Beranda / Fantasi / King Wish / 2. Pembohong

Share

2. Pembohong

Penulis: WarmIceBoy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-06 10:11:42

Langit gelap bertabur bintang menjadi selimut mereka. Dingin udara tak mampu membuat kering keringat di seragam Haikal dan Ramza. Mereka beruntung menumpang sejenak gerobak tadi, sebelum diturunkan di perempatan. 

"Harusnya kita bajak gerobak tadi," keluh Haikal.

"Kita polisi bukan penjahat," sahut Ramza. 

"Apa sudah sampai?"

Ramza bisa melihat dalam kegelapan seperti serigala. "Aku rasa ini bukit terakhir sebelum sampai ke Parisi." 

"Sialan Primus. Lihat saja jika Komandan Tinggi mendengar sikap pengecut borjuis itu, bahkan Raja sekali pun tidak bisa menolongnya dari tiang gantung."

Keduanya sampai di bukit. Di kejauhan terang nyala obor dalam gelap pertanda kota Parisi sudah di depan mata. Keduanya tertawa riang melihat tembok batu tua berlumut lumut yang mengelilingi kota. Dengan terengah mereka bahu membahu menuju pintu gerbang besar yang tertutup rapat.

Keduanya berlari riang seperti bocah menghampiri gerbang. Dua penjaga gerbang bertombak menghadang mereka.

"Berhenti, katakan mau apa malam-malam datang kemari?" tanya penjaga.

Penjaga berbadan gendut mengenal Ramza. "Hei, itu si serigala putih, kan?"

"Kamu benar, dia si manutang apel merah dan si barbar," sahut penjaga berbadan kurus.  

Kedua penjaga membantu Haikal dan Ramza mendekati pintu. 

"Apa yang terjadi, teman?" tanya penjaga tambun melingkarkan tangan Haikal ke lehernya.

"Nanti biar kuceritakan," jawab Haikal dengan nada terengah. "Minta air, haus."

Penjaga membuka sedikit pintu kayu tebal besar, memberi jalan Haikal dan Ramza masuk. Jalanan berpaving sepi. Gedung-gedung batu gelap. Cahaya obor di sekitar jalan menjadi penerang. Para penjaga gerbang mengelilingi Haikal dan Ramza yang duduk terengah bersandar tembok.

Haikal meneguk air dalam kendi dengan sangat liar. Air mengalir dari sela bibir membasahi leher jenjangnya. Jakun naik turun dengan cepat. 

"Anak muda, pelan-pelan, tidak ada yang mengejarmu," ujar penjaga gempal, memberi kendi lain untuk Ramza. "Ke mana anggota yang lain? Kenapa Komandan Primus tadi kembali sendiri?"

"Banci itu sudah kembali?" Haikal bangkit dari duduknya. "Dia kabur begitu saja ketika keadaan kritis."

Para penjaga gerbang bertukar pandang. Sepertinya mereka tak percaya dengan ucapan Haikal. Tidak menyalahkan mereka. Haikal sering berbohong.

"Kabur bagaimana? Dia datang tadi sore dalam keadaan terluka parah. Katanya pertempuran melawan bandit begitu sengit. Mereka kalah jumlah dan banyak polisi tewas dan beberapa kabur. Beruntung beberapa polisi mengorbankan diri sehingga dia bisa kabur."

"Wow, begitu yang dia katakan?" tanya Ramza. "Aku melihatnya kabur sebelum pertempuran melawan manusia kadal dan--"

"Tunggu dulu serigala muda, manusia kadal katamu?" tanya penjaga kurus. Anggukan Ramza membuat para penjaga tertawa penuh. "Imajinasimu berlebihan, Nak. Mana ada manusia kadal."

"Aku tidak berbohong."

"Ramza tidak pernah berbohong, kecuali masalah apel," jawab penjaga pembawa obor. "Mungkin dia membentur pohon sampai otaknya kacau." sambungnya, membuat tumpah riuh tawa dari yang lain.

Mereka tidak salah. Bagaimana mungkin percaya hal konyol tanpa bukti? Bahkan hal itu keluar dari mulut Ramza yang terkenal jujur..

"Sudah, Ram," sela Haikal dengan nada kesal. "Mereka tidak akan percaya jika belum melihat sendiri. Paman bisa antar kami menemui Komandan Tinggi?"

