Home / Fantasi / King Wish / 6. Penjual Obat

Share

6. Penjual Obat

Author: WarmIceBoy
last update Last Updated: 2021-06-13 00:28:54

Ramza dan Haikal beruntung dipinjami kuda sehingga bisa melesat langsung menuju Marseile. Berjalan kaki mungkin butuh tiga hari, tapi dengan kuda dalam satu hari perjalanan mereka tiba ke tujuan.

Keduanya menginap di penginapan luar kota demi menghemat pengeluaran. Hektor memberi uang cukup banyak, tapi Haikal bersikeras untuk menyewa satu kamar, demi menabung uang untuk judi esok sekembalinya ke Reims.

Ramza membanting badan ke kasur. Seperti anak kecil kedua kaki dan tangan bergerak naik turun hingga seprei kasur kusut. "Kal, bagaimana cara berjualan narkoba?"

"Jualan ya di pasar," jawab Haikal, menutup pintu kamar.

"Jadi kita ke pasar?"

"Ya iya lah. Kata Paman Hektor barang itu di taruh di gang dekat pasar. Pasti beliau menyuruh kita berjualan di sana."

"Yang benar?" Ramza duduk bersila kaki di kasur, memandang Haikal berganti baju. "Emang Paman menyuruh menjual di sana?"

Haikal menggeleng . Dia duduk di tepi kasur di sebelah kasur Ramza. "Percayalah, instingku tidak pernah salah."

"Ya sudah, aku menurut saja." Ramza menguap lebar, terlentang di kasurnya. 

Waktu bergerak dengan cepat. Hari pun berganti. Haikal dan Ramza mengamati situasi dari dalam gang becek.

Suara obrolan pengunjung mendominasi di pasar Marseil. Sesekali terdengar ringkik kuda yang melintas lambat di jalan utama. 

"Sekarang bagaimana?" tanya Ramza. "Apa yang kita lakukan? Serius Kal, aku tidak pernah menjual narkoba sebelumnya, jadi tidak tahu cara atau kode apa yang dipakai. Apa kamu pernah menjual obat itu?"

Haikal menggeleng lalu menepuk dada kanannya di hadapan Ramza dengan percaya diri. "Kamu tenang saja, serahkan pada Haikal, semua akan beres."

Ramza menghela napas. "Itu yang aku khawatirkan."

Keduanya segera membongkar isi kotak kayu. Haikal mengambil beberapa sampel dari sana, lalu menata dalam jaket kulit yang dia kenakan. Cukup lama keduanya berada di gang sempit seperti orang kurang kerjaan. Ramza menanti dengan sabar melihat tingkah Haikal.

"Apa kita harus berada di tempat bau ini?" keluh Ramza. Walau kedua lubang hidung disumpal pakai tisu, aroma busuk di sekitar tetap mendominasi. 

Haikal bersandar tembok, memakai jas kulit panjang dengan bagian bawah nyaris menyentuh kubangan air comberan. "Harus, karena apa yang kita jual adalah benda terlarang jadi harus seperti ini." 

Ramza memandang datar. Dia tidak yakin jika Haikal tahu cara menjadi penjual benda terlarang itu. "Kenapa harus di sini?"

"Kan sudah kubilang tadi."

"Lalu bagaimana kita akan menjual benda itu?"

"Lihat saja, lah."

Ramza yang sembari tadi duduk di atas kotak kayu terlentang di sana. "Aku melihat dari tadi kamu hanya berdiri sok keren dengan pakaian itu."

"Aku sedang mengumpulkan keberanian untuk menghampiri calon pelanggan."

"Bilang saja kamu sebenarnya tidak tahu cara menjual benda itu, kan? Mengaku saja."

Haikal berbalik, mengusap keringat di leher. "Dengar serigala, jangan banyak bicara. Aku memakai pakaian sial ini juga susah, tahu! Panas! Lihat, aku sampai tidak mengenakan apa-apa lagi di balik jas terkutuk ini kecuali celana pendek."

"Siapa yang suruh?"

Haikal balik memandang ke pasar. "Sudahlah, kamu lihat dan pelajarai caraku melakukannya, ya."

