anak mama semacam itu.

Arina tersenyum sedikit, dia bahkan belum menceritakan semua yang dia dengar semalam pada Silvia. Akan separah apa kata-kata yang keluar dari mulut Silvia kalau sampai dia tahu detail percakapan dua manusia itu kemarin?

Tidak munafik, Arina masih merasakan sakit yang luar biasa. Maksudnya, jalinan hubungan bertahun-tahun kandas begitu saja dan Jefan bahkan langsung punya penggantinya. Atau mungkin tidak tepat disebut pengganti, melainkan hanya sekadar wanita baru.

Setelah hampir tiga hari tanpa saling berkabar, kekasihnya secara tiba-tiba memutuskan hubungan secara sepihak. Hanya melalui sebuah pesan w******p pula. Mereka sudah sama-sama ada di usia matang, hubungan yang dijalin sejak di bangku kuliah itu juga sudah ada pada tahap saling mengenalkan keluarga dan beberapa perbincangan menjurus pernikahan. Tentu seharusnya tidak semudah itu ‘selesai’, bukan?

“Kamu baru pulang bekerja, kan? Sudahlah kita nggak usah bahas ini lagi, ya!”

Kalimat tersebut Arina ucapkan setiap kali kekasihnya mulai mengungkit-ungkit kesalahannya di masa lalu. Arina tahu, mungkin memang benar dia sendiri yang menciptakan jarak diantara mereka hingga Jefano—kekasihnya jadi sedingin ini.

“Kamu terlalu sibuk! Nggak ada waktu buat aku sama sekali!”

“Buat apa sih S2 keluar negeri? Emang harus banget kuliah diluar? Atau, emang harus banget kamu lanjut kuliah lagi? Harta keluargaku masih cukup untuk kita bahkan tujuh keturunan!”

“Aku bukannya nggak mendukung cita-cita kamu, tapi serius kamu yakin mau LDR?”

“Mamaku bilang, kamu nggak perlu bekerja setelah kita menikah! Kamu hanya perlu berada di rumah! Jadi apa yang sedang kamu perjuangkan ini?”

“Lihat? Setelah jadi dosen pun gaji kamu itu nggak sebanding dengan upaya kamu selama ini!”

“Nggak ada laki-laki manapun selain aku yang tahan akan sikap kamu yang begini!”

Arina mengusap air mata yang tiba-tiba saja meluncur deras di pipinya. Sejujurnya, rentetan perdebatan mereka itu sudah menjadi beban pikirannya beberapa bulan belakangan ini. Terutama saat Jefano benar-benar dengan tidak ragu lagi menunjukkan bahwa dia benar-benar muak dengannya.  Makan malam mereka tiga hari yang lalu bukan sebuah pengecualian. Setelah sekian lama tak bertemu, keduanya justru berada di situasi yang tak menyenangkan. Apalagi kalau bukan sebab masih mendebatkan masalah yang sama?

Dia harus mengakui, dia merasa cukup bersalah saat menolak lamaran Jefan tiga tahun yang lalu. Hari itu, Arina telah melunturkan senyuman di bibir Jefan yang sangat antusias menyiapkan kejutan lamaran. Namun Arina menolaknya sebab dia ingin melanjutkan studinya di luar negeri terlebih dahulu. Apalagi, di usia 24 itu, Arina belum merasa siap untuk menikah.

Mungkin sejak itu juga, hubungan mereka jadi lebih dingin daripada sebelumnya. Puncaknya tentu sebulan belakangan dimana Jefan jadi semakin sulit dihubungi dan ditemui. Bahkan setiap Arina mencarinya ke kediamannya, pria itu tidak berada disana. Setiap mereka bicara, ujung-ujungnya pasti akan kembali membahas ketidaksiapan Arina untuk menikah itu. Hingga gong-nya mungkin adalah semalam. Pesan putus lewat w******p.

Tapi, Arina mungkin tidak sepenuhnya bersalah. Percakapan Jefan dengan Nindy kemarin—tepat di atas ranjang yang berdecit, menandakan bahwa mungkin saja Nindy sudah berhasil mengisi posisinya di sela kerenggangan hubungan mereka. Bukan satu atau dua hari, bisa saja sudah sejak bertahun-tahun lalu tapi Arina baru menyadarinya.

