Share

BAB VI Kedatangan Detektif

Author: ArjumandViva
last update Last Updated: 2021-06-07 23:24:26

Hujan deras disertai petir menggelegar membuat suasana rumah Tar bertambah suram. Sudah sebulan sejak Alex menghilang belum ada sama sekali petunjuk yang berarti. Pihak kepolisian sudah menangani kasus itu dengan usaha yang maksimal. Dua orang detektif muda masih terus mencari jejak dan bukti-bukti demi menemukan kembali orang bernama Alex yang dilaporkan hilang secara misterius di sebuah villa dekat dengan hutan pinus.

“Kasus ini membuatku gila. Apakah kau percaya takhayul?” salah satu detektif yang bernama Marko bertanya kepada rekannya.

“Aku tipikal orang yang selalu realistis. Bisa jadi ini kasus penculikan untuk penjualan organ vital. Susah dipecahkan karena sang pelaku sangat jeli dan teliti. jika kita mampu memecahkannya mungkin sindikat penjualan organ ini bisa segera kita ringkus,” jawab detektif Devgan.

“Please! Beberapa saksi di lokasi kejadian menyebut melihat monster menyerupai manusia burung. Jika itu satu orang saksi, aku percaya ia mengidap gangguan mental. Namun, ada empat orang saksi yang mengaku melihat makhluk mitologi itu melompat dari jendela kamar korban di hari kejadian. Apakah itu masih kurang valid?”

“Kau benar ada empat orang saksi. Salah satu terindentifikasi sebagai saudara sepupu korban. Namanya adalah Tar, pemilik rumah ini. Lihat keadaannya. Dua minggu yang lalu ia menjadi pasien rawat inap di Rumah Sakit Jiwa dengan penanganan khusus karena depresi berat dan halusinasi akut. Ia selalu menyebut-nyebut tentang kutukan, werewolf, vampir, dan monster burung yang sedang memburunya. Setiap saat ia selalu memanggil-manggil nama korban.”

“Bukankah itu hal yang wajar, jika seseorang menjadi depresi setelah mengalami kejadian di luar nalar? Toh masih ada tiga saksi lainnya hanya melihat sepintas dan tidak sejelas yang diakui oleh saksi pertama. Manusia burung? Hello, di jaman millenial seperti sekarang kenapa masih ada yang percaya?”

“Lantas bagaimana kau akan menyangkal penuturan empat saksi yang sama-sama menyebutkan tentang burung bersayap merah muda, paruh kecil, dan wujud setengah manusia?”

“Aku hanya tidak habis pikir dengan kau Devgan. Buat apa kau menempuh pendidikan tinggi jika begitu saja percaya dengan mitos? Saat ini teknologi sudah semakin maju. Lagi pula, menurutku itu bukan monster, tetapi salah satu pelaku penculikan yang bertugas untuk mengalihkan perhatian dengan mengenakan kostum hallowen manusia burung lengkap dengan make up yang mendukung. Kasus ini tetap melibatkan sebuah tim, bukan individu.”

“Kita berdua sudah melakukan penyelidikan mendalam di tempat kejadian. Kamar itu masih seperti semula. Tidak ada tanda-tanda penyerangan atau perlawanan. Kita juga sudah mengecek sidik jari pada barang-barang, gagang pintu, dan jendela. Hanya ditemukan sidik jari Tar dan korban. Jika itu kasus penculikan, bagaimana cara pelaku membawa korban keluar sedangkan ukuran jendela kamar sangat kecil hanya muat untuk satu orang? Apalagi posisi jendela waktu itu terkunci dari dalam. Kasus ini tidak biasa. kita tidak bisa menanganinya dengan menggunakan sebatas realita dan logika.”

“Aduh Devgan. Lantas menurutmu kita harus percaya dengan hantu, monster, dan vampir?”

“Sepertinya begitu. Kita pastikan dulu penjelasan dari Tar.”

“Oke.”

            Tar keluar dari kamar dengan raut muka pucat. Mama dan papanya berada di sampingnya. Kali ini orang tua Alex sedang berada di rumah sakit. Mamanya drop dan sedang dalam penanganan intensif.

“Selamat siang detektif Marko dan detektif Devgan. Putra kami sudah siap memberikan informasi. Dokter memperbolehkan asal di bawah pengawasan orang tua. Kami harap segera ditemukan petunjuk agar keponakan kami bisa ditemukan dengan cepat. Tolong detektif, kakak saya sudah amat menderita dengan hilangnya Alex,” mama Tar setengah memohon dengan nada penuh putus asa.

