Share

Kita Bertemu di Korea
Kita Bertemu di Korea
Author: LeeNaGie

Awal Pertemuan

Author: LeeNaGie
last update Last Updated: 2021-09-01 19:16:55

Samiya berjalan pelan dengan kepala tertunduk, entah ke mana kaki akan melangkah. Sudah tiga jam berjalan menyusuri jalan-jalan kecil di Kota Seoul, tapi langkahnya masih terus berlanjut. Dirapatkan jaket parasut tebal ke tubuh, karena angin pagi terasa semakin dingin. Walaupun kerudung telah menutupi kepala, tetap saja dingin begitu kuat terasa.

Sesekali perbincangan dengan sahabatnya sebelum berangkat ke Seoul, kembali terngiang di telinga.

“Kamu yakin mau bekerja ke Korea?” tanya Putri tidak yakin, saat Samiya mengungkapkan keinginannya untuk bekerja ke Korea.

Samiya menganggukkan kepala dengan penuh keyakinan. Dia bertekad ingin memberikan kecukupan materi untuk keluarganya. Perempuan itu tidak tega melihat orang tua yang sudah memasuki usia senja, masih bekerja membanting tulang, demi mencukupi kebutuhan hidup yang semakin tinggi.

“Apa kamu sudah tahu risiko bekerja di sana?” tanya Putri lagi.

“Ya, aku tahu,”-Dia berhenti sejenak dan menjepit bibirnya-“tapi demi keluarga, aku harus bekerja ke sana. Gaji di tempatku bekerja saat ini masih kurang untuk melunasi sisa utang gadai sawah orang tuaku. Aku sudah tidak sanggup melihat mereka bekerja banting tulang di usia mereka saat ini.” Terlihat genangan air mata membasahi mata cokelat besar itu.

Harapan demi harapan yang dipupuknya saat berangkat ke Korea, menjadi puing-puing penyesalan. Gaji yang didapatkan sepuluh kali lipat lebih besar dibandingkan bekerja di Indonesia, menjadi tidak berarti. Tiga bulan bekerja di salah satu perusahaan swasta di Korea, ketenangan spiritual semakin tidak didapatkannya. Waktu untuk salat yang tidak menentu dan terburu-buru membuatnya semakin tidak nyaman. Sehingga ia memutuskan untuk berhenti bekerja, saat tanda tangan perpanjangan kontrak kerja.

Samiya menghentikan langkah dan menatap lurus ke arah gerbang masuk Namsan Park (Namsan Gongwon), sebuah taman luas yang terletak di Kota Seoul. Angin musim gugur telah merontokkan daun dan bunga yang sebelumnya bermekaran di musim semi.

Tanpa berpikir panjang, perempuan berkulit sawo itu langsung masuk ke taman tersebut. Pada hari Minggu pagi, taman ini biasanya dipenuhi oleh orang-orang yang berolahraga. Terlihat orang lalu lalang di sana, berolahraga dan juga menikmati pemandangan kota Seoul dari ketinggian.

Dengan tarikan napas panjang, Samiya lalu melangkahkan kaki menapaki taman yang dikelilingi pepohonan tinggi yang daunnya sudah mulai gugur. Sesampainya di dekat tangga yang berada di dalam taman, Samiya berhenti sejenak memerhatikan detail tangga yang berjejer panjang. Entah berapa jumlah anak tangga tersebut, sehingga membuatnya berpikir untuk menaiki.

Lagi-lagi ia menarik napas panjang, lalu dengan setengah berlari dinaikinya anak tangga itu satu per satu. Tepat di anak tangga keenam, tiba-tiba bahunya menghantam sesuatu dan pandangan Samiya menjadi gelap. Wanita itu pingsan tak sadarkan diri, setelah tubuhnya terguling ke tangga pertama.

***

Perlahan-lahan mata Samiya mulai terbuka, aroma obat-obatan dan cairan anti-septic tercium olehnya. Dia merasakan perih yang teramat sangat di siku lengan. Dan tangannya? Kenapa tangannya tidak bisa digerakkan? Terlalu sakit untuk digerakkan. Dengan cepat mata cokelat terang itu segera terbuka lebar.

Matanya bergerak-gerak mencari tahu di mana saat ini ia berada. Samiya kemudian melihat seseorang berpakaian serba putih berdiri di sebelah sana.

Euisa (dokter).” Samiya berusaha memanggil dokter yang berada tidak jauh darinya.

Terlihat seorang dokter muda yang kira-kira berusia akhir tiga puluhan, berambut panjang, kulit putih, dan bermata sipit. Dokter itu berjalan mendekati Samiya yang terbaring di kasur pasien.

Ah, Agassi (oh, Nona). Anda sudah sadar?” Dokter melangkah ke arah Samiya dan memeriksa keadaannya.

Museun-ilimnikka (apa yang terjadi pada saya)?” tanya Samiya dengan bahasa Korea seadanya, karena belum terlalu fasih berbahasa Korea.