Ramza kembali duduk bertepuk tangan dengan cepat. Semangat terpancar di wajahnya. "Woho, akhirnya setelah menanti, pertunjukan akan dimulai! Semangat Haikal!"

"Berisik!" Haikal menghirup napas dalam lalu mengembuskan perlahan seperti ibu sedang melahirkan.

Dengan percaya diri dia melangkah seperti pesumo ke muka gang. Ia menoleh ke kiri dan kanan mengawasi sekitar mencari mangsa. Beberapa Ibu muda membawa anak mereka berbelanja. Dalam pikiran Haikal tujuan mereka memang supaya tertangkap polisi, jadi siapa lagi sosok yang tepat selain Ibu muda? 

"Psst, Nak. Hei Nak."

Seorang anak gadis yang digandeng salah satu Ibu menoleh, menuding wajahnya sendiri, membuat Haikal mengangguk.

Anak itu menarik tangan Ibunya lalu menunjuk ke Haikal. "Ibu, Om itu memanggil. Mungkin dia sakit perut. Lihatlah, dia sedikit membungkuk sambil memegang perut. Kasihan Bu, ayo ke sana, kita harus menolongnya."

Merasa kasihan Ibu muda itu berdiskusi dengan Ibu lain dalam gerombolan. Mereka sepakat menghampiri Haikal. 

"Ada apa Om? Apa perutnya sakit?" tanya anak kecil dengan polos.

"Kok Om, sih! Kak, panggil Kak." Ucap Haikal, membuat para Ibu menahan tawa. "Hei, kalian mau membeli sesuatu?"

"Beli apa, Kak?" tanya seorang Ibu, menoleh ke gang, mendapati Ramza melambai dari tempatnya duduk. Lalu kembali memandang Haikal dengan bingung.  

"Ayo silahkan dipilih." Haikal menarik jaket panjang ke kiri dan kanan. Banyak barang-barang menghias bagian dalam jaket. Mulai serum merah, tabung berisi cairan biru, kantung plastik berisi pil, dan tablet. 

Tiba-tiba para Ibu berteriak sambil menutup mata mereka. Beberapa menutup mata anak mereka. "Dasar cowok mesum!" Mereka berlari menjauhi Haikal.

"Hei!" teriak Haikal. "Kenapa kalian lari? Siapa yang mesum? Hei Kembali!" Ia menoleh ke kiri dan kanan, banyak orang memandangnya dengan heran sambil berbisik-bisik. Haikal tidak mengerti kenapa mereka lari. 

Ia menghampiri Ramza.

"Wah, kenapa pelanggannya kabur semua?" komentar Ramza.

"Entah, aneh sekali. Apa yang salah dengan penampilanku?" Haikal menarik jaket ke kiri dan kanan hingga nampak bagian dalam jaket, juga badan bagian depannya.

Ramza mengamati benda-benda yang tergantung di sana sambil menggosok dagu. "Hmm, entahlah. Mungkin mereka--"

"Itu Pak orangnya!" teriak seorang ibu muda tadi, kembali ke muka gang sambil menunjuk Haikal.

Yang ditunjuk menoleh dengan panik. "Ada apa Nona?" Ia semakin bingung ketika tiga pria berseragam polisi tiba. 

"Jangan takut manutang kecil, kami akan menyelamatkanmu dari jerat manusia mesum!" seru seorang polisi berbadan gendut, "Tangkap manusia mesum itu!" menunjuk Haikal.

"Kenapa banyak orang memanggilku mesum?"

Ramza refleks melompat turun dari kotak kayu ketika dua polisi menyergap Haikal. Badan Haikal terdorong mundur hingga menimpa kotak. Seketika kotak itu hancur dan seluruh obat terlarang di sana berhamburan ketika Haikal berjibaku berusaha melepaskan diri. 

Kejadian ini membuat para pedagang, pembeli dan polisi terdiam melihat apa yang terjadi. 

"Kamu pengedar obat-obatan terlarang, ya? Tangkap dia!" perintah Polisi gendut.