"Kenapa tidak minta bantuan manusia kadal, Nak?" ledek penjaga kurus.

"Sudahlah, berhenti bercanda." Penjaga gendut memberi kode dengan gerak kepala. "Ayo biar aku antar. Beliau ada di rumah sedang beristirahat."

Keduanya berjalan beriringan di jalanan berpaving yang sepi.

"Borjuis itu mengarang bebas," ujar paman gendut. "Aku tahu semua kebohongan maniak itu karena dulu aku sering membantu orang tua bekerja di mansion keluarga Primus. Dia terkenal suka membual, pernah berkata kalau dia keturunan Raja Jacon I. Untung si pembual cukup cerdas untuk tidak berkata seperti itu di luar rumah atau dia bakal dimutilasi oleh keluarga kerajaan."

Selama perjalanan mereka berpapasan dengan polisi patroli yang membawa obor. mereka memandang heran pada Haikal dan Ramza. Telinga serigala bergerak-gerak menangkap suara obrolan para polisi patroli.

"Para pengkhianat berani pulang?"

"Mungkin mereka punya alasan bagus. Lagi pula manutang satu itu punya reputasi tidak pernah berbohong."

"Kecuali ketika memakan apel merah di pohon Komandan Razael, kan?"

Ucapan mereka mengusik Ramza. Dia menarik seragam bagian lengan Paman gendut. "Ada gosip terbaru apa tentang kami?"

"Gosip? Selain apel merah?" Paman tertawa kecil. "Kenapa kamu bertanya seperti itu, Nak?"

"Tadi aku mendengar--"

"Nah, kita sampai."

Mereka berhenti di bangunan batu bercat putih. Gedung tiga tingkat menjulang tinggi, gedung sejenis berdiri di kiri dan kanan mengapit gedung itu. Paman gendut mengetuk pintu kayu rumah. Seorang manusia berbadan gagah muncul dari dalam rumah, mengenakan piyama merah sembari membawa teplok sambil mengucek mata. Dia Razael, Komandan Tinggi kepolisian Parisi.

"Kalian tahu jam berapa sekarang?" Tanya Razael.

Ketiganya berdiri tegap memberi hormat dengan jari-jari menyentuh pelipis.

"Lapor Komandan! Polisi Ramza dan Haikal datang hendak melapor!" ucap Paman.

"Potong segala hal formal, ayo masuk." 

Mereka berempat masuk ke rumah berlantai kayu pahat masuk ke ruang kerja Razael. Cahaya teplok sumbu menerangi ruang penuh rak buku. Beliau duduk di balik meja kerja.

"Tolong buka jendela," pinta Razael.

Paman membuka dua daun jendela di sisi ruang, mengundang angin masuk dan membuat gorden berdansa. 

"Ramza, Haikal," tegur Razael. "Panglima Hektor ingin kalian bekerja di sini supaya mendapat pengalaman lapangan. Lima tahun lebih kalian berlatih, tapi kenapa kalian membuat malu keluarga Lionese dengan kabur dari tugas?"

Haikal menjawab, "Maaf Komandan, kami terpaksa kabur setelah melawan makhluk aneh. Selain itu Komandan Kompi Primus kabur terlebih dahulu tanpa memberi komando."

Ramza mengangguk. "Benar Komandan. Ketika Makhluk aneh keluar dari pertambangan, dia menjadi yang pertama kabur."

"Tunggu, apa maksud kalian dengan makhluk aneh?" tanya Razael. 

Komandan tahu Haikal sering berbohong demi bolos tugas, tapi Ramza susah berbohong kecuali masalah apel. Dia mempertimbangkan ucapan manutang itu, hanya saja kalimat 'makhluk aneh' membuat telinga gatal.

"Coba jabarkan, makhluk apa yang menyerang kalian," perintah Komandan. 

Ramza menceritakan apa yang dia lihat, termasuk pengorbanan Noir dan para pasukan polisi. Dia bercerita bagaimana Primus kabur dengan pengecutnya setelah melihat manusia kadal. 

"Manusia Kadal?" Komandan memandang keduanya bergantian. "Ramza, apa Haikal mengancammu untuk berbohong?"