“Mohon maaf jika kami berdua datang saat kau belum pulih total,” kata detektif Marko.

“Tidak masalah. Saya sudah siap dengan pertanyaannya,” Tar menjawab dengan mantap.

“Baiklah. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, saksi kunci dalam kasus ini adalah dirimu. Sebenarnya kami membutuhkan keterangan darimu pada hari kejadian perkara. Namun, kondisi waktu itu belum memungkinkan. Kami ingin tahu seperti apa pribadi Alex dan apa yang ia lakukan sebelum menghilang?” Detektif Devgan memulai pertanyaannya.

“Kami pergi tamasya keluarga. Di sana ada arca keramat yang tidak boleh disentuh. Saya sudah memberi peringatan kepada Alex untuk berhati-hati dan jaga sikap. Sayangnya, Alex tidak percaya dan menganggap nasehat saya sebagai bualan konyol. Jadi, Alex melakukan tindakan yang sangat fatal. Sampai di villa Alex menunjukkan gelagat yang aneh. Katanya sandwich kami basi, pizzanya tidak enak sampai ia muntah-muntah. Biasanya dua makanan itu favoritnya. Hal tidak wajar selanjutnya, ia makan pisang yang sebelumnya sangat ia hindari. Puncaknya, ia histeris di ruang tengah karena merasa mendengar obrolan seseorang. Padahal hanya ada saya dan Alex saja di tempat itu. Alex pingsan dan saya membantunya masuk ke kamar. Begitu malam tiba saya mencoba check, tetapi Alex sudah tidak ada. Saya justru melihat monster manusia burung duduk di atas tempat tidur. Saya menjerit lalu melemparkan bubuk bawang putih ke arahnya. Kemudian semua jimat yang saya bawa juga. Ia terlihat kaget dan berlari serta melompat dari jendela. Ia masuk ke area hutan pinus.”

“Jadi monster manusia burung itu kabur melalui jendela menuju arah hutan pinus?” Marko tampak penasaran.

“Iya, saya takut jadi tidak ikut mengejarnya. Semua jimat yang saya lempar ternyata tidak ada satupun yang mempan.”

“Kau tidak melihat gelagat aneh dari makhluk yang sebut monster? Maaf sebelumnya. Logikanya kalau benar makhluk itu monster burung, seharusnya ia terbang saat keluar dari jendela. Tinggi jendela itu kira-kira dua meter dari permukaan tanah. Kemudian semua jimatmu tidak mempan. Apakah kau tidak memikirkan tentang dua keadaan ini? Bisa saja itu hanya seorang bandit yang memakai kostum burung untuk pengecoh agar kasus penculikan Alex dapat ditutupi,” Marko mencoba menggiring Tar ke dalam pemikirannya.

“Tidak! Terlalu sempurna jika anda mengira itu hanya sekadar kostum. Biasanya kostum kekecilan atau terlalu besar. Yang saya lihat benar-benar wujud setengah manusia setengah burung lengkap dengan bulu-bulunya.”

“Kau hanya melihat satu. Jika itu memang monster, lalu Alex dimana?”

“Entahlah. Saya tidak mau berspekulasi buruk. Tolong sekali lagi cari jejak manusia burung itu di hutan pinus!” Tar setengah memohon.

“Kami sudah masuk hutan begitu ada laporan. Belum ditemukan jejak sama sekali. Semua rekaman CCTV yang ada di area villa dan sekitarnya juga tidak memberikan petunjuk apa-apa. Kebetulan manusia burung melarikan diri pada wilayah yang tidak dijangkau CCTV dan kamar yang Alex gunakan juga tidak ada rekamannya. Alasan dari pihak pemilik villa adalah untuk menjaga privasi pengunjung.”

“Tolong sekali lagi. Bulunya berwarna merah muda seperti flamingo.”

“Maaf kami sudah melakukan pencarian di hutan selama berhari-hari dan belum ada keputusan dari atasan untuk tindakan lebih lanjut.”

            Dua detektif itu segera berpamitan. Belum ada perkembangan yang berarti. Marko semakin alergi dengan cerita takhayul yang dipercaya oleh Tar. Sedangkan Devgan secara diam-diam semakin penasaran dengan arca keramat dan kutukan.

“Bagaimana Dev, apakah kau ingin kita ke kafe terdekat dulu?” Marko menawarkan.

“Aku ingin segera pulang. Ada hal yang harus kuurus.”

