Cio San, tanpa disadarinya, sebenarnya sudah mengerti tentang pemahaman ini. Ia menjalani semua kejadian dengan hati lapang dan pikiran terbuka. Akhirnya ia malah bisa mengambil makna dan menciptakan hal-hal baru.Kalau diibaratkan penyair, jika mengalami banyak kejadian, pastilah ia menangkap makna itu dan menjadikannya syair. Kalau diibaratkan pemain musik, pastilah ia menjadikan kejadian dan pengalamannya menjadi lagu yang merdu dan indah.Kalau pesilat, maka pastilah juga ia menciptakan ilmu-ilmu silat melalui kejadian dan makna yang bisa ia tangkap. Karena itulah, ilmu silat selalu berkembang semakin luas dan hebat. Karena ilmu silat tidak lahir dengan sendirinya. Ia harus diciptakan.Memang banyak sekali orang yang beruntung belajar ilmu silat dari guru atau menemukan kitab-kitab sakti. Namun bukankah guru pun belajar dari gurunya. Gurunya pun belajar dari gurunya. Begitu terus runut keatas sampai pada pencipta ilmu silat itu. Begitu juga dengan kitab sakti. Pastilah ada orang y
Ada kekaguman tersendiri yang ditimbulkan oleh ular itu. Kulitnya berwarna emas yang sangat indah. Gerakan tubuhnya lincah dan gesit untuk tubuh sebesar itu. Bahkan gerakan serangannya pun menyerupai serangan-serangan dalam teori ilmu silat.Ketika diserang, Cio San mencoba menghindar lagi ke samping dan memukul leher ular itu. Gerakan serangan ular dan pukulan balasan Cio San ini sangatlah cepat, bahkan mata seorang ahli silat pun susah untuk melihat ini.Kaget sekali Cio San ketika mengetahui bahwa kulit ular itu sungguh keras seperti logam. Cio San bergerak menggunakan tenaga dorongan dari ular itu untuk membumbung tinggi. Ia melesat ke arah kepala ular itu. Sebuah tendangan berputar yang amat cepat dilakukannya ke arah kepala, namun ular itu berhasil menghindar.Kagum sekali Cio San. “Ular ini seperti mengerti ilmu silat,” pikirnya. Ia malah senang sekali. Akhirnya menemukan juga lawan latih-tanding. Walaupun itu sebuah ular besar yang menakutkan.Begitu ular itu berhasil menghind
Cio San tidak tega untuk memukul mata ular itu dan membutakannya. Dia telah memutuskan untuk membiarkan ular itu hidup-hidup. Entah kenapa, ada perasaan ‘kasihan’ yang timbul di hatinya melihat ular itu.Melihat Cio San yang diam saja tidak melakukan gerakan apapun, ular itu pun diam saja. Namun kepalanya tetap dalam posisi menyerang. Lidahnya kadang terjulur keluar dari mulutnya. Cio San tahu ular ini bukan ular berbisa, karena sejak dulu ia telah diajarkan bagaimana cara membedakan ular yang beracun dengan yang tidak.Tapi ia menjadi sedikit ragu, karena ia belum pernah membaca tentang ular jenis ini. Segala ciri-ciri ular ini menunjukkan bahwa ia tidak berbisa. Tetapi ekornya yang berderik membuatnya menjadi berbeda, karena tidak ada ular berderik yang tidak berbisa. Bahkan bisanya pun ganas sekali.Cio San berpikir keras, mencoba mencari jalan untuk menaklukan ular itu. Akhirnya dia memutuskan untuk ‘bertaruh’ saja. “Jika nanti aku mati karena ular ini, ya sudahlah. Bisanya pasti
Berjam-jam Cio San mengalirkan tenaganya. Berangsur-angsur ular itu pulih. Memang tubuh ular berbeda dengan tubuh manusia. Apalagi ini tergolong ular sakti yang langka, sehingga serangan dahsyat tadi tidak sampai membuatnya mati.Perlahan-lahan kesadaran ular itu pulih. Dia merasakan sakit sekali pada mulut dan rahangnya. Kekuatannya seperti terserap habis, tubuhnya lunglai. Tetapi dia juga merasakan kehangatan yang nyaman di dalam mulutnya. Lama kelamaan rasa nyaman itu berhasil mendorong pergi rasa sakitnya.Cio San tahu bahwa ular itu sudah mulai pulih. Ia lalu memberhentikan penyaluran tenaganya, dan keluar dari mulut ular. Lalu mengelus-elus kepala ular. Sang ular sepertinya paham bahwa musuhnya baru saja menolongnya. Ia pun diam saja dan tidak berusaha melakukan apa-apa.Cio San pun mengelus-elus ular itu dengan lembut.*** Beberapa hari kemudian, ular itu sudah pulih tenaganya. Serangan Cio San yang dahsyat di dalam mulut ular itu tidak sampai menyebabkan kematian. Tetapi jela