"Tidak, Haikal tidak pernah mengancam. Memang begitu apa adanya."

Pintu diketuk dari luar. Setelah diijinkan masuk oleh Komandan, Primus melangkah bersama dua temannya. Dia menyeringai memandang Ramza dan Haikal lalu memberi hormat pada Razael.

"Lapor Komandan! Komandan Kompi Polisi Batalion 10th, Primus Oktavianus melapor!"

"Istirahat Primus," perintah Komandan. 

"Biar kutebak, bualan tentang Manusia Kadal?" tanya Primus.

"Aku tidak membual!" sentak Ramza, Dia paling benci jika dikatai seperti itu. "Kamu pengecut--"

"Ramza, diam," perintah Razael. "Aku sudah mendengar apa yang manutang itu bicarakan dan dia tidak pernah berbohong."

"Anda menuduh saya berbohong, Komandan?" tanya Primus, dengan wajah kecewa. "Saya mengabdi untuk kota ini, saya squiere dari Raja Jacob II, apa saya pembohong?"

"Seisi kota tahu bualanmu, mulut besar," cibir Haikal tanpa memandang Primus. 

Primus menyeringai. "Saya sudah memprediksi jika kedua orang ini bakal memfitnah. Saya datang membawa saksi mata. 201! 205!"

Dua polisi berdiri tegap, memberi hormat pada Razael.

"Mereka ada di tempat kejadian--"

"Mereka tidak ikut karena sakit perut!" sela Haikal.

Polisi 201 dan 205 bercerita betapa beraninya Primus bagai memuji tuhan. Mereka juga bercerita Ramza dan Haikal kabur membiarkan teman-teman mereka mati dalam pertarungan.

"Pembohong!" sentak Haikal, hendak menghantam muka kedua polisi, tapi Paman dan Ramza menahannya dari belakang. "Kalian bahkan tidak ada di sana!"

"Cukup!" lerai Razael. "Korporal, panggil lima penjaga gerbang dan dua warga sipil juga beberapa polisi. Suruh mereka pergi ke tambang memakai kuda dan ambil foto tambang--"

"Komandan, itu sangat berbahaya," sela Ramza. "Manusia Kadal sagat--"

"Kamu takut kebohonganmu terbongkar," ujar Primus.

"Cukup!" Razael menggebrak meja. "Korporal, jalankan tugas. Kalian jangan keluar kota, tinggal lah di barak. Jika ada yang keluar, berarti dia pembohong. Bubar!" 

Bab terkait

  • King Wish   3. Karir Polisi

    Dalam barak kepolisian Parisi keduanya menanti. Ramza terlentang di kasur sambil memakan apel merah sementara Haikal mondar-mandir tidak tenang di belakang pintu yang tertutup."Kenapa kamu bisa santai begini?" sahut Haikal."Hidup sudah berat, harus dibawa santai."Haikal mendengus kesal. "Dengar serigala, hidup tidak semudah itu. Instingku mengatakan kita akan ketiban sial."Ramza duduk mengecup sisa sari apel di jari tangan kanan. "Maksudmu?"Haikal duduk di tepi kasur di sebelah Ramza. "Primus terlalu percaya diri. Dia menyeringai. Aku tidak suka jika dia banyak bicara, tapi lebih tidak suka jika dia diam seperti tadi.""Kamu terlalu banyak berpikir. Lagi pula bukan hanya polisi, penjaga, dan penduduk sipil juga dikirim ke sana.""Instingku selalu benar, Ram.""Tidur, istirahat. Lebih baik bersiap untuk menghadapi hari esok." Ramza tidur berbalik badan menghadap beberapa kasur kosong berjajar.Kasur-kasur

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • King Wish   4. Duo Versailles