“Baik. Lain kali saja. Mitos ini begitu menjijikkan.”

            Devgan tidak menyahut obrolan rekannya. Wilayah ini tidak asing baginya. Sewaktu kecil, neneknya sering mendongeng tentang dunia bawah untuk orang-orang terkutuk. Entah dari mana nenek mengetahui legenda seperti itu. Mungkin diceritakan secara turun-temurun dari para leluhur. Ceritanya lumayan seru. Horor yang berbalut romansa. Kata nenek ia mengalami sendiri kejadian aneh yang diduga ada hubungannya dengan mitos tentang dunia terkutuk. Dulu kekasih nenek dari detektif Devgan adalah orang yang berpendidikan tinggi di masanya. Sayangnya, orang itu bukan kakeknya. Namun, ia adalah cinta sejati nenek. Parasnya rupawan dan sangat sopan. Saat itu banyak serigala liar yang mendadak hilang. Beberapa anak kecil juga tidak ditemukan. Tiba-tiba pada suatu hari di mana bulan purnama bersinar sangat terang, nenek menyaksikan kekasihnya berubah menjadi manusia serigala dan tidak pernah kembali lagi. Manusia lain tidak bisa menolongnya. Namun, cenayang penjaga hutan mungkin tahu sesuatu.

            Hutan yang dimaksud nenek Devgan adalah tempat monster burung itu kabur. Anehnya lagi, kejadian hilangnya Alex bersamaan saat bulan purnama. Tar juga menceritakan tentang kutukan. Devgan memutuskan untuk menghubungi Tar lagi tanpa melibatkan Marko. Ia bertekad mencari jejak monster burung ke hutan bersama Tar.

            Sehari kemudian dengan persiapan yang matang, Tar dan Devgan sudah berada di pintu masuk hutan. Mereka membawa perbekalan layaknya orang naik gunung. Senter, tenda, jas hujan, air, makanan, parafin, selimut, dan sebagainya. Tidak lupa Tar membawa semua jimat yang tersisa di dalam tas kecil di pundaknya.

“Mengapa kau mempercayai ceritaku? Padahal dokter serta perawat di rumah sakit menyebutku gila. Bahkan detektif Marko kelihatan capek mendengar penuturanku waktu itu,” Tar memulai perbincangan untuk mencairkan suasana.

“Sebenarnya semua ini masih fifti-fifti. Antara percaya dan tidak. Namun, kasus Alex menurutku tergolong luar biasa. bagi kami para detektif, ini salah satu penculikan yang begitu sempurna. Di sisi lain, makhluk-makhluk mitologi dan dunianya sudah begitu melegenda bagi penduduk sini. Neneku juga pernah bercerita tentang kutukan dan  monster. Ada kesamaan dengan ceritamu,” jelas Devgan.

“Terimakasi. Karena rasa penasaranmu itulah harapanku untuk menemukan Alex kembali meningkat lagi. Memang tidak ada kepastian akan hasil yang diperoleh dari usaha kita kali ini. Namun, hidupku tidak akan tenang jika tidak berbuat apa-apa untuk menyelamatkan saudaraku.”

“jangan terlalu sedih. Anggap saja perjalanan kita ini sebagai kemah akhir pekan.”

            Suasana malam di hutan pinus dipenuhi suara-suara hewan. Serangga malam mengeluarkan bunyi melengking membuat telinga berdengung. Sekelompok kelelawar beterbangan hendak mencari buah-buahan sebagai santapan malam. Beberapa monyet bergelantungan di atas dahan yang tidak terlalu tinggi. mungkin satwa-satwa ini terusik kenyamanannya dengan kehadiran dua orang tamu yang tidak pernah diundang. Sadar ataupun tidak Tar dan detektif Devgan membuat rutinitas penghuni hutan menjadi terganggu. Langkah kaki keduanya membuat suara berisik saat menginjak batang pohon kecil yang sudah kering. Obrolan mereka membuat kaget hewan pengerat maupun hewan bersayap yang ada di sekeliling jalur pencarian jejak monster manusia burung.

“Aduh,” Tar terjatuh karena tersandung akar pohon.

“Ada apa? Apakah kau baik-baik saja?” detektif Devgan berbalik ke arah Tar. Gerakannya cepat membantu Tar agar bisa berdiri.

“Oh, tidak! Kakiku sepertinya terkilir.”

“Bukan pertanda baik. Mari kita dirikan tenda di dekat pohon beringin besar.”

“Mengapa harus di sana?”

“Kau takut?”