Jamsimanheyo (tunggu sebentar).” Dokter menyuruhnya untuk menunggu dan meninggalkan Samiya yang sedang kebingungan.

Tak lama kemudian, dokter kembali bersama seorang pria bermata sipit, hidung lancip, dan tubuh atletis dengan tinggi 186 cm. Wajahnya tidak kalah tampan dengan aktor-aktor papan atas Korea. Dilihat dari penampilannya, pria itu seperti berusia dua puluh sembilan hingga tiga puluh tahunan.

Samiya makin terlihat bingung. Keningnya berkerut dan terlihat berpikir. Bertubi-tubi pertanyaan hinggap di kepala. Kenapa ia bisa berada di rumah sakit? Kenapa tangannya di-gips? Dan siapa laki-laki yang sedang tersenyum kepadanya?

Dia tidak ingat apa yang telah terjadi padanya. Samiya hanya ingat sebelumnya sedang berada di taman Namsan, kemudian mencoba untuk menaiki anak-anak tangga. Dan kemudian, ya perempuan itu ingat, sesuatu menghantam tubuhnya. Tiba-tiba saja dirinya sudah berada di rumah sakit dengan tangan yang sudah di-gips.

Dokter yang melihat Samiya kebingungan, langsung menjelaskan, “Agassi, Anda baru saja mengalami kecelakaan, karena terjatuh dari tangga. Kim-ssi (Tuan Kim) yang mengantarkan anda ke sini.” Dokter lalu memperkenalkan pria tadi kepada Samiya.

Pria itu lalu berjalan ke arah sisi tempat tidur Samiya.

Annyeonghaseyo, Agassi. Jeoneun Kim Tae Ho Imnida (saya Kim Tae Ho).“ Pria bernama Kim Tae Ho memperkenalkan diri kepada Samiya.

Pria bernama Kim Tae Ho itu mengenakan pakaian olahraga lengkap, seperti selesai melakukan olahraga.

Jeoneun Samiya Imnida (Saya Samiya). Terima kasih telah menolong saya, Tuan Kim. Jeongmal Gomapseumnida (terima kasih banyak).”

“Oh tidak, Nona. Saya seharusnya yang meminta maaf kepada Anda, karena kecerobohan sayalah Anda terjatuh dari tangga.” Kim melihat ke arah perempuan yang memiliki mata indah itu.

Samiya malah mengernyitkan kening. Dia benar-benar tidak ingat bagaimana bisa terjatuh dari tangga itu.

“Saya sedang tergesa-gesa, karena manajer saya menelepon agar saya segera pulang ke rumah. Saya berlari menuruni anak tangga dan tanpa sengaja menabrak Anda. Anda lalu terjatuh ke tangga paling bawah dan tidak sadarkan diri. Saya benar-benar menyesal. Joi-songhamnida (maaf),” ucap Kim sambil membungkukkan badannya sebagai tanda penyesalan.

Dia sangat merasa bersalah, karena keteledorannya tangan Samiya menjadi patah.

“Anda sudah boleh meninggalkan rumah sakit, Nona,” kata dokter kepada Samiya, “jangan lupa seminggu lagi, Anda datang ke sini untuk melepaskan gips.”

Kim Tae Ho segera menyelesaikan seluruh biaya administrasi, karena Samiya telah diperbolehkan pulang. Setelah itu, ia kembali menghampiri perempuan itu dan mencoba mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

“Maaf Tuan Kim, saya bisa berdiri sendiri,” tolak Samiya sopan.

Kim Tae Ho menarik kembali tangan yang sudah diulurkan ke arah Samiya, kemudian tersenyum.

“Baiklah, Nona Samiya. Tapi jangan tolak tawaran saya untuk mengantarkan Anda pulang ke rumah. Saya akan merasa sangat bersalah jika membiarkan Anda pulang sendirian dengan keadaan seperti ini,” bujuk Kim.

Samiya diam sejenak, lalu berpikir apakah akan menerima tawaran Kim Tae Ho atau tidak. Dia juga tidak tahu di rumah sakit mana tempat dirinya berada sekarang.

Kim melihat Samiya dan masih menunggu jawabannya.

“Oke, tawaran Anda saya terima. Saya juga tidak tahu sekarang berada di Rumah Sakit daerah mana.” Samiya lalu tersenyum. Senyum indahnya begitu sempurna di wajah khas Indonesia.

Setelah keluar dari Rumah Sakit, Samiya baru menyadari bahwa ia baru saja dirawat di Rumah Sakit terbaik di Kota Seoul. Gedungnya mewah, bersih, tenaga kesehatan yang ramah, dan pelayanan yang exclusive membuat Rumah Sakit tersebut begitu diminati oleh kalangan kelas atas di Korea. Entah berapa ratus ribu won telah dihabiskan pria ini untuk biaya perawatannya.