Haikal diringkus oleh kedua polisi, sementara polisi gendut menarik Ramza keluar dari gang bau itu. 

"Kamu tidak apa-apa, Nak?"

Ramza menggeleng.

"Kamu sudah dewasa, kenapa bisa tertipu oleh pemuda mesum itu?" Polisi memandang bengis Haikal. "Bawa dia ke penjara! Sudah mesum, pengedar obat terlarang pula!"

"Pak, Pak." Ramza menarik lengan seragam polisi. "Dia temanku. Aku juga pengedar."

"Hah? Kamu?"

Ramza mengangguk kecil, memberi kedua tangannya untuk diborgol. "Tolong Pak, borgol sekalian biar keren. Tapi jangan di belakang, di depan saja, ya."

Polisi gendut bengong, termenung. Ini kali pertama baginya mendapati seorang pengedar obat terlarang minta ditangkap dan melakukan tawar menawar posisi borgor.

"Minggir!" bentak seorang polisi di atas kuda, melintas di tengah keramaian pasar.

Dua polisi di depannya membuka jalan. Sementara empat orang di belakang kuda diikat tali tambang, berjalan berbaris di kawal oleh tujuh polisi.

"Ada apa, Pak?" tanya Ramza. "Siapa mereka?"

"Entahlah, Nak. Mungkin bandar obat terlarang." Polisi sadar jika Ramza juga pengedar. Ia memborgol manutang itu. "Hei, kalian! Bawa pemuda mesum itu kemari, masukkan ke dalam rombongan!" 

Ramza dan Haikal berbaris masuk ke dalam barisan orang yang tangannya terikat tali tambang. Mereka digiring menuju kantor polisi. 

"Kalian kenapa diikat seperti ini?" tanya Ramza, kepada seorang manusia muda yang wajahnya tersembunyi dalan tudung hijau tua kusam. Akan tetapi pemuda aneh itu tidak menjawab. 

Ramza menoleh ke sekeliling. Tiga orang lain memakai jubah gelap, juga tudung serupa. "Pasti kalian orang-orang jahat. Kalian memang pantas ditangkap!"

Pemuda itu menoleh, tersenyum mendengar ucapan Ramza. "Lihat dirimu, serigala. Kamu juga penjahat, kan?"

Haikal langsung menendang bokong Ramza. "Diam kau berengsek! Gara-gara kamu semua jadi begini!" 

Setelah melewati pasar, mereka sampai di kantor polisi pusat Marseile, sebuah gedung tinggi lima tingkat yang dikelilingi tembok putih tinggi. Beberapa polisi menanti mereka di sana.

Related chapters

  • King Wish   7. Raja Jacob

    Suara nyanyian burung begitu merdu di taman bunga yang ditumbuhi banyak bunga berkelopak putih. Cahaya matahari pagi menerpa patung seorang wanita bertelinga singa yang memegang tongkat berkepala bundar ke angkasai ujung taman. Seorang pemuda duduk di kursi batu sambil membaca buku. Jubah putih berornamen di bagian belakang menutup tunik bangsawan putih berkancing emas. Rambut panjangnya terurai ke belakang. Dia Jacob, Raja Frankia. Wajah tirus Jacob mendongak memandang lekat patung di depan. Patung Isabella Lionese, mendiang permaisuri yang sangat dia cintai. "Buku ini telah tamat. Bagaimana menurutmu sayang? Apa cerita novel kali ini bagus? Aku harap bagus. Penulis kesukaanmu, Iskariot, setelah mendengar kamu menyukai bukunya, dia segera membuat buku baru tentang dirimu, sayangku. Besok akan aku coba meminta kopian sebelum terbit dan akan kubacakan untukmu seperti biasa. Semoga kamu suka, ya." Pria tua melangkah mendekat. Jub