“Maksudku banyak tempat lain yang lebih baik,” muka Tar memerah.

“Pohon besar itu cocok untuk kita. Akarnya juga kokoh dan pastinya menyerap banyak air. Apa kau mau kita terkena banjir di hutan ini? Kita tidak bisa menebak apakah nanti akan turun hujan atau tidak.”

            Kata-kata detektif Devgan sangat masuk akal. Tentunya ia menguasai teknik survival sehingga paham kondisi vegetasi hutan dan tahu cara bertahan dalam segala keadaan. Tar hanya bocah ingusan yang memiliki tekad kuat, tetapi bernyali ciut. Entah kapan ketakutannya dengan makhluk-makhluk astral bisa sedikit berkurang. Satu hal yang pasti, setelah Alex menghilang dirinya menjadi penakut kelas kakap.

            Tenda segera didirikan. Tar menyesal tidak ikut organisasi kepanduan. Ternyata bertahan hidup di alam terbuka membutuhkan ilmu tidak hanya sekedar mengandalkan wajah yang rupawan. Segalanya diselesaikan oleh detektif Devgan dengan cepat. Hanya butuh beberapa menit saja parit sudah digali disekitar tenda. Tempat memasak sederhana sudah siap. Persediaan makanan yang dibawa cukup banyak. Tar membawa marsmellow. Devgan menyiapkan daging bumbu barbeque untuk dibakar dan juga jagung.

“Apakah kau tahu sesuatu tentang rahasia hutan pinus ini?”

“Aku tahu sedikit. Aku mau bercerita asal kau tidak menganggapku sebagai pembual.”

“Tenang saja. Aku percaya bahwa vampir, werewolf dan sejenisnya ada di dunia ini. Mungkin sekarang mereka sedang bersembunyi atau justru sedang mengintai kita.”

“Kau seperti bocah kolosal yang hidup di era milenial.”

“Tidak masalah. Toh aku benar-benar melihat monster manusia burung.”

“Cerita turun temurun yang berkembang dari jaman nenek moyang, hutan ini memiliki seorang penjaga. Orang itu adalah cenayang yang memiliki setengah kekuatan Dewa. Si cenayang mampu mengetahui kejadian di masa lali dan masa depan. Tidak semua orang mampu berinteraksi dengannya. Keberadaanya disembunyikan. Sayangnya, ia menanggung tanggungjawab dan pantangan yang berat. Jika ia mencintai seseorang yang tidak ditakdirkan untuknya, maka sepertiga umurnya akan hilang sekejab. Konon ia mampu berkomunikasi dengan makhluk-makhluk mitologi dan bisa masuk ke dunia bawah.”

“Pasti cenayang penjaga hutan ini sudah tua renta dan keriput,” Tar mulai mengoceh.

            Tiba-tiba terdengar bunyi benda jatuh seperti dentuman keras dari arah utara. Detektif Devgan dan Tar segera berlari untuk menyelamatkan diri. Mereka hanya membawa senter.

Related chapters

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB VII Tulang Belulang

    Suasana hutan menjadi riuh. Burung-burung beterbangan karena kaget mendengar suara keras. Tar berlari mengikuti detektif Devgan. Hutan itu seakan menolak kehadiran mereka berdua. Akhirnya ada sebuah batu yang besar dan memiliki lubang di bagian tengah. Sepintas bentuknya mirip gua dan menjadi alternatif terbaik sebagai tempat sembunyi. Baik Tar maupun detektif Devgan belum bisa bernapas lega. Keduanya sulit berhirup oksigen dan penuh keringat dingin. Senter yang mereka bawa benar-benar berguna dalam keadaan seperti itu. Mereka berdua segera membersihkan sedikit tempat untuk sekedar duduk dan bersandar. Sebenarnya tempat itu berbau menyengat. Sisa-sisa buah busuk bercampur kotoran hewan bertebaran di mana-mana. Namun, mereka berdua tetap bertahan.“Bagaimana keadaanmu? Apakah baik-baik saja?” tanya detektif Devgan.“Buruk. Napasku masih belum stabil. Jantungku hampir copot. Suara apa itu tadi? Kenapa kita harus melarikan diri seperti ini?” Tar be

    Last Updated : 2021-06-08
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB VIII Misi Penyamaran