Ah, betapa bodohnya dia?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   6. Adegan Siapa?

    Usai mengajar, Arina memutuskan untuk langsung menuju hotel tempat acara bridal shower diadakan semalam. Berangkat menggunakan transportasi online, menjemput mobil kesayangan yang terpaksa bermalam sendirian di hotel sebab terpaksa dia tinggalkan akibat terlalu mabuk. Brio putih kesayangan yang berhasil dibeli lunas dua tahun lalu menggunakan tabungannya sejak SMA dari hasil menang lomba dan aneka pekerjaannya yang palugada ditambah hidup sedikit lebih berhemat. Arina lebih sering membawa bekal, tidak membeli es kopi premium setiap hari, dan tidak menghabiskan uangnya demi membuka table atau mentraktir teman-temannya. Arina juga jarang jalan-jalan ataupun belanja outift sehingga pakaiannya sekarang murni karena upaya kerasnya untuk mix and match pakaian basic yang dia miliki dengan baik.Arina duduk di kursi belakang dengan pandangan menerawang keluar jendela. Samar-samar, ia teringat tawa riuh, musik menggelegar, dan lampu-lampu temaram yang mengisi pesta semalam. Belum lagi minuman

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   7. Pertemuan Bisnis

    Restoran itu belum terlalu ramai saat Arina datang, tepat pukul delapan malam. Ia mengenakan blazer abu lembut dan celana panjang hitam, tampak rapi dan profesional meski sempat tergesa dari kampus. Sejenak ia melirik arlojinya, lalu matanya menangkap sosok pria yang duduk di meja pojok dekat jendela—Askara.Restoran itu temaram dan tenang, lampu gantung berpendar lembut di atas meja-meja kayu elegan yang tertata rapi. Askara sudah duduk sambil membuka proposal kerjasama dari Universitas. Saat melihat Arina mendekat, ia segera berdiri dan menyambutnya dengan senyum ramah.Sebenarnya, janji temu pada awalnya dijadwalkan pukul lima sore. Tapi Askara mendadak memindahkan waktunya sebab dia ada pertemuan penting yang mendadak dan tidak bisa ditinggalkan. Sembari menunggu waktu dan konfirmasi lokasi, Arina melanjutkan pekerjaannya di kampus.Pemilik perusahaan konsultan bisnis itu berdiri dan menyambutnya dengan sopan. Arina membalas dengan senyum ramah sebelum keduanya duduk. Di hadapan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   8. Too Much Information

    Langkah Arina terhenti begitu saja. Baru saja ia menekan tombol pada remote mobilnya, dan lampu hazard si putih miliknya itu berkedip menyala, dua sosok yang tak asing—dan sebenarnya paling ia hindari sekaligus sempat ia cari—muncul tepat di hadapannya.Jefan dan Nindy.Dua manusia yang dulu sempat menjadi bagian dari hidupnya. Satu sebagai cinta yang ia perjuangkan bertahun-tahun. Satu lagi sebagai teman yang dulu ia anggap saudara. Dan kini? Mereka berdiri bergandengan tangan, dengan senyum menyebalkan yang menempel di wajah mereka seperti topeng murahan.“Arina,” sapa Nindy dengan nada dibuat-buat ramah. “Nggak nyangka kita ketemu di sini." Senyumnya dibuat terlalu lebar untuk terlihat tulus.Arina hanya melirik Nindy dengan raut yang sudah pasti muak. Ia melirik sebelahnya, lelaki yang tujuh tahun belakangan mengisi hatinya. Kini justru membuang muka sembari memasukkan tangan ke dalam kantong. Seolah dia benar-benar sudah tak ingin lagi bertemu atau bahkan menjelaskan apapun pad