    "Lihat, dasar sinting. Panas-panas pakai pakaian tebal," komentar seorang polisi, mengamati pemuda berjas panjang kulit warna hitam, berjongkok di pinggir jalan setapak. Pemuda itu mengelus jejak kereta kuda memakai tangan."Apa yang dia cari?" tanya polisi lain."Kamu pikir aku Bapaknya?" Polisi pertama semakin penasaran mendekati Rion. "Nak, jika ingin bermain jangan di sini.""Aku bukan anakmu dan aku sedang tidak ingin bermain, jadi diamlah.""Pergilah! Di sini tempat kejadian perkara, bodoh!"Pandangan dingin Rion membuat polisi itu terdiam, kembali menemui temannya.Rion Lampagne, manusia mungil berperawakan kurus seperti anak kecil, tapi umurnya sudah selapan belas tahun. Dia berkulit putih terawat khas bangsawan. Rambut sedikit kusam tanda jika dia sering berada di bawah matahari. Jas detektif tebal di hari panas, juga memakai celana hitam panjang, topi vedora, dan sepatu bot lapangan, sering membuatnya dikira bocah ingusan yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • King Wish   5. Tugas Baru

    Di tengah hiruk pikuk pasar Ramza bersenandung riang. Dia memegang serbuk lembut kunyit kuning rempah khas dari daerah kekaisaran Mughal. Tangan jahil itu pindah menyentuh barang lain. Kali ini meremas kacang kapri dari kerajaan Britton. Belum puas rasa ingin tahunya, dia mengendus aroma bunga lilly putih khas dari kerajaan Prussian. Tradisi ini selalu dia lakukan ketika melintas di pasar pelabuhan Reims."Ramza." Seorang Nenek sedikit bungkuk pamer apel. Tentu yang dipanggil menghampiri.Ramza mengambil buah di tangan Nenek. "Apel! Makasih Nek." Gigitan besar gigi taring nyaris menyayat habis buah di tangan. Dia sangat suka rasa manis apel."Ini, untuk Haikal." Nenek memberi satu lagi buah apel. "Ke mana saja kalian, kenapa lima tahun belakangan jarang terlihat?""Sibuk Nek. Aku pamit dulu, ya." Ramza melangkah cepat tenggelam dalam laut pengunjung pasar.Ramza dan Haikal lumayan dikenal di kota pelabuhan Rems. Mereka besar di sini. Ketika senggan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • King Wish   6. Penjual Obat

    Ramza dan Haikal beruntung dipinjami kuda sehingga bisa melesat langsung menuju Marseile. Berjalan kaki mungkin butuh tiga hari, tapi dengan kuda dalam satu hari perjalanan mereka tiba ke tujuan.Keduanya menginap di penginapan luar kota demi menghemat pengeluaran. Hektor memberi uang cukup banyak, tapi Haikal bersikeras untuk menyewa satu kamar, demi menabung uang untuk judi esok sekembalinya ke Reims.Ramza membanting badan ke kasur. Seperti anak kecil kedua kaki dan tangan bergerak naik turun hingga seprei kasur kusut. "Kal, bagaimana cara berjualan narkoba?""Jualan ya di pasar," jawab Haikal, menutup pintu kamar."Jadi kita ke pasar?""Ya iya lah. Kata Paman Hektor barang itu di taruh di gang dekat pasar. Pasti beliau menyuruh kita berjualan di sana.""Yang benar?" Ramza duduk bersila kaki di kasur, memandang Haikal berganti baju. "Emang Paman menyuruh menjual di sana?"Haikal menggeleng . Dia duduk di tepi kasur di sebelah kasur

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-13
  • King Wish   7. Raja Jacob

    Suara nyanyian burung begitu merdu di taman bunga yang ditumbuhi banyak bunga berkelopak putih. Cahaya matahari pagi menerpa patung seorang wanita bertelinga singa yang memegang tongkat berkepala bundar ke angkasai ujung taman. Seorang pemuda duduk di kursi batu sambil membaca buku. Jubah putih berornamen di bagian belakang menutup tunik bangsawan putih berkancing emas. Rambut panjangnya terurai ke belakang. Dia Jacob, Raja Frankia. Wajah tirus Jacob mendongak memandang lekat patung di depan. Patung Isabella Lionese, mendiang permaisuri yang sangat dia cintai. "Buku ini telah tamat. Bagaimana menurutmu sayang? Apa cerita novel kali ini bagus? Aku harap bagus. Penulis kesukaanmu, Iskariot, setelah mendengar kamu menyukai bukunya, dia segera membuat buku baru tentang dirimu, sayangku. Besok akan aku coba meminta kopian sebelum terbit dan akan kubacakan untukmu seperti biasa. Semoga kamu suka, ya." Pria tua melangkah mendekat. Jub

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • King Wish   8. Pertempuran Korup