    Secepatnya polisi segera di TKP (tempat kejadian perkara) penemuan tulang belulang manusia. Detektif Devgan menyalakan alarm bantuan. Kini, hutan itu menjadi semakin ramai oleh polisi bersama tim forensik dan media yang hendak meliput berita. Hewan-hewan penghuni hutan semakin kuwalahan menghadapi para manusia yang tingkat kepekaannya rendah untuk sedikit memahami tata krama saat berada di alam terbuka.“Bodoh! Mengapa kau bergerak sendiri tanpa berdiskusi dengan tim?” suara detektif Marko meninggi. Mukanya memerah karena menahan amarah.“ya, kuakui bahwa tindakanku gegabah. Namun, kau sama sekali tidak peduli dengan penuturan dari saksi kunci sehingga kita belum bisa menemukan apa-apa,” detektif Devgan merasa lelah dan banyak tanah mengotori baju serta celananya.“Mitologi lagi yang kau bahas. Sadarlah! Kau telah membawa saksi ke dalam keadaan berbahaya. Jika kerangka yang kau temukan itu adalah korban pembunuhan, berarti pelaku bi

    Last Updated : 2021-06-09
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB IX Hujan Api

    “Bangunlah! Ayo bangun! Kumohon, jangan mati di sini!” Sebuah suara yang masih asing bagi Kinara terdengar dari samping kirinya. Perlahan mata Kinara mulai terbuka. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang ada di dalam ruangan sempit. Udaranya pengab dan terasa panas. Bulu-bulunya seperti mengering. Kepalanya masih pening. Tangan kanannya terasa ngilu, berat, perih, dan macam-macam bercampur menjadi satu. Alas tidurnya keras. Meski begitu terlalu hangat seperti di samping perapian. Tenaganya terkuras habis. Entah kenapa ia sangat ingin minum. Perutnya juga lapar.“Di mana aku?” suara Kinara terdengar lirih seperti orang berbisik.“Astaga, terimakasih. Akhirnya kau sadar juga. Kita sudah berada di tempat ini selama dua hari,” manusia kelinci memegang kakinya dan tersenyum senang.“Kau siapa? Tempat apa ini?”“Rupanya

    Last Updated : 2021-06-09
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB X Diam

    Hujan api telah berhenti. Kinara dan Rhara masih berada di dalam terowongan dengan persediaan makanan yang semakin menipis. Rasa haus mencekik kerongkongan Kinara. Rhara masih memantau sekeliling menggunakan teropong tahan api.“Bagaimana keadaan di luar? Kapan kita mulai mencari air? Aku mulai dehidrasi,” Kinara terbatuk-batuk sedikit dan mengusap keringat yang terus bermunculan di dahinya.“Lihatlah sendiri keadaan di luar!” Rhara menyerahkan teropongnya. Mata Kinara terasa pedih. Terlihat suasana di luar terowongan masih penuh kabut disertai asap. Lama-lama api mulai mengecil kemudian benar-benar padam. Semua pohon, rumput, dan bunga-bunga habis dilalap api. Langit berwarna abu-abu pekat. Negeri dongeng itu luluh lantah dalam waktu singkat. Sekarang menyerupai pada abu. Dominasi warna masih hitam dan sedikit putih dari kepulan asap. Kering kerontang tanpa ada air.

    Last Updated : 2021-06-10
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XI Ganesha

    “Badanku terasa bugar kembali. Berhari-hari kita terjebak di dalam terowongan. Terimakasih Rhara. Kau telah mencegahku bertindak bodoh. Jika kau bukan kelinci, aku tidak tahu harus berlindung di mana saat ada bencana.”“Sama-sama. Kenyataannya kau menolongku lebih dulu. Aku sudah mengalami hujan api dua kali. Setiap hal ini terjadi, aku merasa sedih. Kasihan mereka yang harus menghabiskan hidupnya di Blackland. Tidak ada kebahagiaan di sana.”“Sudahlah. Kita akan segera bertemu dengan Ganesha.”“Di mana kebun Blackberry itu? Kita akan kesulitan menemukannya karena tidak ada peta di sini.”“Tenanglah! Kita akan mencarinya lewat jalur udara.”“Maksudmu?” Rhara tidak mengerti dengan ide Kinara.“naiklah ke punggungku!”“A-aku, ragu-ragu. Apa yang akan kau lakuka?”“Percayalah padaku. Kau tidak akan pernah menyesal.”&

    Last Updated : 2021-06-11
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XII Petualangan di Kebun Bunga

