Home / Rumah Tangga / Kita Bertemu di Korea / Keluarga dan Kerinduan

Share

Keluarga dan Kerinduan

Author: LeeNaGie
last update Last Updated: 2021-09-16 11:00:14

Kim Tae Ho menepati janjinya. Setelah sarapan, dia segera mengetuk paviliun Samiya.

Tok-tok-tok

Ceklek!

Terlihat seorang wanita cantik berada di dekat pintu.

“Ayo kita pergi! Jangan lupa bawa pakaian untuk dua hari,” kata Kim Tae Ho setelah Samiya membukakan pintu.

Meski tidak tahu akan ke mana, Samiya segera bergegas mengemasi pakaiannya untuk dibawa berliburan. Pagi itu ia mengenakan baju kaus dilapisi dungarees berbahan jeans, dipadu dengan mantel panjang yang menutupi lekuk tubuhnya. Kerudung cerah berwana putih dengan motif bunga pink menambah pancaran kecantikan wajahnya.

Sepanjang perjalanan, mereka bercerita berbagai hal untuk menghilangkan rasa bosan. Cerita tentang masa kanak-kanak mereka, bagaimana Kim Tae Ho mengawali karir, hingga pekerjaan Samiya saat di Indonesia.

Tae Ho tidak menyangka jika dulunya Samiya seorang gadis tomboi.

“Sewaktu di sekolah dasar, aku selalu berpenampilan seperti anak laki-laki. Mungkin karena teman-temanku kebanyakan laki-laki pada saat itu,” cerita Samiya.

“Kapan kamu mulai berubah? Maksudku mengubah penampilanmu seperti sekarang?”

“Hm, sewaktu aku masuk di sekolah menengah pertama. Saat itulah aku mulai menutup auratku. Tapi saat itu aku masih belum terbiasa menggunakan rok.” Kenangnya sambil tertawa kecil. “Perlahan-lahan, aku mulai tahu bahwa seorang wanita seharusnya terlihat seperti wanita.”

Pria itu tertawa mendengar kisah masa kecil Samiya yang jauh dari bayangannya. Samiya kecil dengan Samiya dewasa memang sangat jauh berbeda.

Mereka terdiam sesaat. Kim Tae Ho melihat sekilas ke arah Samiya yang sedang menatap lurus ke depan.

“Oh ya Miya, kamu tadi malam bernyanyi dengan bagus sekali. Kamu benar-benar sangat menghayatinya. Aku terbawa perasaan ketika mendengarkannya. Apakah itu isi hatimu saat ini?” Dia kembali melihat sekilas ke arah Samiya.

Samiya terdiam sesaat, menjepit bibir dan tersenyum.

“Bukankah saat bernyanyi kita harus berusaha menjiwai lagu yang dibawakan?”

Sesuai tebakan Kim Tae Ho, Samiya tidak akan mau jujur dan mengatakan apa yang sedang disembunyikannya. Pria itu lalu mengalihkan pandangan dan kembali fokus mengemudi. Dia tidak mau memaksanya untuk bercerita.

Mobil terus melaju ke daerah yang dituju. Sampai saat itu juga Tae Ho belum memberitahu ke mana mereka akan pergi. Tiga jam perjalanan telah ditempuh, akhirnya mobil sport berwarna biru tua itu masuk ke sebuah pekarangan rumah yang sederhana.

“Ayo kita turun,” ajak Tae Ho setelah mematikan mesin mobil.

“Kita sekarang di mana?” Samiya melihat keadaan sekitar dengan raut wajah kebingungan.

Tae Ho lalu keluar dari mobil. Sejurus kemudian, ia sudah membuka pintu tempat Samiya duduk.

“Silakan turun, Nona. Nanti kamu akan mengetahui saat ini kita sedang di mana.”

Meski belum mendapatkan jawaban, Samiya turun dari mobil. Dia terlihat mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah itu. Sebuah rumah yang tidak terlalu besar dan memiliki halaman yang dipenuhi dengan berbagai macam tumbuhan.

Terlihat bunga sakura musim dingin yang daunnya sudah mulai bermekaran di musim dingin, pohon cemara berukuran kecil, bunga camelia berwarna merah muda dan jenis bunga lainnya. Halaman bagian depan rumah itu ditutupi rumput yang terawat dan juga batu-batu kecil.

Selang beberapa menit kemudian, terlihat seorang wanita paruh baya membukakan pintu rumah. Dia lalu tersenyum melihat Kim Tae Ho dan Samiya datang.

Aigo, uri adeul (oh, anakku),” sambut wanita itu memeluk Tae Ho sambil menepuk-nepuk punggungnya.