Tak lama, pertanyaannya terjawab. Sedikit demi sedikit, terlihat retakan di kulit si ular. Lalu retakan itu menjadi banyak. Ternyata ular itu sedang berganti kulit.“Oh.., ternyata kau sedang berganti kulit, Kim-ko? Bikin kaget saja. Hahaha….” Cio San menjadi lega. Memang ular itu sedang mengganti kulit.Tetapi ada yang aneh. Jika ular berganti kulit, biasanya kulit barunya sudah ada di dalam kulit yang lama. Akan tetapi ular ini…….Tidak ada sedikitpun kulit baru di tubuhnya!Ketika seluruh kulitnya tanggal, yang terlihat hanyalah dagingnya yang berwarna putih bersih.“Hey.., kenapa begini, Kim-ko??? Apakah kau sakit hingga pergantian kulitmu tidak sempurna?” tanya Cio San. Seperti mengerti, ular itu malah menggeleng-geleng.“Tidak sakit?? Berarti memang begitukah cara pergantian kulitmu?” tanya Cio San lagi. Kali ini ular itu mengangguk-angguk.Hawa tubuh ular itu panas sekali. Bahkan sanggup memanaskan air tempat ia berbaring dan berendam. Malah sampai bisa menguapkan air itu.“Heb
Pagi-pagi benar, Cio San sudah bangun. Sang ular masih tertidur pulas. Karena khawatir terjadi sesuatu, Cio San meraba tubuh ular itu. Ia bersyukur bahwa keadaan ular itu sehat-sehat saja. Mungkin cuma agak lemah karena kejadian pergantian kulit itu.Cio San lalu membereskan kulit-kulit sang ular yang terkelupas. Ia mengumpulkan kulit-kulit yang berserakan itu dan meletakkannya di tempat yang kering. Kulit-kulit itu sangatlah berat. Jangankan hanyut terbawa air sungai, bahkan Cio San pun harus menggunakan tenaga dalamnya untuk bisa mengangkat kulit-kulit itu.Tak berapa lama saat Cio San bekerja, ular itu pun terlihat bangun. Ia seperti mengerti akan apa yang dilakukan Cio San. Karena tubuhnya yang masih lemah, ular itu hanya memperhatikan saja. Lalu sang ular dengan mengunakan mulutnya menggali daerah berpasir yang ada di dekatnya. Setelah ada lubang, dengan kepalanya, si ular mendorong Cio San mendekati lubang itu.“Eh, kenapa, Kim-ko? Kau ingin agar aku menguburkan kulit-kulit ini?
Tionggoan Ngo Koay yang malang melintang di dunia hitam, kini malah dihajar seorang anak ingusan dengan menggunakan jurus mereka sendiri.Dari lima jurus yang Cio San perhatikan, ia malah bisa mengembangkannya menjadi jurus-jurus lain. Bahkan ada yang digabungkannya dengan jurus-jurus Bu Tong-pay.Keempat orang yang mengeroyok Cio San itu semakin terbelalak matanya. “Bagaimana mungkin..??!”, seru mereka.Akhirnya karena putus asa, mereka sepakat untuk menggunakan jurus pamungkas mereka, ‘Memindahkan Gunung Bersama-sama’. Jurus ini sangat dahsyat jika dilakukan oleh mereka berlima. Walaupun kini berempat, karena salah satu anggotanya dilukai Cio San, ilmu itu tetap dahsyat juga.Cio San dengan ilmu-ilmu ciptaannya di dalam goa, menerima serangan gabungan itu dengan percaya diri. Ia menghadapinya seperti menghadapi serangan air bah ketika di dalam goa. Ketika serangan itu tiba, tubuhnya berputar. Ketika putaran itu kembali ke posisi semula, tangannya telah menyambut kedelapan telapak it
Cio San hanya bisa meneteskan air mata menghadapi kenyataan ini. Ia telah kehilangan sahabat baik untuk kali kedua. Dibunuh karena ketamakan manusia. Mendengar suara daging diiris-iris, serta tawa keenam orang itu, hati Cio San semakin sedih.Bahkan mereka memasak dagingnya pun di situ. Sambil makan mereka mengobrol.“Ah.., memang nikmat daging ini. Walaupun tipis, rasanya mungkin yang paling enak di dunia. Apalagi darahnya sudah dicampur dengan arak....Hmmm, lezaaaaatttt....”“Iya, memang tak percuma jerih payah kita melacak jejak ular ini bertahun-tahun. Sulit sekali menangkapnya.”“Eh, Yap-heng. Coba ceritakan apa saja khasiat ular ini...”Orang yang dipanggil Yap-ko itu lalu berkata, “Khasiatnya banyak sekali. Dagingnya menambah kekuatan tubuh bagian luar (gwakang). Bagi orang seperti kita, gwakang ini berguna untuk meniduri perempuan.”Terdengar suara tawa bergema.Ia melanjutkan lagi, “Darahnya jika dicampur arak khusus yang kubawa ini, bisa untuk menyembuhkan segala penyakit. B