    Last Updated : 2021-06-14
  • King Wish   8. Pertempuran Korup

    Tradisi sebelum masuk ke kantor polisi para penjahat berbaris di depan gedung selama beberapa jam. Mereka dijemur seperti ikan asin, lalu dilempari batu kerikil oleh para polisi dan warga yang melintas. Hal ini khusus bagi mereka yang tertangkap tangan melakukan kejahatan.Setelah tradisi selesai, mereka seperti hewan ternak digiring masuk ke kantor polisi. Sewaktu menjadi polisi Haikal selalu senang menendang pantat para penjahat ketika digiring masuk, sekarang dia tahu rasanya sol sepatu menghantam pantat."Masuk sana, dasar sampah masyarakat!" sentak polisi gendut."Berengsek, minta dihajar?" sentak Haikal."Haikal sabar, ingat kami penjahat," bisik Ramza."Tidak perlu kau ingatkan!" Benar-benar tidak nyaman ketika tali tambang melilit perut. "Tahu begini aku memakai kaos tebal. Sial."Mereka berhenti di depan pintu ruang pemeriksaan. Seorang polisi jangkung berwajah penuh jerawat menyetop mereka. "Kasus apa?""Narkotik," jaw

    Last Updated : 2021-06-20
  • King Wish   9. Revolusi

    Pertempuran terjadi di ruang Komandan. Ramza, Haikal dan empat pria bertudung berhasil menang melawan para polisi korup. Beberapa polisi baik bergabung dengan mereka. Para polisi baik ini melihat lambang kerajaan, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh ujaran kebencian dari komandan.Walau ruang sekarang berada di kendali polisi baik, tetapi pertempuran tetap pecah di kantor polisi.Di sepanjang lorong para polisi saling baku hantam dan berusaha saling membunuh. Polisi manusia di Ibu kota sepertinya telah lama mengendus rencana 'revolusi' oleh kaum manutang sehingga satu teriakan revolusi saja membuat mereka langsung menyerang manutang. Sekarang semua menjadi rumit seperti benang kusut."Sial, kemana larinya komandan tadi?" tanya Haikal. Ia merapikan jas panjangnya yang kusut."Dia di luar." Ramza menunjuk ke arah taman samping, membuat Jiro dan beberapa polisi mendekati jendela hendak melihat ke sana."Tembak mereka, para pembunuh Komandan T

    Last Updated : 2021-06-26
  • King Wish   10. Tujuan Misteri

    Bola mata Ramza bergetar ketika melihat meriam di tembakan. Dia melindungi kepala dari hajaran bola meriam yang mendarat ke lantai atas. Suara ledakan terjadi dan asap tebal kembali menyelimuti. Setelah semua sedikit reda dia berusaha bangun menopang dinding pergi ke tempat yang aman."Haikal, di mana kamu?""Habisi semuanya!" teriak salah satu pasukan royal guard ketika masuk melalui lubang di dinding.Ramza terduduk lemas. Pertempuran terjadi antara para polisi melawan pasukan elit. Senjata para polisi mengalami kesulitan untuk menembus pakaian besi. Sementara para pasukan elit dengan mudah menghabisi mereka semua tanpa belas kasih."Ini, ada satu di sini!" teriak salah satu pasukan royal guard, di tengah kemelut hendak menusuk Ramza memakai pedang. Akan tetapi Ramza sigap mengangkat rapier menembus sela di antara pakaian besi dan helm besi. Senjatanya semakin dalam menusuk karena badan pria itu ambruk menimpa Ramza.

    Last Updated : 2021-07-05
  • King Wish   11. Tugas Penting

    Ramza dan Haikal kembali ke mansion Lionese.Mereka menanti kehadiran Hektor seperti murid nakal kena hukum, berdiri dengan satu kaki, kedua tangan melipat di depan dada menjewer telinga masing-masing.Mereka bisa saja kabur atau duduk, asal Olivia. Nyatanya tidak. Mereka takut dengan gadis galak itu duduk di belakang desk di dekat pintu, sibuk menulis sesuatu.Tawa kecil dari beberapa pegawai yang berdiri di depan desk membuat wajah Ramza memerah. Dia yakin sebentar lagi seluruh Reims akan menjadikan ini sebagai gosip."Nona, sampai kapan kami berdiri seperti ini?" keluh Haikal. Dari cara memandang Victoria dengan mata menyipit, Ramza tahu sahabatnya itu sangat kesal.