    Tanah di sekitar Kinara sedikit bergetar karena Rhara masih melompat-lompat kegirangan seolah-olah mendapatkan juara I dalam sebuah perlombaan basket antar sekolah. Ia mengayun-ayunkan tangannya yang memegang gulungan kertas itu tanpa tahu apa isinya. Sedangkan Kinari masih terpekur menengadahkan kedua telapak tangannya yang membawa sebuah kunci terbuat dari berlian asli pemberian dari Ganesha. Terpaan matahari membuat benda itu berkilauan indah sekali. Ganesha pergi begitu saja tanpa memberi tahu kunci apa yang ia berikan. Banyak misteri yang menyelimuti hidup Kinara. Pikirannya penuh tanda tanya. Mengapa dirinya harus bertemu banyak makhluk-makhluk aneh yang selalu memberinya teka-teki? Seharusnya ada sedikiut clu tentang kunci itu. Terlepas dari informasi tentang Kinari yang sangat membantu, Ganesha tidak membuka sejujurnya tentang kunci hingga Kinara menjadi penasaran luar biasa.“hore..

    Last Updated : 2021-06-11
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XIII Donor Bulu

    “Kita butuh api atau air hangat untuknya. Bagaimana cara mendapatkannya?” Kinara memandang ke arah Rhara penuh harap.“Ada batu api. Hanya saja menurut peta jaraknya sangat jauh dari kebun wortel ini. Setidaknya membutuhkan waktu satu hari satu malam. Jika kita pergi selama itu manusia ayam tidak tertolong lagi.”“Oh, tidak! Ia harus segera harus diselamatkan. Ia sedang sekarat di depan kita. Menurutmu apa tidak ada cara lain untuk membantunya bertahan?”“Ada, tetapi sangat menyakitkan dan beresiko.”“Katakan! Akan kucoba sebisaku!” kata-kata Kinara bak pahlawan kesiangan.“Kau yakin mampu melakukannya? Pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu. Manusia ayam hipotermia karena kehilangan semua bulunya. Tempat ini jauh dari sumber api. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkannya adalah dengan memberinya bulu.”“Apa maksudmu Rhara? Haruskah aku mencabuti buluku

    Last Updated : 2021-06-12
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XIV Ruang Rindu

    Peta dari Ganesha benar-benar berguna. Semua tibdakan baik yang Kinara lakukan tidak ada yang sia-sia. Tiba-tiba Kinara ingin bertemu Anubis. Perkataannya masih terngiang-ngiang di telinga Kinara, “Ingat, satu kebaikan yang kau lakukan akan membawamu lebih dekat dengan Kinari dan keburukan atau kejahatan yang kau perbuat akan menjauhkanmu darinya.” Kini sosok Kinari bukan sekedar angan dan bayangan. Memang belum jelas. Namun, Kinara merasa sudah punya sedikit keberanian untuk menemuinya. Kunci berlian, cairan dari Akar, dan senjata telur merupakan perbekalan untuk menghadapi tantangan yang akan membawanya dalam perjumpaan indah dengan Kinari.“Jadi persinggahan kita di kebun bunga pertama dan kedua tidak menghasilkan apa-apa,” kata Kinara dalam perjalanan ke hutan jati.“Jangan berkata demikian. Ganesha bilang kita harus menemukan bunga abadi. Logikanya kita mencari di kebun bunga. Siapa sangka justru terletak di hutan jati. Jika kita tida

    Last Updated : 2021-06-13

Latest chapter

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXVIII Manusia Angsa

    Ah, benar-benar minim pengetahuan. Kinara menghirup napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. Ia ingin merelaksasi diri. Bisakah ia melakukan koprol di sini? Tentu saja tidak akan ada yang berkomentar tentang perilakunya yang aneh. Huh, pernyataan Camazotz membuatnya tidak berkutik. Seandainya Rhara tidak hilang, ia tidak harus menanggung malu.“Kinara, aku ada urusan sebentar. Temuilah manusia angsa lebih dulu. Nanti kita berkumpul lagi di tempat manusia cumi-cumi tinggal,” Harpi meminta ijin.“Memangnya ada keperluan apa? Mengapa kita tidak pergi bersama-sama?” tanya Kinara penasaran.“Ada hal pribadi yang mau aku urus. Menyangkut masalah perempuan. Aku tidak melibatkanmu dalam masalah ini,” Harpi tersipu malu.“Maaf, kupikir hal biasa.” Kinara jadi salah tingkah. “Yang terpenting nanti kita bisa bertemu lagi tepat waktu. Jangan sampai kita terpisah. Kau paham kan? Aku masih trauma dengan kejadi