Perempuan itu bertanya-tanya siapakah sebenarnya pria ini? Dia seperti pernah melihatnya, tapi di mana? Samiya berusaha mengingat, tapi tetap tidak ingat.

Tak lama, Samiya melihat seorang pria keluar dari mobil sport mewah seri terbaru. Ternyata pria itu adalah pria yang tadi bersamanya di ruang IGD.

“Silakan masuk, Nona.”

Kim mempersilakan Samiya masuk ke mobil setelah membukakan pintu untuknya.

“Eh, ya. Terima kasih.” Samiya terlihat gugup

Dua puluh lima tahun hidup di dunia, baru kali ini ia menaiki mobil mewah.

Samiya segera masuk ke mobil. Aroma lemon parfum mobil Kim Tae Ho tercium olehnya. Dia terlihat menikmati aroma yang menyegarkan itu sehingga lupa memberitahu alamat tempat tinggalnya.

“Boleh saya tahu, ke mana saya bisa mengantarkan Anda, Nona?” tanya Kim mengagetkannya, “anda belum mengatakan kepada saya, ke mana saya harus mengantarkan Anda.”

Kim menoleh ke arah perempuan muda yang duduk di sampingnya kemudian tersenyum.

“Eh? Yang Cheon-Gu (distrik Yang Cheon),” jawab Samiya pendek.

“Oke, kita segera ke sana.” Kim memacu mobilnya dengan kecepatan sedang.

Pemuda itu sesekali melihat ke arah Samiya.

“Oh ya, Anda berasal dari mana? Malaysia? Arab?”

Dia mencoba menebak dari penampilan Samiya yang berjilbab seperti orang Malaysia dan Arab yang sering dijumpai di kawasan dekat tempat tinggalnya.

“Indonesia. Jeoneun Indonesia Saram Imnida (Saya orang Indonesia).”

“Anda di sini bekerja?” tanya Kim lagi.

“Ya, satu bulan yang lalu saya bekerja di salah satu perusahaan elektronik di pinggiran Kota Seoul. Tapi sekarang sudah tidak lagi.” Samiya menundukkan kepala, melihat ke lantai mobil.

“Kenapa? Anda dipecat?” Kim berusaha menebak.

Samiya menggeleng.

“Lalu kenapa Anda melepas pekerjaan Anda?”

“Di sana saya tidak dapat melakukan ibadah tepat waktu,” jawab Samiya.

Kim Tae Ho menaikkan kedua alis dengan pandangan masih fokus ke depan.

“Apa rencana Anda sekarang?” tanya pemuda itu.

“Sekarang saya sedang mencari pekerjaan yang bisa memberikan ruang untuk saya beribadah.”

Meski Kim tidak paham dengan Ibadah yang dimaksudkan oleh Samiya, tapi ia berusaha memahami perasaan perempuan yang duduk di sampingnya.

“Anda bisa berbahasa Inggris?” tanya Kim.

Samiya menganggukkan kepala.

“Wah, seharusnya Anda tidak akan kesulitan menemukan pekerjaan di sini. Lihatlah, Anda bisa berbahasa Inggris, bahasa Korea Anda juga bagus. Selain itu Anda juga good looking,” puji Kim.

Samiya tersenyum samar.

“Ya, saya hanya bisa berharap dalam waktu dekat ini, bisa menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan saya. Saya tidak ingin menjadi wanita pengangguran dalam waktu lama di Korea,” candanya.

Tawa Kim pun meledak, walau berkerudung tapi Samiya sosok yang supel dan humoris. Itulah yang membuatnya tidak merasa canggung dengan perbedaan di antara mereka. Pemuda tampan itu bisa merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Samiya saat ini. Sendirian menjadi orang asing di negeri yang asing baginya. Perempuan itu butuh pekerjaan yang bisa memberikan waktu untuknya beribadah tanpa tergesa-gesa.

Kim terdiam dan larut dalam pikirannya. Dia sedang memikirkan pekerjaan apa yang bagus untuk Samiya?

Belum bisa menemukan solusinya, mobil pun telah sampai di wilayah tempat tinggal Samiya. Sebuah wilayah yang cukup mewah dengan apartemen-apartemen mewah yang berdiri megah.

“Anda tinggal di sini, Nona Samiya?” Kim melihat-lihat ke arah apartemen mewah yang berada di sisi kanan mobil.

Samiya menggelengkan kepala dan menjepit bibirnya.

“Anda bisa mengantarkan saya sampai di sini, karena butuh berjalan kaki tiga puluh menit untuk sampai ke tempat tinggal saya,” ujar Samiya menunjuk jalan setapak yang berada di sebelah apartemen berwarna putih bercampur abu-abu. Jalan setapak yang hanya cukup dilewati oleh satu mobil saja.

Kim lalu mengangguk dan bertanya lagi, “Boleh saya mengantar Anda sampai di rumah?” Melihat Samiya keberatan, ia lalu melanjutkan, “saya tidak bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin mengantarkan Anda sampai tujuan, karena Anda saat ini sedang terluka.”