    Tradisi sebelum masuk ke kantor polisi para penjahat berbaris di depan gedung selama beberapa jam. Mereka dijemur seperti ikan asin, lalu dilempari batu kerikil oleh para polisi dan warga yang melintas. Hal ini khusus bagi mereka yang tertangkap tangan melakukan kejahatan.Setelah tradisi selesai, mereka seperti hewan ternak digiring masuk ke kantor polisi. Sewaktu menjadi polisi Haikal selalu senang menendang pantat para penjahat ketika digiring masuk, sekarang dia tahu rasanya sol sepatu menghantam pantat."Masuk sana, dasar sampah masyarakat!" sentak polisi gendut."Berengsek, minta dihajar?" sentak Haikal."Haikal sabar, ingat kami penjahat," bisik Ramza."Tidak perlu kau ingatkan!" Benar-benar tidak nyaman ketika tali tambang melilit perut. "Tahu begini aku memakai kaos tebal. Sial."Mereka berhenti di depan pintu ruang pemeriksaan. Seorang polisi jangkung berwajah penuh jerawat menyetop mereka. "Kasus apa?""Narkotik," jaw

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • King Wish   9. Revolusi

    Pertempuran terjadi di ruang Komandan. Ramza, Haikal dan empat pria bertudung berhasil menang melawan para polisi korup. Beberapa polisi baik bergabung dengan mereka. Para polisi baik ini melihat lambang kerajaan, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh ujaran kebencian dari komandan.Walau ruang sekarang berada di kendali polisi baik, tetapi pertempuran tetap pecah di kantor polisi.Di sepanjang lorong para polisi saling baku hantam dan berusaha saling membunuh. Polisi manusia di Ibu kota sepertinya telah lama mengendus rencana 'revolusi' oleh kaum manutang sehingga satu teriakan revolusi saja membuat mereka langsung menyerang manutang. Sekarang semua menjadi rumit seperti benang kusut."Sial, kemana larinya komandan tadi?" tanya Haikal. Ia merapikan jas panjangnya yang kusut."Dia di luar." Ramza menunjuk ke arah taman samping, membuat Jiro dan beberapa polisi mendekati jendela hendak melihat ke sana."Tembak mereka, para pembunuh Komandan T

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • King Wish   10. Tujuan Misteri

    Bola mata Ramza bergetar ketika melihat meriam di tembakan. Dia melindungi kepala dari hajaran bola meriam yang mendarat ke lantai atas. Suara ledakan terjadi dan asap tebal kembali menyelimuti. Setelah semua sedikit reda dia berusaha bangun menopang dinding pergi ke tempat yang aman."Haikal, di mana kamu?""Habisi semuanya!" teriak salah satu pasukan royal guard ketika masuk melalui lubang di dinding.Ramza terduduk lemas. Pertempuran terjadi antara para polisi melawan pasukan elit. Senjata para polisi mengalami kesulitan untuk menembus pakaian besi. Sementara para pasukan elit dengan mudah menghabisi mereka semua tanpa belas kasih."Ini, ada satu di sini!" teriak salah satu pasukan royal guard, di tengah kemelut hendak menusuk Ramza memakai pedang. Akan tetapi Ramza sigap mengangkat rapier menembus sela di antara pakaian besi dan helm besi. Senjatanya semakin dalam menusuk karena badan pria itu ambruk menimpa Ramza.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05

Bab terbaru

  • King Wish   14. Tantangan Berduel

    Ini pertama kali Haikal berkumpul dengan para borjuis. Entah apa yang mereka bahas, dia tak tahu, tapi dari segi penampilan dia boleh diadu.Dia meneguk wine kelas atas mengamati Perdana Menteri tengah mengobrol dengan para petinggi."Haikal," tegur Jiro, menghampiri dari samping. Dia takjub dengan penampilan pemuda itu. "Lihat dirimu, seperti seorang Baron."Sanjungan selalu diterima dengan baik. "Terima kasih Tuan Jiro.""Jangan pakai Tuan." Jiro memandang ke sekitar. "Mana manutang serigala itu?""Mengejar wanita." Haikal menaruh gelas wine ke loyang yang pelayan bawa. "Ada perlu apa mengundang kami ke mari?"

