Bima berendam di bathtub, dia memikirkan kegelisahan nya yang menurut dirinya sendiri sangat berlebihan.
"Kenapa ini? baru kali ini aku ngerasain gelisah kayak gini!" gumam Bima menutupi wajahnya. [Karena kau tidak mau kehilangannya bos! simple tapi penting! ini menandakan bahwa perasaanmu sudah kembali hidup!] 'Wowww! ini pencapaian langka!' ucap Kong. "Entahlah! aku cuma mau tenang bob! gimana caranya anjink!" teriak Bima memukul tembok. [Santai bos! rileks! jangan teriak teriak! kau sudah punya anak bodoh!] Bima mengusap wajahnya berkali-kali dengan kasar, Bima benar-benar bingung kenapa dirinya bisa jadi seperti ini. Perasaan gelisah apa ini! Bima segera menyelesaikan mandinya lalu pergi keluar untuk menenangkan dirinya. Bima duduk di gazebo, merokok sembari melamun seperti kebiasaannya ketika terkena masalah. Teman-temannya ingin sekali bertanya pada Bima, tapLedakan ledakan dahsyat pun mulai terdengar nyaring sampai beberapa kilo meter jauhnya. Siaran live dari berbagai stasiun televisi mulai ramai di kunjungi masyarakat luas. Peperangan sengit yang di tunggu tunggu semua orang adalah pertarungan antara Bos monster melawan ketua guild nomor satu dunia. Namun momen itu tidak kunjung datang, bukannya melihat pembantaian yang di lakukan guild itu, mereka malah melihat guild The Devil's Crew kewalahan dan terkena beberapa kali serangan monster. Beberapa orang memang kecewa, tapi banyak juga yang masih menunggu kejutan dari guild itu. Sudah 30 menit berlalu, tapi masih tidak ada tanda tanda kejutan dari guild The Devil's Crew. Bukannya kejutan yang luar biasa hebat, mereka malah melihat guild The Devil's Crew di kepung puluhan ribu monster. Hal ini tentu saja membuat banyak orang kebingungan dengan guild itu, tidak biasanya mereka selemah ini. "Bim! ayo bim! brengsek!" teriak Riski
Sesampainya di basecamp Bima langsung pergi ke kamar kosong untuk mandi membersihkan sisa darah yang mengering di tubuhnya. "Halo, kau sudah lihat live tadi kan?" ucap Bima dengan telepon di telinganya. "Lakukan, jangan sisakan satu keturunan pun! sesuai perkataanku tadi ya, gantung terbalik dan tebas kepalanya!" ucap Bima lagi. "Aku tunggu hasilnya." ucap Bima menutup telepon. [Wooo! pembunuhan yang seru!] 'Sudah lama aku tidak menghirup aroma amis ini bos!' ucap Kong. Bima tidak menggubris mereka, Bima berendam di air hangat supaya otot-otot nya tidak keram sekaligus supaya dirinya tenang. Tok...tok...tok... "Sayang, kamu di dalam?" panggil seseorang yang sangat Bima sayangi sampai kapanpun. "Iya." jawab Bima. "Cepetan ya, aku mau ngomong." ucap orang itu. Bima bergegas menyelesaikan mandinya, berpakaian lalu keluar da
Pukul 07.00 pagi, Bima pergi ke ruang gym setelah ganti baju dan makan roti tawar. Bima melakukan olahraga rutin yang sudah menjadi kebiasaan barunya. Puas dengan gym, Bima pergi ke alam Surgawi untuk lanjut berlatih beberapa teknik dan pengendalian energi. Selesai berlatih Bima pun keluar dari Alam Surgawi, sengaja Bima berlatih lebih lama dari sebelumnya karena latihan rutin guild sedang libur. Jadi Bima berlatih dengan Sistem bisa los sampai jam makan siang atau bahkan bisa sampai sore hari. Bima keluar dari Alam Surgawi dan langsung pergi ke kamar kosong tempatnya kemarin tidur untuk bersih bersih. Selesai mandi Bima pun pergi ke kamarnya untuk menengok kedua putranya. "Lah, kemana dua bocilku?" gumam Bima bingung. [Mungkin ke bawah bos, nyonya Silvia juga butuh teman ngobrol] "Benar juga, aku juga mau makan lah." ucap Bima pergi ke lantai bawah. Benar saja, ternyata Silvia s
Walaupun tenggorokannya terasa terbakar Bima terus saja meminum alkohol sambil bernyanyi nyanyi di atas muntahan darahnya sendiri.Sistem yang tidak tega pun memanggil Howard, Fergie, Smith, dan Adrian dengan panggilan darurat. Mereka berempat dengan cepat datang dan di buat kaget dengan kondisi Bima yang sudah benar-benar di ambang hidup dan mati."Masih bisa! bertahanlah nak! ayo!" teriak Smith melakukan penanganan pertama di bantu Adrian kakaknya."Arghhhh! bodoh!" teriak Howard penuh amarah dan dendam.[Adikmu itu sudah buta atau bagaimana bodoh! apa dia tidak paham sikap bos? apa dia tidak paham dengan semua cerita Kong? apa dia benar-benar sebodoh dan setolol itu?!]"Aku tidak tau!" teriak Howard menutup wajahnya sembari menangis frustasi."Nak! bangun!" teriak Adrian saat merasakan detak jantung Bima yang mulai melemah."Bima! ayo nak! paman mohon!" teriak Smith meneteskan air mata.Namun sayang, usaha me