    Last Updated : 2021-10-13
  • King Wish   12. Festival Musim Gugur.

    Di tepi danau Marseille, asap api unggun raksasa memecah gelap langit bertabur bintang nan indah. Di bawahnya, muda-mudi berdansa saling berpegangan tangan mengelilingi api unggun, mengikuti irama tabuhan gendang dan suara suling yang meriah.Pesta festival musim gugur selalu dirayakan sederhana. Ini saat di mana para bangsawan dan rakyat, juga keluarga kerajaan berbaur. Acara tahunan ini juga diikuti oleh seluruh delegasi negara-negara di benua Europin, sebagai tanda penghormatan bagi kerajaan Frankia.Ditepi keramaian, Ramza sibuk membenahi bros mahal hitam berlambang mawar putih di dada kanan, yang menahan kain hitam bercorak bunga putih menutup bagian kanan badan.Sama seperti Haikal, dia mengenakan tunik katun lengan panjang putih, bercelana kain hitam panjang, me

    Last Updated : 2021-10-15
  • King Wish   13. Cinta Bersemi

    Gadis manutang catt, ras yang sama seperti Ramza. Rambutnya kuning cerah panjang di atas pundak. Begitu manis wajah tirusnya, lalu netra indah berkancing warna kuning kecoklatan terbungkus kantung mata lembut berbentuk almond juga menjadi daya tarik gadis itu, mata yang indah hingga membuat Ramza gagal mengontrol ucapan. Dia keceplosan berbicara, "Cantik sekali." Mendengar gumam lembut Ramza, Sang gadis tersenyum lembut, menyembunyikan bibir tipis berwarna merah muda alami. Dia menjawab dengan ramah. "Terima kasih." Rasa malu seketika menbuat Ramza mundur beberapa langkah. Dia membuang muka tertunduk sambil menggaruk belakang kepala, lalu membungkuk sambil berucap, "M-maaf tadi aku tidak sengaja menabrak, Nona."

    Last Updated : 2021-10-16
  • King Wish   14. Tantangan Berduel

    Ini pertama kali Haikal berkumpul dengan para borjuis. Entah apa yang mereka bahas, dia tak tahu, tapi dari segi penampilan dia boleh diadu.Dia meneguk wine kelas atas mengamati Perdana Menteri tengah mengobrol dengan para petinggi."Haikal," tegur Jiro, menghampiri dari samping. Dia takjub dengan penampilan pemuda itu. "Lihat dirimu, seperti seorang Baron."Sanjungan selalu diterima dengan baik. "Terima kasih Tuan Jiro.""Jangan pakai Tuan." Jiro memandang ke sekitar. "Mana manutang serigala itu?""Mengejar wanita." Haikal menaruh gelas wine ke loyang yang pelayan bawa. "Ada perlu apa mengundang kami ke mari?"

    Last Updated : 2021-10-19

Latest chapter

  • King Wish   14. Tantangan Berduel

    Ini pertama kali Haikal berkumpul dengan para borjuis. Entah apa yang mereka bahas, dia tak tahu, tapi dari segi penampilan dia boleh diadu.Dia meneguk wine kelas atas mengamati Perdana Menteri tengah mengobrol dengan para petinggi."Haikal," tegur Jiro, menghampiri dari samping. Dia takjub dengan penampilan pemuda itu. "Lihat dirimu, seperti seorang Baron."Sanjungan selalu diterima dengan baik. "Terima kasih Tuan Jiro.""Jangan pakai Tuan." Jiro memandang ke sekitar. "Mana manutang serigala itu?""Mengejar wanita." Haikal menaruh gelas wine ke loyang yang pelayan bawa. "Ada perlu apa mengundang kami ke mari?"