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   9. Langkah Move On

    Pintu rumah tertutup pelan di belakang punggung Arina. Tak ada dentuman marah, hanya desahan napas panjang yang nyaris tak terdengar. Sepatu dilepas seadanya, tas disampirkan asal di sofa, lalu tubuhnya jatuh rebah di ranjang kamar yang selama ini jadi tempatnya mengobati lelah.Telinganya masih dipenuhi gema suara Nindy yang angkuh membicarakan pesta pernikahan impian, juga Jefan yang memanggilnya dengan sebutan sayang—seolah luka Arina tak pernah ada. Mereka berdiri berdampingan, menyusun rencana dengan pongah, seperti dua orang yang tak pernah mengkhianati atau menghancurkan hidup siapa pun.Tadi, dia tertawa sinis. Mengangkat dagu tinggi, melempar sindiran tajam, pura-pura tak peduli. Tapi di sini, saat hanya ada dia dan sepi, Arina tak bisa lagi membohongi dirinya sendiri.Air mata jatuh diam-diam, satu per satu, seperti kenangan yang tak mau pergi. Tetap saja, meskipun Jefan brengsek, tapi laki-laki itulah yang sempat menghiasi hatinya beberapa tahun terakhir—waktu yang sama se

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-18
  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   1. Bad Kisser

    “Seberapa keras-pun aku berpikir, sepertinya memang nggak ada lagi yang bisa dilakukan selain putus. Kamu terlalu egois, aku nggak bisa lagi bertahan sama kamu.”Arina memijit kembali pelipisnya yang berdenyut sakit. Sebenarnya bukan hanya pelipis, bahkan seluruh bagian kepalanya sudah menjerit berat. Dadanya kini juga ikut-ikutan sesak setelah sekelebat kalimat sakti itu lagi dan lagi berteriak tanpa puas mendengung di telinganya. Bahkan kalimat itu tidak pernah diucapkan langsung secara lisan, tapi mengapa Arina seolah bisa mendengar semuanya dengan jelas?Sekitar lima jam yang lalu ketika pesan itu dia terima via whatsapp. Sebuah pesan yang sepertinya merupakan keputusan sepihak mengingat setelah pesan itu dia terima, Arina bahkan tidak bisa memberikan dan mendapatkan respon balik. Pesan balasan tak dibaca dan telepon pun tak diangkat. Dia benar-benar diputuskan secara sepihak tanpa penjelasan lanjutan dan bahkan hanya melalui chat saja? Oh astaga!Dia menyentuh pelan layar ponsel

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   2. Hobi Nabrak

    Kepalanya terasa berat, seakan ada palu godam yang terus-menerus menghantam pelipisnya. Arina mengerjapkan mata, menyadari dirinya terbangun di sofa. Cahaya matahari yang menembus tirai membuat matanya semakin berdenyut nyeri.Begitu kesadarannya setengah terkumpul, mual yang mendesak perutnya tak bisa lagi ditahan. Ia buru-buru bangkit, hampir tersandung meja di depannya, lalu setengah berlari ke kamar mandi. Suara air yang bergemuruh dari keran hampir tidak mampu menutupi suara muntahannya.“Astaga Arin! Berapa banyak yang kamu minum semalam?”Suara cempreng itu membuat Arina sedikit tenang. Dia tak perlu menoleh untuk memastikan bahwa itu adalah suara Silvia, sahabat karibnya. Setidaknya dia tidak bangun di ranjang laki-laki asing atau semacamnya. Semalam cukup gila, tapi Arina tidak cukup gila untuk bahkan menyerahkan tubuhnya pada lelaki manapun.Silvia yang sedari tadi terjaga langsung menyusul, berdiri di ambang pintu kamar mandi. Dengan wajah khawatir, ia menepuk punggung Arin

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   3. Life Must Go On

    “Bu Arina!”Arina menoleh saat namanya disebut. Wanita itu baru saja hendak sedikit bersyukur saat mengetahui bahwa acara hari ini belum mulai karena katanya masih harus menunggu rektor yang masih menyambut tamu penting di kantornya. Tumben sekali Arina bersyukur atas adanya keterlambatan semacam ini. Biasanya dia yang akan paling sebal kalau acara tidak berjalan sesuai rundown.Tapi belum sempat benar-benar bersyukur, Arina harus kembali menarik wajahnya untuk tersenyum saat menemukan Wakil Ketua Prodi memanggilnya dengan wajah ketat.“Bu Arina baru sampai? Saya cari dari tadi nggak ketemu,” ujarnya jutek.Arina menunduk, “Iya bu, maaf. Ada sedikit hal yang harus saya urus tadi,” bohongnya.Wanita itu tahu bagaimana menyeramkannya Wakil Ketua Prodi satu ini.“Bu, tolong hari ini gantikan Bu Widya untuk menjadi moderator acara, ya! Bu Widya mendadak harus ikut acara di fakultas sebelah,” ujar Bu Indira, si Wakil Ketua Prodi yang dia pikir akan marah-marah padanya namun ternyata justru