Samiya berpikir sejenak, bola matanya bergerak ke atas. Dia pun menganggukkan kepala.

Kim kemudian memarkir mobil di dekat kawasan apartemen. Mereka melanjutkan perjalanan menapaki jalan kecil di belakang apartemen mewah itu. Tidak ada percakapan di antara mereka, yang terdengar kali ini hanyalah bunyi sepatu mereka dan sepeda motor yang sesekali melewati mereka.

Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Samiya sedang memikirkan, siapa Kim Tae Ho sebenarnya? Dan apa pekerjaannya? Dia terlihat seperti orang kaya, tapi begitu rendah hati.

Sementara Kim Tae Ho juga tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia begitu kagum dengan keteguhan Samiya. Seorang wanita yang sampai rela kehilangan pekerjaan demi agamanya, meskipun begitu ia masih bisa tersenyum dengan masalah yang dihadapinya saat ini.

“Saya sangat percaya kepada Tuhan, Tuan Kim. Tuhan pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang begitu indah untuk saya suatu saat nanti.” Kalimat yang diucapkan Samiya saat di mobil tadi, kembali terngiang di telinga Kim.

Tuhan? Bagi Kim, Tuhan hanyalah untuk orang-orang yang percaya kepada agama. Sedangkan dia? Baginya agama hanyalah formalitas saja.

Samiya berhenti di depan perumahan yang cukup padat penduduk, karena sejauh mata memandang hanya terdapat rumah berjejer rapi.

“Kita sudah sampai, Tuan Kim.” Samiya memecah keheningan.

“Tempat tinggal Anda di mana?” tanya Kim Tae Ho dengan mengedarkan pandangan dari satu rumah ke rumah lainnya.

“Saya tinggal di sana, Tuan Kim.” Samiya menunjuk sebuah kamar yang berada di atas atap rumah.

Para pekerja sepertinya menyebut dengan rumah atap. Rumah atap rata-rata berukuran kecil dan hanya terdapat satu ruangan. Dapur dan tempat tidur berada dalam satu ruangan.

Kim Tae Ho mengerutkan dahi kemudian tersenyum samar. Dalam hati ia tidak setuju Samiya tinggal di rumah seperti itu. Bagaimanapun dia adalah seorang wanita.

“Anda bisa mengantarkan saya sampai di sini. Terima kasih telah mengantarkan saya selamat sampai tujuan.” Samiya kembali memperlihatkan senyum indahnya.

“Itu sudah kewajiban saya, Nona. Anda jangan lupa, ini terjadi karena kecerobohan saya.” Kim tersenyum memperlihatkan giginya yang berukuran kecil dan terlihat rapi.

“Baiklah Nona, saya pamit dulu. Oh ya, jangan lupa minggu depan Anda harus ke Rumah Sakit untuk melepaskan gips. Saya akan menjemput Anda,” lanjut Kim pamit.

Samiya awalnya keberatan dengan tawaran Kim Tae Ho, tapi ia bisa melihat niat tulus dari sorot matanya. Pria itu melakukannya hanya sebagai ungkapan permintaan maaf atas kesalahannya.

Sebelum pulang, Kim meminta nomor handphone Samiya, agar bisa dengan mudah menghubunginya.

Bersambung...

Hai, jumpa lagi di novel kedua yang aku publish di Good Novel. Sebenarnya novel ini sudah lama aku tulis (thn 2016) dan pernah dipublish cetak juga secara indie. Sekarang aku publish di sini bagi yang suka dengan novel digital. Happy Reading. Semoga suka yaa ^^

Related chapters

  • Kita Bertemu di Korea   Tawaran Pekerjaan

    Hari Minggu pun tiba, saatnya gips Samiya dilepas. Pagi hari, Kim Tae Ho sudah datang menjemput di depan rumah.“Neo kwenchana (kamu baik-baik saja)?” tanya Tae Ho saat melihat Samiya hampir terjatuh, karena bergegas turun ke bawah.“Ne, kwenchana (ya, saya baik-baik saja).”Samiya mencoba menegakkan tubuh yang hampir oleng dan mengembalikan keseimbangan tubuhnya.Perempuan cantik itu tidak menyangka Kim Tae Ho akan menepati janji untuk menemaninya melepas gips ke Rumah Sakit.Belakangan Samiya mulai tahu tentang aktivitas Tae Ho melalui cerita-ceritanya di chat Line. Pria itu terkadang bekerja hingga dini hari dan ada juga yang bekerja hingga keesokan paginya. Tapi sampai saat ini, Samiya belum tahu apa persisnya pekerjaan Tae Ho.Karena hampir setiap hari berkomunikasi, baik hanya sekedar menanyakan kabar atau menanyakan apakah Samiya sudah mendapatkan pekerjaan. Mereka menjadi ak