Eomma ...” Tae Ho membalas pelukan dari ibunya.

Wanita berusia 60 tahun itu masih terlihat segar dan kuat. Walau rambutnya sudah mulai memutih, tapi kecantikannya masih terpancar.

Samiya terlihat gugup saat mengetahui Tae Ho membawanya ke rumah orang tuanya. Dia kembali merasa seperti orang asing di tengah keluarga yang belum dikenalnya.

Oppa!!” Terdengar suara seorang gadis yang dalam hitungan detik melompat ke tubuh Tae Ho.

“Ya ampun, So Eun berat badanmu naik berapa kilo?” ledek Tae Ho setelah adiknya, Kim So Eun, turun dari gendongannya.

Kim So Eun langsung menekuk wajah dengan bibir maju ke depan, setelah diledek kakaknya. Gadis itu mengalihkan pandangan ke arah seorang wanita berkerudung yang sedari tadi berdiri di dekat pintu, dengan cekatan matanya memberikan kode kepada Tae Ho.

Eomma, Geunyeo-neun Samiya (Ibu, kenalkan ini Samiya).” Tae Ho memperkenalkan Samiya kepada ibunya.

Samiya tersenyum dan membungkukkan tubuh ke arah Nyonya Kim.

“Ini yang namanya Samiya? Aku pernah melihatmu di televisi, tapi tidak terlalu jelas. Ternyata kamu cantik sekali, Nak,” puji ibu Tae Ho menatap Samiya dan meraih tangannya.

“Mari masuk.” Nyonya Kim mempersilakan Samiya masuk.

Eonnie ...,” sambut So Eun sok akrab sambil memeluk Samiya.

Gadis itu memerhatikan Samiya dengan saksama.

“Waah, matamu indah sekali,” pujinya ketika melihat mata Samiya yang lebih besar dari matanya.

“Ayo duduk sini,” kata So Eun sambil menarik tangan Samiya menuju sofa yang terletak di ruang tamu.

Keluarga Kim memang hangat dan penuh kasih sayang, apalagi Kim So Eun yang selalu ceria. Tuan Kim adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil yang dulu bekerja di dinas sosial, sedangkan Nyonya Kim hanya ibu rumah tangga biasa. Tidak ada di antara mereka yang mempunyai bakat seni, kecuali Kim Tae Ho. Entah dari mana ia mewarisi jiwa seni sehingga bisa menjadi artis seperti sekarang.

Setelah beberapa menit berada di rumah itu, Samiya menyadari pikirannya salah. Dia tidak diperlakukan seperti orang asing di sana. Keluarga itu begitu hangat dan tidak menganggapnya sebagai orang asing. Tiba-tiba wanita itu jadi merindukan keluarganya di kampung.

Tak lama kemudian ayah Kim Tae Ho keluar dari kamar. Rupanya Tuan Kim sedang berganti pakaian di kamar. Pria yang saat ini telah menginjak usia 68 tahun itu masih terlihat gagah dengan rambut putih yang menghiasi kepalanya.

Tae Ho lalu memperkenalkan Samiya kepada ayahnya.

“Terima kasih telah merawat anak saya selama di Seoul dengan baik,” ucap ayah Tae Ho kepada Samiya.

Samiya tersenyum dan menundukkan kepala. Menjaga Kim Tae Ho sudah menjadi bagian dari pekerjaannya.

“Itu sudah menjadi kewajiban saya, Pak.” Samiya tersenyum.

Canda tawa menghiasi pertemuannya dengan keluarga Tae Ho.

Tiba waktunya makan siang, ibu Tae Ho memasak Kim Chi, Bulgogi, Gimbab, dan Tteokbokki.

Sebelum makan, Samiya melirik ke arah Tae Ho untuk memastikan apakah makanan yang disajikan bisa dimakannya.

“Tae Ho sudah menyuruh Ibu membeli peralatan baru untuk memasak makanan ini. Dagingnya juga ibu ganti dengan daging sapi. Jadi kamu tidak usah khawatir,” jelas ibu Tae Ho yang paham arti tatapan Samiya.

Samiya jadi salah tingkah. “Terima kasih atas pengertiannya, Nyonya.”

Aigo, Samiya. Eommeoni (ibu), panggil saja eomeo-ni, jangan panggil Nyonya,” sela Nyonya Kim tersenyum.

“Sudahlah, ayo makan. Nanti makanannya keburu dingin. Jalmeogo (ayo makan),” ujar Tuan Kim.

Jal Meoggesseumnida (Mari makan),” sahut yang lain serentak.