  • King Wish   13. Cinta Bersemi

    Gadis manutang catt, ras yang sama seperti Ramza. Rambutnya kuning cerah panjang di atas pundak. Begitu manis wajah tirusnya, lalu netra indah berkancing warna kuning kecoklatan terbungkus kantung mata lembut berbentuk almond juga menjadi daya tarik gadis itu, mata yang indah hingga membuat Ramza gagal mengontrol ucapan. Dia keceplosan berbicara, "Cantik sekali." Mendengar gumam lembut Ramza, Sang gadis tersenyum lembut, menyembunyikan bibir tipis berwarna merah muda alami. Dia menjawab dengan ramah. "Terima kasih." Rasa malu seketika menbuat Ramza mundur beberapa langkah. Dia membuang muka tertunduk sambil menggaruk belakang kepala, lalu membungkuk sambil berucap, "M-maaf tadi aku tidak sengaja menabrak, Nona."

  • King Wish   12. Festival Musim Gugur.

    Di tepi danau Marseille, asap api unggun raksasa memecah gelap langit bertabur bintang nan indah. Di bawahnya, muda-mudi berdansa saling berpegangan tangan mengelilingi api unggun, mengikuti irama tabuhan gendang dan suara suling yang meriah.Pesta festival musim gugur selalu dirayakan sederhana. Ini saat di mana para bangsawan dan rakyat, juga keluarga kerajaan berbaur. Acara tahunan ini juga diikuti oleh seluruh delegasi negara-negara di benua Europin, sebagai tanda penghormatan bagi kerajaan Frankia.Ditepi keramaian, Ramza sibuk membenahi bros mahal hitam berlambang mawar putih di dada kanan, yang menahan kain hitam bercorak bunga putih menutup bagian kanan badan.Sama seperti Haikal, dia mengenakan tunik katun lengan panjang putih, bercelana kain hitam panjang, me

  • King Wish   11. Tugas Penting

    Ramza dan Haikal kembali ke mansion Lionese.Mereka menanti kehadiran Hektor seperti murid nakal kena hukum, berdiri dengan satu kaki, kedua tangan melipat di depan dada menjewer telinga masing-masing.Mereka bisa saja kabur atau duduk, asal Olivia. Nyatanya tidak. Mereka takut dengan gadis galak itu duduk di belakang desk di dekat pintu, sibuk menulis sesuatu.Tawa kecil dari beberapa pegawai yang berdiri di depan desk membuat wajah Ramza memerah. Dia yakin sebentar lagi seluruh Reims akan menjadikan ini sebagai gosip."Nona, sampai kapan kami berdiri seperti ini?" keluh Haikal. Dari cara memandang Victoria dengan mata menyipit, Ramza tahu sahabatnya itu sangat kesal.

  • King Wish   10. Tujuan Misteri

    Bola mata Ramza bergetar ketika melihat meriam di tembakan. Dia melindungi kepala dari hajaran bola meriam yang mendarat ke lantai atas. Suara ledakan terjadi dan asap tebal kembali menyelimuti. Setelah semua sedikit reda dia berusaha bangun menopang dinding pergi ke tempat yang aman."Haikal, di mana kamu?""Habisi semuanya!" teriak salah satu pasukan royal guard ketika masuk melalui lubang di dinding.Ramza terduduk lemas. Pertempuran terjadi antara para polisi melawan pasukan elit. Senjata para polisi mengalami kesulitan untuk menembus pakaian besi. Sementara para pasukan elit dengan mudah menghabisi mereka semua tanpa belas kasih."Ini, ada satu di sini!" teriak salah satu pasukan royal guard, di tengah kemelut hendak menusuk Ramza memakai pedang. Akan tetapi Ramza sigap mengangkat rapier menembus sela di antara pakaian besi dan helm besi. Senjatanya semakin dalam menusuk karena badan pria itu ambruk menimpa Ramza.