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXVII Camazotz

    Keceriaan manusia kelinci yang selalu mengisi hari-hari Kinara, kini menguap bagai air yang mendidih, menyusut, lalu habis tanpa sisa. Cita-cita besar untuk bisa kembali ke dunia asal bersama-sama seakan terputus. Kinara merasa seperti ulat yang gagal bermetamorfosis sebagai kupu-kupu. Berbagai tahapan telah dilalui dengan baik. Sayangnya, takdir berkata lain.“Ku rasa, kita memang harus melanjutkan perjalanan. Jika terus-menerus di sini, aku tetap mengingat Rhara.” Kinara bangkit dan mengepakkan sayapnya. Harpi membimbing Kinara agar terbang berdampingan. Mereka menuju gua harapan. Kinara sekarang berpikir lebih logis. Ia beruntung memiliki teman dekat seperti Harpi. Selain cantik, Harpi cepat move on dari peristiwa kelam yang dilaluinya. Ia tetap sedih, tapi tidak terlarut-larut. Mungkin Harpi sadar bahwa tindakan seperti itu menghabiskan energi.

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIV HAMPA

    Udara semakin dingin. Hujan es sedikit reda. Tanah dipenuhi es padat. Terasa sakit saat kaki telanjang menginjaknya. Hawa dingin dari es memicu rasa ngilu. Suhu badanpun menurun drastis.Kinara histeris. “Rhara... Rhara!” teriaknya membabi buta.Harpi berbalik dan menggapai Kinara. “Kendalikan dirimu, Kinara! Rhara jatuh ke bawah!” Harpi memegangi tubuh Kinara yang terus berontak.“Lepaskan! Lepaskan aku! Aku harus turun ke bawah. Rhara akan ku selamatkan.” Tangis Kinara pecah di sela hujan es.Harpi memeluk erat Kinara. “Ini kecelakaan. Bukan salah siapapun. Tenanglah Kinara, kumohon! Kita bisa celaka semuanya jika turun ke jurang sekarang!” Harpi ikut menangis dan berusaha menenangkan Kinara yang masih shock atas jatuhnya Rhara.“Teman terbaiku jatuh. Aku belum tahu bagaimana keadaannya. Biarkan aku mencarinya ke bawah!” Kinara tetap meronta-ronta. Kali ini pelukan Harpi lepas. Hampir sa

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXV Hilang

    Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Falseland, tugas utama Kinara adalah mencari Kinari. Perjalanan panjang penuh liku-liku telah dialaminya. Kemudian, ia merasa senang bisa berjuang dan dibantu dalam banyak hal oleh Rhara. Betapa sepi hidupnya jika harus berjuang seorang diri hingga ke titik ini. Naik turun gunung es tidak akan berhasil tanpa bantuan dari Rhara. Semua tentang manusia kelinci itu membawa kebaikan dan selalu mengingatkan pada keberhasilan misi. Awalnya, Harpi kelihatan polos di mata Kinara. Ia juga takut jika gadis burung itu akan merepotkan. Ternyata, tebakannya melenceng jauh. Harpi terlalu kuat, mandiri, cerdas, dan cantik. Semua itu terlalun keren bagi Kinara. Hingga pada suatu hari yang tidak ditentukan, hatinya meleleh. Setengah dari dirinya mengharapkan Harpi. Sisanya mengukir dalam nama Kinari. Makhluk mitolog

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIV Kesalahan

    Kinara menyiapkan makanan bersama Harpi. Rhara sibuk membuat terowongan. Tugas masing-masing selesai dengan cepat. Kinara makan tidak terlalu lahap. Sesekali ia memandang ke arah Harpi. Ada getaran-getaran aneh memasuki relung hatinya. Saat mengunyah, bibir Harpi terlihat eksotis di mata Kinara. Merah muda, tipis, dan bergoyang-goyang. Lalu lidah Harpi menyapu bibirnya dengan gerakan lambat. Hal itu semakin membuat Kinara menjadi gemas.Plak! Rhara menepuk jidat Kinara dengan keras.“Aduh, sakit sekali. Kau kenapa lagi sih?” Kinara melompat saking kagetnya.“Ada nyamuk besar dijidatmu!” Rhara asal menjawab. Sebenarnya ia sedikit gerah melihat kelakuan Kinara.“Mana ada hewan seperti itu di tempat ini? Lama-lama kau ngelantur,” Kinara agak kesal.“Hmmm... kalian berulah lagi. Ini sudah larut. Ayo hentikan! Aku ingin segera tidur cantik di atas dedaunan pohon yang rindang.” Harpi bangkit menuju ke arah