Selesai makan siang, mereka lalu berbincang-bincang tentang berbagai hal. Orang tua Kim Tae Ho ingin tahu lebih banyak tentang Samiya, mereka menanyakan tentang keluarganya di kampung, Samiya dulu kuliah di mana, dan lain-lain.

***

“Malam ini kamu bisa tidur dengan So Eun,” ucap Tae Ho setelah selesai makan malam.

“Betul, Eonni. Tidur denganku saja ya? Aku akan sangat senang ditemani tidur oleh wanita cantik sepertimu. Lagian aku juga penasaran dengan rambutmu, berapa panjangnya, warnanya, atau jangan-jangan eonni botak.” Kim So Eun terlihat antusias.

Tiba-tiba sebuah jitakan mendarat di kening So Eun.

“Ish, kau ini!” Tae Ho terlihat kesal kepada adiknya.

Oppa!!” So Eun lalu mengejar kakaknya.

Samiya hanya bisa tertawa melihat keakraban kakak beradik itu, sambil berlalu ke kamar So Eun.

Hajiman, Eonnie (tapi, Kakak), aku yakin, kau pasti sangat cantik tanpa kerudungmu,” goda So Eun.

Samiya langsung ber-istighfar karena terkejut tiba-tiba So Eun sudah bergelayut manja sambil memegang lengannya.

Mereka bersama-sama masuk ke kamar bernuansa biru muda itu, walau ukurannya tergolong kecil tapi kamar itu memberikan kesan mewah. Selera dekorasi So Eun patut diacungi jempol. Dia memilih perabot yang cocok untuk kamarnya. Keahlian mendekorasi ruangan didapatkan dari jurusan yang tengah diambilnya saat ini, desain interior.

So Eun memutuskan untuk tidur belakangan. Dia begitu penasaran dengan Samiya. Gadis itu sudah terlanjur kagum dengannya sejak awal bertemu tadi siang.

Menurut So Eun, ia bukanlah perempuan sembarangan. Gadis itu berpikir, Samiya adalah perempuan yang cantik, santun, dan terhormat. Berbeda sekali dengan perempuan-perempuan lain yang pernah ditemuinya.

Samiya meminta izin meminjam kamar mandi untuk berganti pakaian.

“Boleh aku ke kamar mandi untuk berganti pakaian?” Samiya terlihat memegang pakaian ganti.

“Tentu boleh. Silakan, Eonnie,” jawab So Eun.

Setelah berganti pakaian, Samiya lalu keluar dengan menggunakan baju tidur lengan panjang, bermotif kartun dan terlihat kerudung instan menutupi kepala. Melihat itu So Eun merasa kecewa, karena gadis itu tadinya sangat berharap bisa melihat Samiya melepaskan kerudung yang menutupi rambutnya.

Menyadari kekecewaan So Eun, Samiya kemudian bertanya, “Kenapa?”

“Aku pikir bisa melihat Eonnie melepaskan penutup kepala. Tapi ternyata tidak.” Kim So Eun memberikan tatapan kecewa.

Samiya menggeleng pelan dan tersenyum.

“Maaf telah membuatmu kecewa. Seorang muslimah tidak boleh auratnya terlihat oleh orang yang bukan mahramnya.”

Mahram? Apa itu mahram?” tanya So Eun lagi.

Mahram itu orang yang boleh melihat aurat seorang wanita, seperti orang tua, dan saudara kandung,” jelas Samiya ringkas dengan bahasa sederhana agar mudah dimengerti oleh So Eun.

“Jadi karena itulah Oppa dan aku tidak boleh melihatmu tanpa kerudung?”

Samiya menganggukkan kepala. Diskusi mereka terus berlanjut hingga larut malam. Gadis itu menanyakan berbagai hal tentang kebiasaan Samiya dan lainnya.

***

Keesokan pagi setelah selesai sarapan, Kim Tae Ho mengajak Samiya ke tempat wisata terkenal di Daegu yang bernama Apsan Park. Sebuah taman terletak di gunung Apsan yang memiliki tinggi 600 meter. Letak Apsan Park berdekatan dengan dua gunung lainnya, Sanseong-san dan Daedeok-san.

Selain melihat keindahan pemandangan alam di wilayah Namgu dengan berjalan kaki, para wisatawan juga bisa menggunakan cable car untuk menikmati indahnya kota Daegu dari ketinggian.

Tempat wisata itu dikelilingi pepohonan hijau yang sejuk dipandang mata. Melihat hijaunya Apsan Park, Samiya jadi teringat dengan kampung halamannya yang juga masih hijau, ditumbuhi dengan pohon-pohon tinggi. Ah begitu rindu ia dengan kampung halaman, sehingga tanpa sadar matanya mulai berkaca-kaca.