  • King Wish   9. Revolusi

    Pertempuran terjadi di ruang Komandan. Ramza, Haikal dan empat pria bertudung berhasil menang melawan para polisi korup. Beberapa polisi baik bergabung dengan mereka. Para polisi baik ini melihat lambang kerajaan, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh ujaran kebencian dari komandan.Walau ruang sekarang berada di kendali polisi baik, tetapi pertempuran tetap pecah di kantor polisi.Di sepanjang lorong para polisi saling baku hantam dan berusaha saling membunuh. Polisi manusia di Ibu kota sepertinya telah lama mengendus rencana 'revolusi' oleh kaum manutang sehingga satu teriakan revolusi saja membuat mereka langsung menyerang manutang. Sekarang semua menjadi rumit seperti benang kusut."Sial, kemana larinya komandan tadi?" tanya Haikal. Ia merapikan jas panjangnya yang kusut."Dia di luar." Ramza menunjuk ke arah taman samping, membuat Jiro dan beberapa polisi mendekati jendela hendak melihat ke sana."Tembak mereka, para pembunuh Komandan T

  • King Wish   8. Pertempuran Korup

    Tradisi sebelum masuk ke kantor polisi para penjahat berbaris di depan gedung selama beberapa jam. Mereka dijemur seperti ikan asin, lalu dilempari batu kerikil oleh para polisi dan warga yang melintas. Hal ini khusus bagi mereka yang tertangkap tangan melakukan kejahatan.Setelah tradisi selesai, mereka seperti hewan ternak digiring masuk ke kantor polisi. Sewaktu menjadi polisi Haikal selalu senang menendang pantat para penjahat ketika digiring masuk, sekarang dia tahu rasanya sol sepatu menghantam pantat."Masuk sana, dasar sampah masyarakat!" sentak polisi gendut."Berengsek, minta dihajar?" sentak Haikal."Haikal sabar, ingat kami penjahat," bisik Ramza."Tidak perlu kau ingatkan!" Benar-benar tidak nyaman ketika tali tambang melilit perut. "Tahu begini aku memakai kaos tebal. Sial."Mereka berhenti di depan pintu ruang pemeriksaan. Seorang polisi jangkung berwajah penuh jerawat menyetop mereka. "Kasus apa?""Narkotik," jaw

  • King Wish   7. Raja Jacob

    Suara nyanyian burung begitu merdu di taman bunga yang ditumbuhi banyak bunga berkelopak putih. Cahaya matahari pagi menerpa patung seorang wanita bertelinga singa yang memegang tongkat berkepala bundar ke angkasai ujung taman. Seorang pemuda duduk di kursi batu sambil membaca buku. Jubah putih berornamen di bagian belakang menutup tunik bangsawan putih berkancing emas. Rambut panjangnya terurai ke belakang. Dia Jacob, Raja Frankia. Wajah tirus Jacob mendongak memandang lekat patung di depan. Patung Isabella Lionese, mendiang permaisuri yang sangat dia cintai. "Buku ini telah tamat. Bagaimana menurutmu sayang? Apa cerita novel kali ini bagus? Aku harap bagus. Penulis kesukaanmu, Iskariot, setelah mendengar kamu menyukai bukunya, dia segera membuat buku baru tentang dirimu, sayangku. Besok akan aku coba meminta kopian sebelum terbit dan akan kubacakan untukmu seperti biasa. Semoga kamu suka, ya." Pria tua melangkah mendekat. Jub

  • King Wish   6. Penjual Obat

    Ramza dan Haikal beruntung dipinjami kuda sehingga bisa melesat langsung menuju Marseile. Berjalan kaki mungkin butuh tiga hari, tapi dengan kuda dalam satu hari perjalanan mereka tiba ke tujuan.Keduanya menginap di penginapan luar kota demi menghemat pengeluaran. Hektor memberi uang cukup banyak, tapi Haikal bersikeras untuk menyewa satu kamar, demi menabung uang untuk judi esok sekembalinya ke Reims.Ramza membanting badan ke kasur. Seperti anak kecil kedua kaki dan tangan bergerak naik turun hingga seprei kasur kusut. "Kal, bagaimana cara berjualan narkoba?""Jualan ya di pasar," jawab Haikal, menutup pintu kamar."Jadi kita ke pasar?""Ya iya lah. Kata Paman Hektor barang itu di taruh di gang dekat pasar. Pasti beliau menyuruh kita berjualan di sana.""Yang benar?" Ramza duduk bersila kaki di kasur, memandang Haikal berganti baju. "Emang Paman menyuruh menjual di sana?"Haikal menggeleng . Dia duduk di tepi kasur di sebelah kasur

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status