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   4. Rencana Kerja Sama

    Setelah acara talkshow berakhir, para narasumber diarahkan menuju ruang makan eksklusif di dalam gedung rektorat. Rektor sendiri yang mengundang mereka untuk makan siang bersama sebagai bentuk apresiasi atas waktu dan wawasan yang telah dibagikan kepada para mahasiswa. Syukurnya, orang-orang sibuk tersebut masih menyanggupi dan mungkin tidak tengah terburu-buru untuk menghadiri kegiatan mereka yang lain.Arina bersama dengan beberapa rekan dosen lainnya turut mengiringi. Menjamu para undangan dengan baik sekaligus mendengarkan arahan selanjutnya dari rektor mengenai kelanjutan atau hasil yang diharapkan dari talkshow kali ini.Kegiatan bertajuk “Navigating the Future: Strategi Manajemen dan Konsultasi Bisnis di Era Digital" kali itu adalah sebuah talkshow nasional yang menjadi program dari fakultas manajemen. Menghadirkan narasumber ternama dari berbagai bidang terkait dan relevan sehingga bisa memberikan perspektif mereka dari berbagai sudut pandang.Di antara para narasumber, ada As

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01

Bab terbaru

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   9. Langkah Move On

    Pintu rumah tertutup pelan di belakang punggung Arina. Tak ada dentuman marah, hanya desahan napas panjang yang nyaris tak terdengar. Sepatu dilepas seadanya, tas disampirkan asal di sofa, lalu tubuhnya jatuh rebah di ranjang kamar yang selama ini jadi tempatnya mengobati lelah.Telinganya masih dipenuhi gema suara Nindy yang angkuh membicarakan pesta pernikahan impian, juga Jefan yang memanggilnya dengan sebutan sayang—seolah luka Arina tak pernah ada. Mereka berdiri berdampingan, menyusun rencana dengan pongah, seperti dua orang yang tak pernah mengkhianati atau menghancurkan hidup siapa pun.Tadi, dia tertawa sinis. Mengangkat dagu tinggi, melempar sindiran tajam, pura-pura tak peduli. Tapi di sini, saat hanya ada dia dan sepi, Arina tak bisa lagi membohongi dirinya sendiri.Air mata jatuh diam-diam, satu per satu, seperti kenangan yang tak mau pergi. Tetap saja, meskipun Jefan brengsek, tapi laki-laki itulah yang sempat menghiasi hatinya beberapa tahun terakhir—waktu yang sama se

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   8. Too Much Information

    Langkah Arina terhenti begitu saja. Baru saja ia menekan tombol pada remote mobilnya, dan lampu hazard si putih miliknya itu berkedip menyala, dua sosok yang tak asing—dan sebenarnya paling ia hindari sekaligus sempat ia cari—muncul tepat di hadapannya.Jefan dan Nindy.Dua manusia yang dulu sempat menjadi bagian dari hidupnya. Satu sebagai cinta yang ia perjuangkan bertahun-tahun. Satu lagi sebagai teman yang dulu ia anggap saudara. Dan kini? Mereka berdiri bergandengan tangan, dengan senyum menyebalkan yang menempel di wajah mereka seperti topeng murahan.“Arina,” sapa Nindy dengan nada dibuat-buat ramah. “Nggak nyangka kita ketemu di sini." Senyumnya dibuat terlalu lebar untuk terlihat tulus.Arina hanya melirik Nindy dengan raut yang sudah pasti muak. Ia melirik sebelahnya, lelaki yang tujuh tahun belakangan mengisi hatinya. Kini justru membuang muka sembari memasukkan tangan ke dalam kantong. Seolah dia benar-benar sudah tak ingin lagi bertemu atau bahkan menjelaskan apapun pad