“Kenapa, Miya? Kamu menangis?” tanya Tae Ho menyadari air mulai membasahi mata Samiya.

Samiya menunduk dan menyeka air mata yang mulai membasahi pipi.

“Melihat indahnya alam ini, membuatku teringat keindahan kota tempatku dibesarkan. Rindu ini sungguh tidak bisa dibendung.”

“Bulan depan kamu bisa melepaskan rindu dengan keluargamu, bersabarlah,” hibur Tae Ho.

Samiya lalu tersenyum. Satu bulan terasa begitu lama baginya. Dia ingin bulan ini bisa segera berlalu dengan cepat.

Mereka berdua kembali melangkahkan kaki menuju tempat lainnya. Sesaat kemudian Kim Tae Ho dan Samiya sudah sampai di Apsan Observatory, sebuah tempat ketinggian untuk melihat keindahan alam secara keseluruhan.

Begitu hebatnya Allah, Sang Maha Pencipta, yang menjadikan langit dan bumi agar bisa dikelola oleh manusia dengan baik. Jika tidak, maka banjir dan longsor bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, karena ulah manusia yang tidak bisa merawat alam.

Samiya terlihat sangat menikmati pemandangan alam yang terpampang di hadapan. Senyum terlihat mengembang di bibirnya. Tae Ho hanya bisa melihat wanita itu tersenyum, sehingga ia menyadari itulah senyum terindah yang pernah dilihatnya.

Selama ini, Kim Tae Ho memang jarang melihat lekat Samiya, sehingga terlambat menyadari betapa menariknya wanita itu. Tidak hanya sifatnya yang baik, tapi wajahnya yang juga cantik. Kecantikan alami yang dimiliki seorang wanita sederhana.

Deg-Deg!

Deg-Deg!

Bersambung....

Related chapters

  • Kita Bertemu di Korea   Luka yang Kembali Terasa

    Satu bulan akhirnya berlalu, tibalah saatnya untuk Tae Ho mengadakan tour concert. Dalam waktu seminggu ini, pria itu dan tim manajemen melakukan perjalanan dari satu negara ke negara lain. Dan saat ini, tibalah jadwal konser di Malaysia.Perjalanan selama 6 jam 30 menit telah dilalui tim manajemen Kim Tae Ho dan juga Samiya. Akhirnya mereka tiba di Kuala Lumpur International Airport, Malaysia, dengan menggunakan pesawat Korean Air.Setelah mengambil barang di tempat pengambilan bagasi, mereka segera melangkah ke luar. Rupanya para fans Kim Tae Ho telah menunggu di pintu kedatangan. Terlihat begitu banyak spanduk dan banner dengan berbagai tulisan yang dibuat oleh penggemarnya.Mereka bersorak memanggil nama Kim Tae Ho sambil melambaikan tangan. Setelah melihat sang artis keluar, mereka berteriak dengan histeris. Ada yang menangis dan ada juga yang mencoba menerobos keamanan.Kim Tae Ho kemudian terlihat melambaikan tangan kepad

    Last Updated : 2021-09-17
  • Kita Bertemu di Korea   Maaf

    Keesokan pagi setelah sarapan, para rombongan bersiap menuju Stadium Bukit Jalil untuk geladi resik konser nanti malam. Sepanjang perjalanan Samiya hanya terdiam memandangi indahnya tatanan kota Kuala Lumpur, sedangkan Kim Tae Ho terlihat sedang menghafal lagu-lagu yang akan dinyanyikannya nanti malam.Pria itu sesekali melihat ke arah Samiya yang duduk di kursi seberang. Dia mencoba menerka-nerka, kenapa asistennya menjadi seperti itu? Semakin lama rasa penasaran di hati semakin dalam, meski begitu ia harus kembali fokus karena nanti malam adalah rangkaian konser terakhirnya tahun ini.Sampai di stadium, rombongan langsung mempersiapkan segala kebutuhan untuk konser nanti. Samiya terlihat sedang menyusun baju-baju yang akan digunakan sang bintang malam ini. Dia tetap profesional walau sekarang seperti ada jarak antara dirinya dan Kim Tae Ho. Jarak yang telah dibuatnya sendiri, sejak pria itu mengatakan tentang pernikahan tadi malam. Entah hanya sebuah gurauan atau ser