Bima mengunci kamar kosong tempatnya tidur kemarin, setelah itu dia rebahan di kasur dengan rasa sakit hati yang tidak bisa di hilangkan.[Bos, soal jadwal latihan? kau mau bagaimana?]"Pokoknya full setiap hari, 2 hari sekali masuk dungeon." jawab Bima.[Baiklah, aku akan persiapkan]Bim beranjak dari kasur dan duduk di balkon kamar, menyulut rokoknya dan kembali melamun menatap pemandangan sore hari dari sana."Makin di pikir makin bundet!" gumam Bima memijat dahinya.Pukul 19.00, pintu kamar di ketuk, Bima yang masih asik melamun tidak memperdulikan ketukan itu."Bim, ayo makan nak." panggil Jhon.Bima pun membuka pintu kamar dan menatap Jhon dengan tatapan sayu."Makan malam, aku tau kamu lapar. Sudah tidak perlu di jawab jika mereka menasehatimu atau memintamu baikan. Aku tau rasanya, mari makan dulu, setelah itu lanjutkan galaumu." ucap Jhon merangkul Bima.Bima hanya nurut saja, dia berj
Bima pergi ke gazebo, dia duduk sembari menonton TV menunggu kedatangan Alan membawakan pesanannya. Bima menyeruput kopinya lalu menyulut rokoknya sambil menonton berita di TV mengenai pembantaian keluarga Buana yang dilakukan oleh Gangster Sky Black Dragon.Lama Bima duduk di sana sendirian, sampai akhirnya pukul 23.00 malam, bell rumah berbunyi. Bima berjalan ke depan sembari menghisap rokoknya. Benar dugaan Bima, yang datang adalah Alan dan dua asistennya yang membawa satu kotak pendingin."Pesanan bos." ucap Alan.Bima membuka kotak pendingin itu untuk mengecek darah di dalamnya."Terimakasih ya." ucap Bima."Santai bos, kalau begitu kami pergi dulu ya." ucap Alan."Hati hati." ucap Bima.Setelah Alan dan asistennya pergi, Bima pun membawa kotak pendingin itu ke halaman belakang. Ternyata di gazebo Bima sudah di tunggu oleh Silvia yang terlihat menunduk lesu sambil menangis."Kenapa belum tidur?" tanya Bima duduk di sebelah Silvia sambil membuka kotak pendingin yang berisi 10 boto
Booommmm.....Booommmm...Booommmmm....Ledakan ledakan dahsyat terus terdengar bersahut-sahutan menjadi musik yang mengiringi pertempuran Bima yang sangat epic.Tidak seperti biasanya yang selalu bertarung penuh tekanan dan berat. Kali ini Bima bergerak sangat lincah, dia melompat kesana-sini sambil mengayunkan pedangnya.Bima terlihat sangat santai dan terlihat seperti lepas dari sebuah belenggu yang selama ini mengekang gerakannya. Gerakannya tegas, berirama, lincah, dan mematikan, hal ini membuat para monster ragu untuk menyerang.Dan saat musuh merasa ragu itulah waktu yang tepat untuk menggunakan skill yang Bima pelajari bertahun-tahun lamanya. Berbagai skill Bima keluarkan, dia juga mencoba kombinasi dengan semua bawahannya satu persatu kecuali Drago.Sistem tidak diam saja, dia menganalisis pergerakan Bima, dia mencatat semua kekurangan yang ada di tubuh Bima dan kekurangan di kombinasi antara tuan dan anak buah.
Keesokan harinya, seperti biasa, Bima pergi jogging keliling komplek 5 putaran. Setelah itu dia ngegym di ruang olahraga basecamp, puas dengan gym, Bima pun istirahat sejenak untuk menikmati sarapan yang istrinya bawakan.Setelah puas sarapan, Bima lanjut ke Alam Surgawi untuk melakukan latihan rutin. Sedangkan teman-temannya langsung berlatih sesuai arahan Bima tadi sebelum pergi.Teman-temannya akan berlatih mandiri sampai jam makan siang, setelah makan siang barulah Bima mendampingi mereka sebagai seorang pelatih.Henry untuk minggu ini izin cuti karena ingin pergi honeymoon di Jogja. Jadi untuk minggu ini Bima tidak terlalu menekan mereka karena takut Henry ketinggalan.Bima juga tidak menyuruh mereka ambil misi, jadi satu minggu full mereka cukup berlatih tanpa ada praktek di lapangan.Di minggu selanjutnya baru Bima menjalankan latihan seperti biasanya. Ambil misi setiap hari, latih tanding antar tim, evaluasi gerakan di ruang rapat