    Last Updated : 2021-09-01
  • Kita Bertemu di Korea   Busy Days

    Seminggu telah berlalu. Samiya mencoba menggerakkan kembali tangannya, sudah tidak lagi terasa ngilu. Artinya ia sudah bisa mulai bekerja sekarang. Selama satu minggu ini, Kim Tae Ho menyuruh Samiya beristirahat, agar fokus pada kesembuhan tangannya.Samiya datang menemui Kim Tae Ho yang sedang beristirahat di ruang tamu.“Tae Ho, tanganku sudah pulih. Jadi aku sudah bisa bekerja.”Kim Tae Ho memerhatikan tangan Samiya dengan saksama.“Oke Samiya. Ini jadwal kegiatanku hingga tiga bulan ke depan. Bisakah kamu mempersiapkan semua kebutuhanku untuk tour concert nanti?” Tae Ho menyerahkan beberapa lembar kertas.Samiya mengambil kertas yang diberikan Tae Ho dan membacanya satu per satu.“Kamu jangan khawatir. Aku akan mengurus semua legalitasmu selama berada di sini. Jadi kamu bisa bekerja dengan tenang,” ujar Tae Ho.Samiya menganggukkan kepala mendengarkan penjelasan Tae Ho, kemudian kembali

    Last Updated : 2021-09-01
  • Kita Bertemu di Korea   Rahasia Apa yang Kau Simpan?

    Sore itu para kru sedang melakukan briefing untuk persiapan launching serial terbaru yang dibintangi Kim Tae Ho. Karena hari itu adalah hari terakhir syuting, maka mereka berniat mengadakan pesta syukuran di tempat yang telah mereka persiapkan. Kali ini manajer Park Seo Yoon membujuk Samiya agar ikut di pesta itu.“Ayolah Nona Samiya, kali ini Anda harus ikut bergabung dengan kami. Bagaimanapun Anda sudah menjadi bagian dari produksi serial ini.”Pria bertubuh gempal yang telah memasuki usia 45 tahun itu, berusaha untuk membujuk Samiya agar ikut menghadiri pesta.“Betul Samiya, ikutlah bersama kami. Sekali ini saja,” bujuk Yoon Ah, salah satu kru production house. Gadis seusia dengan Samiya, berkacamata dengan rambut ikal sebahu.“Di sini banyak wanita, kamu tidak sendirian,” tambahnya lagi.Karena cukup lama mengenal Samiya, para kru sudah tahu dengan batasan-batasan Samiya. S

    Last Updated : 2021-09-15
  • Kita Bertemu di Korea   Keluarga dan Kerinduan

    Kim Tae Ho menepati janjinya. Setelah sarapan, dia segera mengetuk paviliun Samiya.Tok-tok-tokCeklek!Terlihat seorang wanita cantik berada di dekat pintu.“Ayo kita pergi! Jangan lupa bawa pakaian untuk dua hari,” kata Kim Tae Ho setelah Samiya membukakan pintu.Meski tidak tahu akan ke mana, Samiya segera bergegas mengemasi pakaiannya untuk dibawa berliburan. Pagi itu ia mengenakan baju kaus dilapisi dungarees berbahan jeans, dipadu dengan mantel panjang yang menutupi lekuk tubuhnya. Kerudung cerah berwana putih dengan motif bunga pink menambah pancaran kecantikan wajahnya.Sepanjang perjalanan, mereka bercerita berbagai hal untuk menghilangkan rasa bosan. Cerita tentang masa kanak-kanak mereka, bagaimana Kim Tae Ho mengawali karir, hingga pekerjaan Samiya saat di Indonesia.Tae Ho tidak menyangka jika dulunya Samiya seorang gadis tomboi.“Sewaktu di sekolah dasar, aku selalu berpenampila

    Last Updated : 2021-09-16
  • Kita Bertemu di Korea   Luka yang Kembali Terasa

    Satu bulan akhirnya berlalu, tibalah saatnya untuk Tae Ho mengadakan tour concert. Dalam waktu seminggu ini, pria itu dan tim manajemen melakukan perjalanan dari satu negara ke negara lain. Dan saat ini, tibalah jadwal konser di Malaysia.Perjalanan selama 6 jam 30 menit telah dilalui tim manajemen Kim Tae Ho dan juga Samiya. Akhirnya mereka tiba di Kuala Lumpur International Airport, Malaysia, dengan menggunakan pesawat Korean Air.Setelah mengambil barang di tempat pengambilan bagasi, mereka segera melangkah ke luar. Rupanya para fans Kim Tae Ho telah menunggu di pintu kedatangan. Terlihat begitu banyak spanduk dan banner dengan berbagai tulisan yang dibuat oleh penggemarnya.Mereka bersorak memanggil nama Kim Tae Ho sambil melambaikan tangan. Setelah melihat sang artis keluar, mereka berteriak dengan histeris. Ada yang menangis dan ada juga yang mencoba menerobos keamanan.Kim Tae Ho kemudian terlihat melambaikan tangan kepad