    Last Updated : 2021-09-17
  • Kita Bertemu di Korea   Alam Minangkabau

    Tiga puluh menit kemudian, pesawat bersiap mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Terlihat gedung dengan atap bergonjong semakin mendekat.“Selamat datang di Ranah Minang,” sambut Samiya dalam bahasa Indonesia kepada Tae Ho.Kim Tae Ho mengernyitkan dahi karena tidak mengerti dengan apa yang baru dikatakan Samiya.“Minangkabau-e eoseo Oseyo.” Samiya mengulangi kalimat yang sama dengan menggunakan bahasa Korea.Terlihat sebuah senyuman mengambang di bibirnya. Kim Tae Ho merasa lega ketika melihat wanita itu tersenyum kembali padanya. Senyuman itu terlihat begitu manis di matanya. Dia bahkan kini menyadari, Samiya telah bersemayam di sebuah tempat terindah di hati.Seorang wanita sederhana yang berhasil memberikannya ketenangan, mengajarkan kepada fitrah sebagai seorang manusia. Sosok yang mampu menghadirkan kehidupan yang berarti dan penuh makna. Samiya kini telah mengambil alih dunianya.Setelah turun

    Last Updated : 2021-09-18
  • Kita Bertemu di Korea   Hidayah

    Setelah ayah Samiya ke masjid, Samiya dan Ibunya juga menunaikan salat Isya di rumah. Kim Tae Ho tinggal seorang diri di ruang tamu. Pria itu sedang dilanda rasa penasaran. Dia memutuskan pergi keluar rumah untuk melihat orang-orang melakukan salat berjemaah di masjid. Rasa penasaran membawanya untuk menyaksikan puluhan umat muslim yang sedang menunaikan ibadah salat Isya.Langkah Kim Tae Ho terhenti ketika berada di dekat gerbang masjid. Tiba-tiba jantungnya terasa berdebar. Ada perasaan damai menyeruak di hatinya, ketika mendengarkan lantunan ayat yang dibacakan oleh imam. Dia belum pernah merasakan perasaan ini sebelumnya, kecuali ketika mendengarkan Samiya mengaji di kamarnya.Kim Tae Ho yang selama ini hanya menganggap agama hanya formalitas semata, kini merasakan sesuatu yang berbeda di hatinya. Tanpa terasa air mata jatuh membasahi pipi satu per satu, tubuhnya bergetar hebat. Apakah kini saatnya hidayah datang menyapa?Pria itu diam terpaku di posisinya h

    Last Updated : 2021-09-18
  • Kita Bertemu di Korea   Sekilas Masa Lalu

    Di sebuah ruangan, terlihat seorang gadis yang begitu cantik dengan balutan gaun pengantin sederhana khas budaya Minangkabau. Gadis yang baru saja menginjak usia 21 tahun itu, telah memantapkan hati untuk menerima lamaran dari seorang pemuda yang merupakan seniornya di kampus.“Maaf, Dek Samiya,” ucap seorang pemuda tiba-tiba mendekatinya, “apa boleh saya datang ke rumahmu pada akhir pekan?”Bayangan percakapan pertama dengan pemuda itu, kembali menghiasi pikirannya.Gadis itu melihat ke arah pemuda berwajah teduh, berkulit hitam manis dengan kacamata menghiasi wajahnya.“Untuk apa?” tanya gadis itu mengerutkan kening.Pemuda itu menatap lekat wajah cantik yang berdiri di depannya. Dia mencoba mengendalikan diri setelah merasakan debaran di dada.“Saya ingin melamarmu,” ujar pemuda bernama Khairul memberanikan diri.Samiya membulatkan mata, tidak percaya dengan apa yang baru saja didenga

    Last Updated : 2021-09-18
  • Kita Bertemu di Korea   Jadilah Asisten Seumur Hidupku

    Sebelum pulang, ayah Samiya meminta Tae Ho untuk mengganti pakaian dengan busana muslim yang diberikan pengurus masjid. Pak Mul ingin memberikan kejutan kepada Samiya atas hijrahnya seorang pria yang menjadi atasannya selama hampir dua tahun ini.Kim Tae Ho terlihat begitu gagah dengan baju muslim, setelan berwarna putih. Sebuah peci berwarna putih terlihat menutupi sebagian rambut berwarna cokelat terang miliknya. Walau baju itu terlihat kekecilan baginya, tapi tidak menyurutkan niat di hati pria itu, untuk mengenakannya dengan bangga.Di rumah, Samiya terlihat cemas saat mendapati Tae Ho tidak berada di ruang tamu. Perempuan itu berusaha mencari di luar rumah, tapi tidak ketemu. Dia merasa khawatir jika pria itu tersasar atau diculik paparazzi yang tahu Tae Ho itu artis.Berbagai pikiran negatif berkelebat dalam pikirannya. Dia juga tidak bisa menelepon Kim Tae Ho karena lupa membeli kartu sementara untuk digunakan selama berada di Indonesia.Samiya ter