  • King Wish   13. Cinta Bersemi

    Gadis manutang catt, ras yang sama seperti Ramza. Rambutnya kuning cerah panjang di atas pundak. Begitu manis wajah tirusnya, lalu netra indah berkancing warna kuning kecoklatan terbungkus kantung mata lembut berbentuk almond juga menjadi daya tarik gadis itu, mata yang indah hingga membuat Ramza gagal mengontrol ucapan. Dia keceplosan berbicara, "Cantik sekali." Mendengar gumam lembut Ramza, Sang gadis tersenyum lembut, menyembunyikan bibir tipis berwarna merah muda alami. Dia menjawab dengan ramah. "Terima kasih." Rasa malu seketika menbuat Ramza mundur beberapa langkah. Dia membuang muka tertunduk sambil menggaruk belakang kepala, lalu membungkuk sambil berucap, "M-maaf tadi aku tidak sengaja menabrak, Nona."

  • King Wish   12. Festival Musim Gugur.

    Di tepi danau Marseille, asap api unggun raksasa memecah gelap langit bertabur bintang nan indah. Di bawahnya, muda-mudi berdansa saling berpegangan tangan mengelilingi api unggun, mengikuti irama tabuhan gendang dan suara suling yang meriah.Pesta festival musim gugur selalu dirayakan sederhana. Ini saat di mana para bangsawan dan rakyat, juga keluarga kerajaan berbaur. Acara tahunan ini juga diikuti oleh seluruh delegasi negara-negara di benua Europin, sebagai tanda penghormatan bagi kerajaan Frankia.Ditepi keramaian, Ramza sibuk membenahi bros mahal hitam berlambang mawar putih di dada kanan, yang menahan kain hitam bercorak bunga putih menutup bagian kanan badan.Sama seperti Haikal, dia mengenakan tunik katun lengan panjang putih, bercelana kain hitam panjang, me

  • King Wish   11. Tugas Penting

    Ramza dan Haikal kembali ke mansion Lionese.Mereka menanti kehadiran Hektor seperti murid nakal kena hukum, berdiri dengan satu kaki, kedua tangan melipat di depan dada menjewer telinga masing-masing.Mereka bisa saja kabur atau duduk, asal Olivia. Nyatanya tidak. Mereka takut dengan gadis galak itu duduk di belakang desk di dekat pintu, sibuk menulis sesuatu.Tawa kecil dari beberapa pegawai yang berdiri di depan desk membuat wajah Ramza memerah. Dia yakin sebentar lagi seluruh Reims akan menjadikan ini sebagai gosip."Nona, sampai kapan kami berdiri seperti ini?" keluh Haikal. Dari cara memandang Victoria dengan mata menyipit, Ramza tahu sahabatnya itu sangat kesal.

  • King Wish   10. Tujuan Misteri

    Bola mata Ramza bergetar ketika melihat meriam di tembakan. Dia melindungi kepala dari hajaran bola meriam yang mendarat ke lantai atas. Suara ledakan terjadi dan asap tebal kembali menyelimuti. Setelah semua sedikit reda dia berusaha bangun menopang dinding pergi ke tempat yang aman."Haikal, di mana kamu?""Habisi semuanya!" teriak salah satu pasukan royal guard ketika masuk melalui lubang di dinding.Ramza terduduk lemas. Pertempuran terjadi antara para polisi melawan pasukan elit. Senjata para polisi mengalami kesulitan untuk menembus pakaian besi. Sementara para pasukan elit dengan mudah menghabisi mereka semua tanpa belas kasih."Ini, ada satu di sini!" teriak salah satu pasukan royal guard, di tengah kemelut hendak menusuk Ramza memakai pedang. Akan tetapi Ramza sigap mengangkat rapier menembus sela di antara pakaian besi dan helm besi. Senjatanya semakin dalam menusuk karena badan pria itu ambruk menimpa Ramza.