    Last Updated : 2021-09-17
  • Kita Bertemu di Korea   Maaf

    Keesokan pagi setelah sarapan, para rombongan bersiap menuju Stadium Bukit Jalil untuk geladi resik konser nanti malam. Sepanjang perjalanan Samiya hanya terdiam memandangi indahnya tatanan kota Kuala Lumpur, sedangkan Kim Tae Ho terlihat sedang menghafal lagu-lagu yang akan dinyanyikannya nanti malam.Pria itu sesekali melihat ke arah Samiya yang duduk di kursi seberang. Dia mencoba menerka-nerka, kenapa asistennya menjadi seperti itu? Semakin lama rasa penasaran di hati semakin dalam, meski begitu ia harus kembali fokus karena nanti malam adalah rangkaian konser terakhirnya tahun ini.Sampai di stadium, rombongan langsung mempersiapkan segala kebutuhan untuk konser nanti. Samiya terlihat sedang menyusun baju-baju yang akan digunakan sang bintang malam ini. Dia tetap profesional walau sekarang seperti ada jarak antara dirinya dan Kim Tae Ho. Jarak yang telah dibuatnya sendiri, sejak pria itu mengatakan tentang pernikahan tadi malam. Entah hanya sebuah gurauan atau ser

    Last Updated : 2021-09-17
  • Kita Bertemu di Korea   Alam Minangkabau

    Tiga puluh menit kemudian, pesawat bersiap mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Terlihat gedung dengan atap bergonjong semakin mendekat.“Selamat datang di Ranah Minang,” sambut Samiya dalam bahasa Indonesia kepada Tae Ho.Kim Tae Ho mengernyitkan dahi karena tidak mengerti dengan apa yang baru dikatakan Samiya.“Minangkabau-e eoseo Oseyo.” Samiya mengulangi kalimat yang sama dengan menggunakan bahasa Korea.Terlihat sebuah senyuman mengambang di bibirnya. Kim Tae Ho merasa lega ketika melihat wanita itu tersenyum kembali padanya. Senyuman itu terlihat begitu manis di matanya. Dia bahkan kini menyadari, Samiya telah bersemayam di sebuah tempat terindah di hati.Seorang wanita sederhana yang berhasil memberikannya ketenangan, mengajarkan kepada fitrah sebagai seorang manusia. Sosok yang mampu menghadirkan kehidupan yang berarti dan penuh makna. Samiya kini telah mengambil alih dunianya.Setelah turun

    Last Updated : 2021-09-18
  • Kita Bertemu di Korea   Hidayah

    Setelah ayah Samiya ke masjid, Samiya dan Ibunya juga menunaikan salat Isya di rumah. Kim Tae Ho tinggal seorang diri di ruang tamu. Pria itu sedang dilanda rasa penasaran. Dia memutuskan pergi keluar rumah untuk melihat orang-orang melakukan salat berjemaah di masjid. Rasa penasaran membawanya untuk menyaksikan puluhan umat muslim yang sedang menunaikan ibadah salat Isya.Langkah Kim Tae Ho terhenti ketika berada di dekat gerbang masjid. Tiba-tiba jantungnya terasa berdebar. Ada perasaan damai menyeruak di hatinya, ketika mendengarkan lantunan ayat yang dibacakan oleh imam. Dia belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, kecuali ketika mendengarkan Samiya mengaji di kamarnya.Kim Tae Ho yang selama ini hanya menganggap agama hanya formalitas semata, kini merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipi satu per satu, tubuhnya bergetar hebat. Apakah kini saatnya hidayah datang menyapa?Pria itu diam terpaku di posisinya h

    Last Updated : 2021-09-18

Latest chapter

  • Kita Bertemu di Korea   Kita Bertemu di Korea

    Satu tahun sudah Kim Tae Ho dan Samiya melalui indahnya masa-masa menjadi orang tua. Mereka tidak melewatkan sedikit pun perkembangan buah hati yang kini sudah berusia satu tahun. Suka duka dilewati bersama. Apalagi merawat bayi kembar, tidak mudah dijalani. Perlu tenaga ekstra untuk mengawasi perkembangan mereka.Meski kembar, Kim Ha Neul dan Kim Ha Na terlihat sedikit berbeda karena Ha Neul lebih mirip Samiya dengan mata bulat, hidung lancip yang diwarisi dari ayahnya dan senyum manis yang diwarisi dari ibunya.Sedangkan Ha Na lebih mirip Tae Ho dengan mata sipit, hidung lancip, dan senyum manis seperti ayahnya.Orang tua Samiya telah kembali ke kampung halaman. Sesekali mereka melakukan video call untuk melihat perkembangan cucu-cucu mereka yang setiap hari semakin menggemaskan.“Apakah kamu benar-benar menerima tawaran tahun lalu?” tanya Samiya sembari bermain dengan Ha Na.“Ya, aku tidak ingin mengecewakan penulisnya. Selain