    Last Updated : 2021-09-18
  • Kita Bertemu di Korea   Restu

    Keesokan hari, ayah Samiya menjemput Kim Tae Ho ke hotel, tempatnya menginap. Pria paruh baya itu mengajak calon menantunya ke rumah mamak (paman / saudara kandung Ibu) Samiya, meminta izin untuk menikahi keponakannya.Selain izin dari kedua orang tua, sebelum menikah wanita Minangkabau juga harus mendapatkan izin dari niniak mamak dan sanak saudara. Pak Mul memperkenalkan Kim Tae Ho kepada mamak Samiya.“Uda (abang), perkenalkan ini Kim Tae Ho. Dia atasan Samiya saat bekerja di Korea.”Kim Tae Ho mengulurkan tangan, bersalaman dengan paman Samiya. Pria paruh baya itu memerhatikan pria itu dengan saksama.“Syamsuddin,” ucap Syamsuddin seraya menyambut uluran tangan Kim Tae Ho dan mempersilakannya untuk duduk.Pak Syamsuddin menoleh ke arah ayah Samiya dan bertanya, “Siapo ko, Mul (siapa ini, Mul)?”“Begini, uda. Maksud kedatangan saya ke sini ingin meminta

    Last Updated : 2021-09-18
  • Kita Bertemu di Korea   Menjadi Halal

    Hari Jumat, empat hari setelah kedatangan Samiya dan Tae Ho di kampung halamannya. Akad nikah pun dilaksanakan. Samiya terlihat cantik dengan balutan kebaya longdress putih gading, dipadu dengan kerudung berwarna senada. Terlihat bordiran halus menutup hingga ke dada. Sedangkan Kim Tae Ho terlihat gagah dengan baju pengantin berwarna sama dengan kebaya Samiya.Pernikahan diadakan di sebuah hall sederhana di sebuah kampus dekat tempat tinggal Samiya. Sesuai dengan permintaan calon pengantin wanita yang tidak ingin mengadakan pesta pernikahan besar-besaran. Selain karena ini adalah pernikahan kedua baginya, wanita itu juga tidak ingin wartawan tahu Kim Tae Ho menikah dengannya.Penghulu yang akan menikahkan mereka terlihat memasuki ruangan. Setelah dua orang saksi duduk di tempat masing-masing, pengantin pria pun memasuki ruangan diiringi keluarganya. Tuan dan Nyonya Kim terlihat berjalan di samping Kim Tae Ho, sedangkan Kim So Eun berjalan di belakang.

    Last Updated : 2021-09-19

Latest chapter

  • Kita Bertemu di Korea   Kita Bertemu di Korea

    Satu tahun sudah Kim Tae Ho dan Samiya melalui indahnya masa-masa menjadi orang tua. Mereka tidak melewatkan sedikit pun perkembangan buah hati yang kini sudah berusia satu tahun. Suka duka dilewati bersama. Apalagi merawat bayi kembar, tidak mudah dijalani. Perlu tenaga ekstra untuk mengawasi perkembangan mereka.Meski kembar, Kim Ha Neul dan Kim Ha Na terlihat sedikit berbeda karena Ha Neul lebih mirip Samiya dengan mata bulat, hidung lancip yang diwarisi dari ayahnya dan senyum manis yang diwarisi dari ibunya.Sedangkan Ha Na lebih mirip Tae Ho dengan mata sipit, hidung lancip, dan senyum manis seperti ayahnya.Orang tua Samiya telah kembali ke kampung halaman. Sesekali mereka melakukan video call untuk melihat perkembangan cucu-cucu mereka yang setiap hari semakin menggemaskan.“Apakah kamu benar-benar menerima tawaran tahun lalu?” tanya Samiya sembari bermain dengan Ha Na.“Ya, aku tidak ingin mengecewakan penulisnya. Selain