  • King Wish   9. Revolusi

    Pertempuran terjadi di ruang Komandan. Ramza, Haikal dan empat pria bertudung berhasil menang melawan para polisi korup. Beberapa polisi baik bergabung dengan mereka. Para polisi baik ini melihat lambang kerajaan, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh ujaran kebencian dari komandan.Walau ruang sekarang berada di kendali polisi baik, tetapi pertempuran tetap pecah di kantor polisi.Di sepanjang lorong para polisi saling baku hantam dan berusaha saling membunuh. Polisi manusia di Ibu kota sepertinya telah lama mengendus rencana 'revolusi' oleh kaum manutang sehingga satu teriakan revolusi saja membuat mereka langsung menyerang manutang. Sekarang semua menjadi rumit seperti benang kusut."Sial, kemana larinya komandan tadi?" tanya Haikal. Ia merapikan jas panjangnya yang kusut."Dia di luar." Ramza menunjuk ke arah taman samping, membuat Jiro dan beberapa polisi mendekati jendela hendak melihat ke sana."Tembak mereka, para pembunuh Komandan T

  • King Wish   8. Pertempuran Korup

    Tradisi sebelum masuk ke kantor polisi para penjahat berbaris di depan gedung selama beberapa jam. Mereka dijemur seperti ikan asin, lalu dilempari batu kerikil oleh para polisi dan warga yang melintas. Hal ini khusus bagi mereka yang tertangkap tangan melakukan kejahatan.Setelah tradisi selesai, mereka seperti hewan ternak digiring masuk ke kantor polisi. Sewaktu menjadi polisi Haikal selalu senang menendang pantat para penjahat ketika digiring masuk, sekarang dia tahu rasanya sol sepatu menghantam pantat."Masuk sana, dasar sampah masyarakat!" sentak polisi gendut."Berengsek, minta dihajar?" sentak Haikal."Haikal sabar, ingat kami penjahat," bisik Ramza."Tidak perlu kau ingatkan!" Benar-benar tidak nyaman ketika tali tambang melilit perut. "Tahu begini aku memakai kaos tebal. Sial."Mereka berhenti di depan pintu ruang pemeriksaan. Seorang polisi jangkung berwajah penuh jerawat menyetop mereka. "Kasus apa?""Narkotik," jaw

  • King Wish   7. Raja Jacob

    Suara nyanyian burung begitu merdu di taman bunga yang ditumbuhi banyak bunga berkelopak putih. Cahaya matahari pagi menerpa patung seorang wanita bertelinga singa yang memegang tongkat berkepala bundar ke angkasai ujung taman. Seorang pemuda duduk di kursi batu sambil membaca buku. Jubah putih berornamen di bagian belakang menutup tunik bangsawan putih berkancing emas. Rambut panjangnya terurai ke belakang. Dia Jacob, Raja Frankia. Wajah tirus Jacob mendongak memandang lekat patung di depan. Patung Isabella Lionese, mendiang permaisuri yang sangat dia cintai. "Buku ini telah tamat. Bagaimana menurutmu sayang? Apa cerita novel kali ini bagus? Aku harap bagus. Penulis kesukaanmu, Iskariot, setelah mendengar kamu menyukai bukunya, dia segera membuat buku baru tentang dirimu, sayangku. Besok akan aku coba meminta kopian sebelum terbit dan akan kubacakan untukmu seperti biasa. Semoga kamu suka, ya." Pria tua melangkah mendekat. Jub

  • King Wish   6. Penjual Obat

    Ramza dan Haikal beruntung dipinjami kuda sehingga bisa melesat langsung menuju Marseile. Berjalan kaki mungkin butuh tiga hari, tapi dengan kuda dalam satu hari perjalanan mereka tiba ke tujuan.Keduanya menginap di penginapan luar kota demi menghemat pengeluaran. Hektor memberi uang cukup banyak, tapi Haikal bersikeras untuk menyewa satu kamar, demi menabung uang untuk judi esok sekembalinya ke Reims.Ramza membanting badan ke kasur. Seperti anak kecil kedua kaki dan tangan bergerak naik turun hingga seprei kasur kusut. "Kal, bagaimana cara berjualan narkoba?""Jualan ya di pasar," jawab Haikal, menutup pintu kamar."Jadi kita ke pasar?""Ya iya lah. Kata Paman Hektor barang itu di taruh di gang dekat pasar. Pasti beliau menyuruh kita berjualan di sana.""Yang benar?" Ramza duduk bersila kaki di kasur, memandang Haikal berganti baju. "Emang Paman menyuruh menjual di sana?"Haikal menggeleng . Dia duduk di tepi kasur di sebelah kasur

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status