  • Kita Bertemu di Korea   Welcome Twins Baby

    Samiya mengikuti instruksi yang diberikan dokter. Tae Ho menahan tubuh istrinya dengan tangan kanan dan menggenggam tangan Samiya dengan tangan kiri untuk memberikan tenaga ekstra kepadanya.Sampai di embusan napas ketiga, lahirlah seorang bayi berjenis kelamin laki-laki.“Selamat, anak pertama Anda seorang laki-laki.” Dokter tersenyum dan memberikan bayi itu ke perawat untuk dibersihkan.Beberapa menit kemudian, lahirlah bayi kedua berjenis kelamin perempuan.“Bayi kedua perempuan,” ucap dokter memandang Samiya dan Tae Ho.Tae Ho kemudian mengembuskan napas lega dan mengecup kening Samiya, sebagai tanda terima kasih, karena telah memberikan sepasang anak sekaligus. Dia tidak peduli dengan keringat yang membasahi kening istrinya.Setelah bayi mereka dibersihkan, Tae Ho bersiap untuk mengazankan dan mengikamahkan kedua buah hatinya. Pria itu berwudu terlebih dahulu. Setelah diazankan dan diikamahkan, kedua bayi dibawa

  • Kita Bertemu di Korea   Perjuangan Antara Hidup dan Mati

    Setelah memutuskan untuk beristirahat panjang dan fokus pada keluarga kecilnya, Tae Ho dan Samiya tetap berada di Seoul. Sesekali Mr. Park datang ke rumah itu untuk melihat keadaan mereka berdua. Kedua orang tua Kim Tae Ho juga datang berkunjung setiap bulan untuk melihat kondisi menantu mereka yang sedang hamil.Samiya tidak lagi tinggal di paviliun seperti sebelumnya. Dia sudah tinggal bersama dengan Kim Tae Ho di rumah utama, setelah pernikahan mereka diketahui banyak orang.Pada awalnya Tae Ho sering mendapat komentar kasar dari fans yang kecewa padanya di media sosial, tapi ia menghadapinya dengan sabar. Sifat sabar pria itulah yang membuat mereka berubah haluan dari semula menyerang menjadi mendukungnya. Mereka tidak sabar menunggu Tae Ho untuk kembali ke layar kaca lagi.Tidak sedikit juga dari para fans mengagumi Samiya. Mereka terpikat dengan kesederhanaan wanita itu. Setiap kali Tae Ho memposting foto kebersamaannya dengan istrinya me

  • Kita Bertemu di Korea   Bahagia Bersamamu

    Setelah memutuskan untuk beristirahat panjang dan fokus pada keluarga kecilnya, Tae Ho dan Samiya tetap berada di Seoul. Sesekali Mr. Park datang ke rumah itu untuk melihat keadaan mereka berdua. Kedua orang tua Kim Tae Ho juga datang berkunjung setiap bulan untuk melihat kondisi menantu mereka yang sedang hamil.Samiya tidak lagi tinggal di paviliun seperti sebelumnya. Dia sudah tinggal bersama dengan Kim Tae Ho di rumah utama, setelah pernikahan mereka diketahui banyak orang.Pada awalnya Tae Ho sering mendapat komentar kasar dari fans yang kecewa padanya di media sosial, tapi ia menghadapinya dengan sabar. Sifat sabar pria itulah yang membuat mereka berubah haluan dari semula menyerang menjadi mendukungnya. Mereka tidak sabar menunggu Tae Ho untuk kembali ke layar kaca lagi.Tidak sedikit juga dari para fans mengagumi Samiya. Mereka terpikat dengan kesederhanaan wanita itu. Setiap kali Tae Ho memposting foto kebersamaannya dengan istrinya me

  • Kita Bertemu di Korea   Kisah Cinta Samiya dan Kim Tae Ho

    “Anda berasal dari mana, Samiya-ssi?” tanya salah seorang wartawan.“Saya berasal dari Indonesia,” jawab Samiya singkat.“Apakah Anda sebelumnya seorang artis juga?” Pertanyaan konyol terlontar dari seorang wartawan yang terbius dengan kecantikan Samiya.Wanita itu tersenyum dan menggelengkan kepala.“Tidak, saya bukan artis.”“Bisa ceritakan bagaimana bisa Anda berada di Korea?” tanya yang lain.Samiya melihat ke arah Kim Tae Ho.Pria itu mengangguk dan menggenggam tangannya erat. Mengizinkan Samiya menceritakan semua perjalanan hidupnya.“Saya ke Korea dengan niat ingin bekerja. Saat itu kondisi keuangan keluarga saya tidak stabil. Jadi saya memutuskan untuk bekerja ke Korea.” Samiya menarik napas. “Tiga bulan bekerja, saya tidak mendapatkan ketenangan. Kemudian saya putuskan untuk berhenti bekerja.”“Apakah Anda sudah tahu bahwa