  • Kita Bertemu di Korea   Welcome Twins Baby

    Samiya mengikuti instruksi yang diberikan dokter. Tae Ho menahan tubuh istrinya dengan tangan kanan dan menggenggam tangan Samiya dengan tangan kiri untuk memberikan tenaga ekstra kepadanya.Sampai di embusan napas ketiga, lahirlah seorang bayi berjenis kelamin laki-laki.“Selamat, anak pertama Anda seorang laki-laki.” Dokter tersenyum dan memberikan bayi itu ke perawat untuk dibersihkan.Beberapa menit kemudian, lahirlah bayi kedua berjenis kelamin perempuan.“Bayi kedua perempuan,” ucap dokter memandang Samiya dan Tae Ho.Tae Ho kemudian mengembuskan napas lega dan mengecup kening Samiya, sebagai tanda terima kasih, karena telah memberikan sepasang anak sekaligus. Dia tidak peduli dengan keringat yang membasahi kening istrinya.Setelah bayi mereka dibersihkan, Tae Ho bersiap untuk mengazankan dan mengikamahkan kedua buah hatinya. Pria itu berwudu terlebih dahulu. Setelah diazankan dan diikamahkan, kedua bayi dibawa

  • Kita Bertemu di Korea   Perjuangan Antara Hidup dan Mati

    Setelah memutuskan untuk beristirahat panjang dan fokus pada keluarga kecilnya, Tae Ho dan Samiya tetap berada di Seoul. Sesekali Mr. Park datang ke rumah itu untuk melihat keadaan mereka berdua. Kedua orang tua Kim Tae Ho juga datang berkunjung setiap bulan untuk melihat kondisi menantu mereka yang sedang hamil.Samiya tidak lagi tinggal di paviliun seperti sebelumnya. Dia sudah tinggal bersama dengan Kim Tae Ho di rumah utama, setelah pernikahan mereka diketahui banyak orang.Pada awalnya Tae Ho sering mendapat komentar kasar dari fans yang kecewa padanya di media sosial, tapi ia menghadapinya dengan sabar. Sifat sabar pria itulah yang membuat mereka berubah haluan dari semula menyerang menjadi mendukungnya. Mereka tidak sabar menunggu Tae Ho untuk kembali ke layar kaca lagi.Tidak sedikit juga dari para fans mengagumi Samiya. Mereka terpikat dengan kesederhanaan wanita itu. Setiap kali Tae Ho memposting foto kebersamaannya dengan istrinya me

  • Kita Bertemu di Korea   Bahagia Bersamamu

    Setelah memutuskan untuk beristirahat panjang dan fokus pada keluarga kecilnya, Tae Ho dan Samiya tetap berada di Seoul. Sesekali Mr. Park datang ke rumah itu untuk melihat keadaan mereka berdua. Kedua orang tua Kim Tae Ho juga datang berkunjung setiap bulan untuk melihat kondisi menantu mereka yang sedang hamil.Samiya tidak lagi tinggal di paviliun seperti sebelumnya. Dia sudah tinggal bersama dengan Kim Tae Ho di rumah utama, setelah pernikahan mereka diketahui banyak orang.Pada awalnya Tae Ho sering mendapat komentar kasar dari fans yang kecewa padanya di media sosial, tapi ia menghadapinya dengan sabar. Sifat sabar pria itulah yang membuat mereka berubah haluan dari semula menyerang menjadi mendukungnya. Mereka tidak sabar menunggu Tae Ho untuk kembali ke layar kaca lagi.Tidak sedikit juga dari para fans mengagumi Samiya. Mereka terpikat dengan kesederhanaan wanita itu. Setiap kali Tae Ho memposting foto kebersamaannya dengan istrinya me

  • Kita Bertemu di Korea   Kisah Cinta Samiya dan Kim Tae Ho

    “Anda berasal dari mana, Samiya-ssi?” tanya salah seorang wartawan.“Saya berasal dari Indonesia,” jawab Samiya singkat.“Apakah Anda sebelumnya seorang artis juga?” Pertanyaan konyol terlontar dari seorang wartawan yang terbius dengan kecantikan Samiya.Wanita itu tersenyum dan menggelengkan kepala.“Tidak, saya bukan artis.”“Bisa ceritakan bagaimana bisa Anda berada di Korea?” tanya yang lain.Samiya melihat ke arah Kim Tae Ho.Pria itu mengangguk dan menggenggam tangannya erat. Mengizinkan Samiya menceritakan semua perjalanan hidupnya.“Saya ke Korea dengan niat ingin bekerja. Saat itu kondisi keuangan keluarga saya tidak stabil. Jadi saya memutuskan untuk bekerja ke Korea.” Samiya menarik napas. “Tiga bulan bekerja, saya tidak mendapatkan ketenangan. Kemudian saya putuskan untuk berhenti bekerja.”“Apakah Anda sudah tahu bahwa