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIII Kapas

    Kedua tangan Kinara memegang kepalanya. Ada apa sebenarnya dengan kedua sahabat dekatnya itu? Awalnya, Kinara yang merasa keberatan dengan kehadiran Harpi. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Untungnya Rhara ramah dan mengajak mereka untuk bisa rukun serta berjuang bersama. Kali ini justru Rhara ingin Harpi pergi. Ah, masalah yang kecil mampu membuat rusak pertemanan yang dijalin dengan susah payah.Kinara merangkul Rhara dan membawanya agah menjauh.”Rhara, apa yang merasukimu? Mengapa kau mendadak kejam? Sadarlah, perjalanan kita sudah cukup jauh. Redamlah egomu dan biarkan Harpi tetap bersama kita,”“Jangan, Kinara! Perjuangan kita terlalu berharga jika rusak dan gagal hanya karena gadis burung pembohong. Aku tidak mau usaha kita berujung sia-sia. Demi impian seluruh penghuni Falseland. Buatlah keputusan yang paling bijak!”“Percayalah padaku Rhara. Aku tidak akan mengecewakan siapapun.” Kinara menjabat tangan Rhara

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   XXXII Konflik

    Waktu bergulir cepat. Kinara sudah hampir hafal semua gerakan tari kesetiaan. Rhara masih terpekur membaca buku yang tidak diketahui judulnya oleh orang lain.“Apakah kau sudah hafal bagian terakhirnya?” tanya Kinara kepada Harpi.“Se... dikit,” Harpi kehilangan kendali.“Mengapa kau begitu canggung bicara padaku?” Kinara mendekatkan badannya. Harpi mundur dua langkah. Ia tidak bisa menguasai diri. Gejolak cintanya tumbuh lebih besar. Ia ingin terbang sembari berpelukan dan bersandar pada dada Kinara yang lapang. Tidak bisakah dirinya yang melakukan tarian kesetiaan di bawah pohon kalpataru bersama Kinara? Toh sama saja ia dan Kinari adalah gadis burung.“Kinara, apakah kalian sudah selesai?” Rhara mulai merapikan buku-buku dan bersiap meninggalkan perpustakaan.“Apa yang baru saja kau baca?” Kinara sudah duduk di sa

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXI Galau

    “Apa sih yang sedang kita cari? Kenapa masih belum ditemukan juga?” Harpi menggerutu sambil memasang muka cemberut.“Buku yang sangat spesial dan menentukan masa depan Kinara,” jawab Rhara. Harpi hilang fokus mendengar jawaban temannya. Ia tidak memperhatikan senderan kayu di sampingnya yang sudah rapuh. Lalu terdengar suara kayu patah agak keras. Akibatnya senderan roboh bersama badan Harpi. Untung saja Kinara sigap dan menangkap Harpi dalam pelukannya. Mereka saling memangdang satu sama lain lumayan lama. Kinara mendekatkan wajahnya ke arah Harpi. Deg! Jantung Harpi serasa berhenti berdetak. Akankah Kinara melakukan sesuatu yang membuatnya semakin cinta? Terasa angin kecil meniup matanya. Ternyata Kinara hanya meniup alis Harpi untuk menghilangkan debu yang menempel agar tidak masuk ke dalam mata.

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXX Ego

    Tujuan utama Harpi sekarang adalah menggeser kedudukan Kinari dari hati Kinara. Ia bertekad melawan takdir. Selama Kinari belum ditemukan, rencananya bisa dijalankan dengan lembut dan hati-hati. Ia membutuhkan situasi yang mendukung agar targetnya lebih perhatian dari pada sebelumnya. Mungkin waktu yang tersisa sangat terbatas mengingat misi Kinara sudah hampir selesai. Seperti kata Ganesha, setelah melewati gunung es, maka mereka memasuki labirin maut. Selanjutnya, Kinara hanya perlu mencari petunjuk terakhir di dalam perpustakaan ini. Rhara adalah batu sandungan terbesar yang nyata. Harpi tahu bahwa posisi Rhara adalah sebagai pelindung bagi Kinara untuk tetap konsisten dalan menjalankan misi. Selain itu, Rhara juga sebagai pengingat bahwa pasangan penari burung harus segera dipertemukan. Maka, rencana Harpi harus dilakukan tanpa menimbulkan kecurigaan. Misi rahasia untuk menghapus Kinari akan terwujud denga

DMCA.com Protection Status