  • Kita Bertemu di Korea   The Truth

    Keesokan hari, kejadian saat di konferensi pers menjadi berita di mana-mana. Semua orang menjadi penasaran, seperti apa sosok Samiya. Seorang wanita hebat yang bisa membuat Kim Tae Ho jatuh cinta kepadanya dan siap mundur dari dunia hiburan. Terlebih selama berkarir di dunia entertainment, pria itu tidak pernah dekat dengan wanita manapun.Meski ada beberapa foto saat Tae Ho menggendong Samiya, tapi wajah Samiya tidak terlihat jelas.Reaksi fans pada saat itu beragam, ada yang kecewa, menangis histeris dan ada juga yang menunggu penjelasan dari sang aktor. Meski pria itu telah mengumumkannya tadi malam, tetap saja mereka ingin sang idola melakukan konferensi pers agar semuanya jelas. Selain itu mereka ingin melihat istri Tae Ho. Wanita seperti apa dia? Sehebat apa ia sehingga bisa menaklukkan hati seorang Kim Tae Ho?Setelah kembali dari Daegu, Kim Tae Ho dan Samiya beristirahat terlebih dahulu. Pria itu tidak melepaskan wanita itu sedetik pun dari geng

  • Kita Bertemu di Korea   Skandal

    Mr. Park segera mengambil alih mikrofon yang berada di depan Kim Tae Ho.“Maaf, sepertinya Tae Ho sedikit lelah. Jadi konsentrasinya berkurang.” Pria bertubuh tambun itu berusaha mengontrol emosinya.“Samiya? Siapa Samiya?” tanya seorang wartawan.Wartawan lainnya terlihat saling pandang satu sama lain. Mencoba menerka siapa Samiya. Tidak banyak yang tahu bahwa Samiya adalah asisten Kim Tae Ho, termasuk wartawan. Karena wanita itu sering berada di belakang layar dan tidak mau berada di depan kamera.“Apakah dia adalah asisten pribadi Anda?” tanya wartawan yang tahu dengan Samiya.Tae Ho kembali meraih mikrofon dan diarahkan tepat ke bibirnya.“Dia adalah istriku. Dulu dia adalah asistenku dan sekarang dia telah menjadi asisten seumur hidupku.” Tae Ho berhenti sejenak, kemudian menghela napas panjang.“Kami berdua saling mencintai. Dia begitu mencintaiku dengan tulus. Tanpa lelah Sa

  • Kita Bertemu di Korea   Pers Conference

    Hari konferensi pers pun tiba. Pagi hari sebelum konferensi pers diadakan, Kim Tae Ho pergi ke kantor manajemen. Rencananya sebelum konferensi pers dimulai, mereka akan diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh tim kreatif dari label musik. Tujuannya agar jawaban yang mereka berikan sama.Pihak label musik tidak berani mengambil resiko jika media mengetahui hubungan mereka hanyalah setting-an belaka. Tim manajemen juga telah mengatur pakaian yang akan mereka gunakan saat konferensi pers nanti. Pakaian dirancang sedemikian rupa, agar mereka terlihat seperti pasangan sungguhan.“Ingat, kalian berdua harus mengatakan sesuai dengan yang diarahkan tadi. Jangan sampai melakukan kesalahan, karena bisa berakibat fatal,” ujar salah satu Tim Kreatif.Choi In Hyeong segera menganggukkan kepala.“Tae Ho-ssi, apakah Anda sudah paham dengan apa yang kujelaskan tadi?” tanya seorang dari tim kreatif.Kim Tae Ho hanya memberikan seb

  • Kita Bertemu di Korea   Gimmick

    Sejak menghadiri malam penyerahan awards waktu itu, berita tentang hubungan Tae Ho dengan In Hyeong mulai beredar. Hampir di semua headline berita media cetak, online, dan televisi mempertanyakan kebenaran berita itu.Keesokan harinya, Kim Tae Ho dan Mr. Park mengadakan pertemuan dengan Choi In Hyeong juga managernya di sebuah restoran saat makan malam. Mereka berempat berada di sebuah ruangan khusus tamu VIP yang hanya terdapat sebuah meja berukuran besar dengan empat buah kursi tersusun di masing-masing sisi. Sebuah kaca transparan membatasi ruangan itu, sehingga masih terlihat jelas dari arah luar ruangan.Kim Tae Ho duduk berdampingan dengan Manajer Park, sedangkan Choi In Hyeong dan manajernya duduk di depan mereka. Mereka membahas tentang konsep lagu duet yang akan dibawakan kedua artis yang sedang naik daun itu.Selain memiliki paras yang cantik, Choi In Hyeong juga memiliki kemampuan olah vokal yang luar biasa. Suara lembut dan tinggi miliknya t

DMCA.com Protection Status