Share

Bab 207

Tentu saja, pedangnya Suma Sun telah menancap di dahi Bu Seng Ti.

Tanpa suara.

Tanpa darah.

Yang ada hanya kematian.

Suma Sun menatap mayat itu dengan penuh penyesalan.

“Kau punya bakat besar, tapi kenapa memilih kematian.” Kalimatnya terdengar seperti pertanyaan. Tapi juga terdengar seperti penyesalan.

Bahkan juga terbayang sebuah perasaan sepi yang aneh.

Karena Suma Sun tahu, di masa depan nanti, tak ada seorang pun yang mampu menandingi pedangnya. Di manakah lagi ia akan menemukan lawan sebanding?

Pemuda penuh bakat selalu menyenangkan hatinya. Karena baginya, ada sedikit harapan di masa depan bagi pedangnya untuk menemukan lawan.

Mungkin karena inilah, ia merasa begitu kesepian.

Jika orang lain kesepian karena tak punya kawan, ia kesepian karena tidak punya lawan.

Rasa sepi yang hanya dimengerti oleh orang-orang seperti Suma Sun.

Orang-orang yang telah menyerahkan hidupnya kepada ketajaman pedangnya.

Suma Sun sendiri telah mengangkat mayat pemuda itu dan menggendongnya keluar. Ke
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status