  • Kita Bertemu di Korea   The Truth

    Keesokan hari, kejadian saat di konferensi pers menjadi berita di mana-mana. Semua orang menjadi penasaran, seperti apa sosok Samiya. Seorang wanita hebat yang bisa membuat Kim Tae Ho jatuh cinta kepadanya dan siap mundur dari dunia hiburan. Terlebih selama berkarir di dunia entertainment, pria itu tidak pernah dekat dengan wanita manapun.Meski ada beberapa foto saat Tae Ho menggendong Samiya, tapi wajah Samiya tidak terlihat jelas.Reaksi fans pada saat itu beragam, ada yang kecewa, menangis histeris dan ada juga yang menunggu penjelasan dari sang aktor. Meski pria itu telah mengumumkannya tadi malam, tetap saja mereka ingin sang idola melakukan konferensi pers agar semuanya jelas. Selain itu mereka ingin melihat istri Tae Ho. Wanita seperti apa dia? Sehebat apa ia sehingga bisa menaklukkan hati seorang Kim Tae Ho?Setelah kembali dari Daegu, Kim Tae Ho dan Samiya beristirahat terlebih dahulu. Pria itu tidak melepaskan wanita itu sedetik pun dari geng

  • Kita Bertemu di Korea   Skandal

    Mr. Park segera mengambil alih mikrofon yang berada di depan Kim Tae Ho.“Maaf, sepertinya Tae Ho sedikit lelah. Jadi konsentrasinya berkurang.” Pria bertubuh tambun itu berusaha mengontrol emosinya.“Samiya? Siapa Samiya?” tanya seorang wartawan.Wartawan lainnya terlihat saling pandang satu sama lain. Mencoba menerka siapa Samiya. Tidak banyak yang tahu bahwa Samiya adalah asisten Kim Tae Ho, termasuk wartawan. Karena wanita itu sering berada di belakang layar dan tidak mau berada di depan kamera.“Apakah dia adalah asisten pribadi Anda?” tanya wartawan yang tahu dengan Samiya.Tae Ho kembali meraih mikrofon dan diarahkan tepat ke bibirnya.“Dia adalah istriku. Dulu dia adalah asistenku dan sekarang dia telah menjadi asisten seumur hidupku.” Tae Ho berhenti sejenak, kemudian menghela napas panjang.“Kami berdua saling mencintai. Dia begitu mencintaiku dengan tulus. Tanpa lelah Sa

  • Kita Bertemu di Korea   Pers Conference

    Hari konferensi pers pun tiba. Pagi hari sebelum konferensi pers diadakan, Kim Tae Ho pergi ke kantor manajemen. Rencananya sebelum konferensi pers dimulai, mereka akan diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh tim kreatif dari label musik. Tujuannya agar jawaban yang mereka berikan sama.Pihak label musik tidak berani mengambil resiko jika media mengetahui hubungan mereka hanyalah setting-an belaka. Tim manajemen juga telah mengatur pakaian yang akan mereka gunakan saat konferensi pers nanti. Pakaian dirancang sedemikian rupa, agar mereka terlihat seperti pasangan sungguhan.“Ingat, kalian berdua harus mengatakan sesuai dengan yang diarahkan tadi. Jangan sampai melakukan kesalahan, karena bisa berakibat fatal,” ujar salah satu Tim Kreatif.Choi In Hyeong segera menganggukkan kepala.“Tae Ho-ssi, apakah Anda sudah paham dengan apa yang kujelaskan tadi?” tanya seorang dari tim kreatif.Kim Tae Ho hanya memberikan seb

  • Kita Bertemu di Korea   Gimmick

    Sejak menghadiri malam penyerahan awards waktu itu, berita tentang hubungan Tae Ho dengan In Hyeong mulai beredar. Hampir di semua headline berita media cetak, online, dan televisi mempertanyakan kebenaran berita itu.Keesokan harinya, Kim Tae Ho dan Mr. Park mengadakan pertemuan dengan Choi In Hyeong juga managernya di sebuah restoran saat makan malam. Mereka berempat berada di sebuah ruangan khusus tamu VIP yang hanya terdapat sebuah meja berukuran besar dengan empat buah kursi tersusun di masing-masing sisi. Sebuah kaca transparan membatasi ruangan itu, sehingga masih terlihat jelas dari arah luar ruangan.Kim Tae Ho duduk berdampingan dengan Manajer Park, sedangkan Choi In Hyeong dan manajernya duduk di depan mereka. Mereka membahas tentang konsep lagu duet yang akan dibawakan kedua artis yang sedang naik daun itu.Selain memiliki paras yang cantik, Choi In Hyeong juga memiliki kemampuan olah vokal yang luar biasa. Suara lembut dan tinggi miliknya t

DMCA.com Protection Status