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   7. Pertemuan Bisnis

    Restoran itu belum terlalu ramai saat Arina datang, tepat pukul delapan malam. Ia mengenakan blazer abu lembut dan celana panjang hitam, tampak rapi dan profesional meski sempat tergesa dari kampus. Sejenak ia melirik arlojinya, lalu matanya menangkap sosok pria yang duduk di meja pojok dekat jendela—Askara.Restoran itu temaram dan tenang, lampu gantung berpendar lembut di atas meja-meja kayu elegan yang tertata rapi. Askara sudah duduk sambil membuka proposal kerjasama dari Universitas. Saat melihat Arina mendekat, ia segera berdiri dan menyambutnya dengan senyum ramah.Sebenarnya, janji temu pada awalnya dijadwalkan pukul lima sore. Tapi Askara mendadak memindahkan waktunya sebab dia ada pertemuan penting yang mendadak dan tidak bisa ditinggalkan. Sembari menunggu waktu dan konfirmasi lokasi, Arina melanjutkan pekerjaannya di kampus.Pemilik perusahaan konsultan bisnis itu berdiri dan menyambutnya dengan sopan. Arina membalas dengan senyum ramah sebelum keduanya duduk. Di hadapan

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   6. Adegan Siapa?

    Usai mengajar, Arina memutuskan untuk langsung menuju hotel tempat acara bridal shower diadakan semalam. Berangkat menggunakan transportasi online, menjemput mobil kesayangan yang terpaksa bermalam sendirian di hotel sebab terpaksa dia tinggalkan akibat terlalu mabuk. Brio putih kesayangan yang berhasil dibeli lunas dua tahun lalu menggunakan tabungannya sejak SMA dari hasil menang lomba dan aneka pekerjaannya yang palugada ditambah hidup sedikit lebih berhemat. Arina lebih sering membawa bekal, tidak membeli es kopi premium setiap hari, dan tidak menghabiskan uangnya demi membuka table atau mentraktir teman-temannya. Arina juga jarang jalan-jalan ataupun belanja outift sehingga pakaiannya sekarang murni karena upaya kerasnya untuk mix and match pakaian basic yang dia miliki dengan baik.Arina duduk di kursi belakang dengan pandangan menerawang keluar jendela. Samar-samar, ia teringat tawa riuh, musik menggelegar, dan lampu-lampu temaram yang mengisi pesta semalam. Belum lagi minuman

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   5. Deklarasi Si Pengkhianat

    “Jefan selingkuh sama Nindy, kan?”Arina hampir melotot saat tiba-tiba Silvia menelpon dan langsung menyambarnya dengan kalimat pembuka yang cukup pedas. Bukannya kaget tentang fakta tersebut, Arina jelas lebih kaget sebab Silvia mengetahui hal ini."Hah?!" Arina bingung membalas apa dan hanya bisa mengeluarkan sepatah kata dengan ragu.Terdengar helaan nafas di seberang panggilan, "Nggak usah ditutup-tutupin segala! Lonte satu itu sudah spill semuanya di instagram! Dia dengan bangga go public! Memposting carrousel menjijikkan tentang hubungannya dengan Jefan!" Terang Silvia.Arina yang juga sambil membuka whatsapp web di laptop lantas membuka link yang Silvia kirimkan. Menunjukkan foto di akun Instagram dengan username nindyasalsa_ yang menampakkan foto mesra antara dirinya dengan Jefano. Dilengkapi dengan caption menjijikkan seolah mendeklarasikan hubungan resmi dengan Jefan sekarang."Pantas saja kemarin mabuk sampai separah itu! Kenapa nggak ngomong kemarin, sih?!" Kesal Silvia l

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   4. Rencana Kerja Sama

    Setelah acara talkshow berakhir, para narasumber diarahkan menuju ruang makan eksklusif di dalam gedung rektorat. Rektor sendiri yang mengundang mereka untuk makan siang bersama sebagai bentuk apresiasi atas waktu dan wawasan yang telah dibagikan kepada para mahasiswa. Syukurnya, orang-orang sibuk tersebut masih menyanggupi dan mungkin tidak tengah terburu-buru untuk menghadiri kegiatan mereka yang lain.Arina bersama dengan beberapa rekan dosen lainnya turut mengiringi. Menjamu para undangan dengan baik sekaligus mendengarkan arahan selanjutnya dari rektor mengenai kelanjutan atau hasil yang diharapkan dari talkshow kali ini.Kegiatan bertajuk “Navigating the Future: Strategi Manajemen dan Konsultasi Bisnis di Era Digital" kali itu adalah sebuah talkshow nasional yang menjadi program dari fakultas manajemen. Menghadirkan narasumber ternama dari berbagai bidang terkait dan relevan sehingga bisa memberikan perspektif mereka dari berbagai sudut pandang.Di antara para narasumber, ada As

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   3. Life Must Go On

    “Bu Arina!”Arina menoleh saat namanya disebut. Wanita itu baru saja hendak sedikit bersyukur saat mengetahui bahwa acara hari ini belum mulai karena katanya masih harus menunggu rektor yang masih menyambut tamu penting di kantornya. Tumben sekali Arina bersyukur atas adanya keterlambatan semacam ini. Biasanya dia yang akan paling sebal kalau acara tidak berjalan sesuai rundown.Tapi belum sempat benar-benar bersyukur, Arina harus kembali menarik wajahnya untuk tersenyum saat menemukan Wakil Ketua Prodi memanggilnya dengan wajah ketat.“Bu Arina baru sampai? Saya cari dari tadi nggak ketemu,” ujarnya jutek.Arina menunduk, “Iya bu, maaf. Ada sedikit hal yang harus saya urus tadi,” bohongnya.Wanita itu tahu bagaimana menyeramkannya Wakil Ketua Prodi satu ini.“Bu, tolong hari ini gantikan Bu Widya untuk menjadi moderator acara, ya! Bu Widya mendadak harus ikut acara di fakultas sebelah,” ujar Bu Indira, si Wakil Ketua Prodi yang dia pikir akan marah-marah padanya namun ternyata justru

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   2. Hobi Nabrak

    Kepalanya terasa berat, seakan ada palu godam yang terus-menerus menghantam pelipisnya. Arina mengerjapkan mata, menyadari dirinya terbangun di sofa. Cahaya matahari yang menembus tirai membuat matanya semakin berdenyut nyeri.Begitu kesadarannya setengah terkumpul, mual yang mendesak perutnya tak bisa lagi ditahan. Ia buru-buru bangkit, hampir tersandung meja di depannya, lalu setengah berlari ke kamar mandi. Suara air yang bergemuruh dari keran hampir tidak mampu menutupi suara muntahannya.“Astaga Arin! Berapa banyak yang kamu minum semalam?”Suara cempreng itu membuat Arina sedikit tenang. Dia tak perlu menoleh untuk memastikan bahwa itu adalah suara Silvia, sahabat karibnya. Setidaknya dia tidak bangun di ranjang laki-laki asing atau semacamnya. Semalam cukup gila, tapi Arina tidak cukup gila untuk bahkan menyerahkan tubuhnya pada lelaki manapun.Silvia yang sedari tadi terjaga langsung menyusul, berdiri di ambang pintu kamar mandi. Dengan wajah khawatir, ia menepuk punggung Arin

  • Konsultasi Cinta dengan Dosen Muda   1. Bad Kisser

    “Seberapa keras-pun aku berpikir, sepertinya memang nggak ada lagi yang bisa dilakukan selain putus. Kamu terlalu egois, aku nggak bisa lagi bertahan sama kamu.”Arina memijit kembali pelipisnya yang berdenyut sakit. Sebenarnya bukan hanya pelipis, bahkan seluruh bagian kepalanya sudah menjerit berat. Dadanya kini juga ikut-ikutan sesak setelah sekelebat kalimat sakti itu lagi dan lagi berteriak tanpa puas mendengung di telinganya. Bahkan kalimat itu tidak pernah diucapkan langsung secara lisan, tapi mengapa Arina seolah bisa mendengar semuanya dengan jelas?Sekitar lima jam yang lalu ketika pesan itu dia terima via whatsapp. Sebuah pesan yang sepertinya merupakan keputusan sepihak mengingat setelah pesan itu dia terima, Arina bahkan tidak bisa memberikan dan mendapatkan respon balik. Pesan balasan tak dibaca dan telepon pun tak diangkat. Dia benar-benar diputuskan secara sepihak tanpa penjelasan lanjutan dan bahkan hanya melalui chat saja? Oh astaga!Dia menyentuh pelan layar ponsel

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status