Share

BAB VIII Misi Penyamaran

Author: ArjumandViva
last update Last Updated: 2021-06-09 14:31:12

Secepatnya polisi segera di TKP (tempat kejadian perkara) penemuan tulang belulang manusia. Detektif Devgan menyalakan alarm bantuan. Kini, hutan itu menjadi semakin ramai oleh polisi bersama tim forensik dan media yang hendak meliput berita. Hewan-hewan penghuni hutan semakin kuwalahan menghadapi para manusia yang tingkat kepekaannya rendah untuk sedikit memahami tata krama saat berada di alam terbuka.

“Bodoh! Mengapa kau bergerak sendiri tanpa berdiskusi dengan tim?” suara detektif Marko meninggi. Mukanya memerah karena menahan amarah.

“ya, kuakui bahwa tindakanku gegabah. Namun, kau sama sekali tidak peduli dengan penuturan dari saksi kunci sehingga kita belum bisa menemukan apa-apa,” detektif Devgan merasa lelah dan banyak tanah mengotori baju serta celananya.

“Mitologi lagi yang kau bahas. Sadarlah! Kau telah membawa saksi ke dalam keadaan berbahaya. Jika kerangka yang kau temukan itu adalah korban pembunuhan, berarti pelaku bisa saja mengawasi gerak-gerik kalian! Nyawa kalian berdua kini berada dalam bahaya!”

“kami menemukan bulu monster manusia burung di sekitar tanah galian. Usaha kami jelas membuahkan hasil yang nyata. Aku membawa barang buktinya.”

“Omong kosong apalagi sekarang? Hutan ini dipenuhi dengan satwa berbulu.”

            Mendengar penuturan dari rekannya, detektif Devgan terdiam. Bukan karena kehabisan argumen, melainkan rasa kantuk dan capek sudah menguasai dirinya sedari tadi. Apalagi rekannya itu sama sekali tidak tertarik dengan legenda hutan. Kondisi tersebut sangat kontra dengan pemikirannya.

“Selamat malam. Kami dari tim forensik. Perkenalkan nama saya Sena,” dokter perempuan yang masih muda itu segera menyalami Marko dan Devgan.

“Ada yang bisa kami bantu?” detektif Devgan kehilangan rasa kantuknya. Sena sangat seksi dan wangi. Parfumnya mungkin import. Kulitnya kuning cerah dengan tinggi dan berat badan ideal. Rambut panjangnya yang berwarna kecoklatan dikucir kuda. Penampilannya meredamkan amarah sekaligus menyejukkan pandangan.

“Kami membutuhkan sample DNA Alex untuk memastikan temuan tulang belulang manusia itu.”

“Besok pagi akan kami serahkan apa saja yang kau butuhkan,” detektif Marko lebih bergairah.

“Kalau begitu saya mohon ijin kembali ke rumah sakit,” ucap Sena dengan sangat sopan.

“Tunggu! Apakah kau bisa membantuku?” detektif Devgan segera mengeluarkan bungkusan kecil yang berisi bulu burung.

“Apa ini?” tanya Sena.

“Saya membutuhkan data untuk mengonfirmasi spesies burung ini.”

“Sebenarnya ini bukan ranah kami. Namun, salah satu tim laboratorium bidang satwa sepertinya paham. Nanti saya coba bantu untuk menghubungi mereka. Sebaiknya bulu ini saya bawa.”

            Percakapan antara detektif dan tim forensik terhenti. Hutan menjadi riuh karena tim media sibuk meliput dan membuat video serta memotret barang temuan, sayangnya, berita yang ditampilkan kepada publik terlalu berlebihan dan penuh imajinasi. Headline yang muncul dalam koran harian berjudul “Kerangka Manusia Misterius, Dibunuh atau Dimakan Monster Manusia Burung”. Berita itu mendapat sambutan beragam dari berbagai kalangan. Masyarakat umum berspekulasi sesuai kepentingan dan daya khayal mereka. Legenda hutan dan makhluk mitologi mendapat perhatian khusus. Hal tersebut tentunya melukai keluarga Alex dan Tar. Mama Alex dihubungi sepanjang hari oleh para wartawan lokal maupun nasional. Psikisnya menjadi sedikit terganggu akibat pertanyaan macam-macam seputar tulang belulang manusia yang ditemukan di hutan. Hatinya kacau, pikirannya melayang-layang. Alex anak semata wayangnya sudah hilang selama satu bulan dan tiba-tiba datang kabar mengejutkan untuk meminta sample DNA karena akan dicocokkan dengan temuan detektif tadi malam.

            Saat ini Tar bersama kedua orang tuanya memutuskan menginap di rumah Alex. Mereka juga tidak luput menjadi sasaran media. Tar seperti artis dadakan yang diberitakan oleh infotaiment. Ia tidak berani keluar rumah sendiri. Wartawan ingin memotret bulu burung temuannya. Selama ini hanya video tentang tulang-belulang manusia yang boleh diambil. Sedangkan bulu burung spesial itu beberapa dibawa oleh Sena selaku tim forensikk dan sisanya disimpan oleh Tar. Bulu burung itu Tar masukkan ke dalam sebuah toples berukuran sedang dari bahan kaca yang tebal dan ditempeli jimat kertas di bagian luarnya serta jimat gantungan kunci kecil di bagian dalamnya. Garam dan bubuk bawang putih ditaburkan mengelilingi toples itu.

            Detektif Devgan menghubungi Tar melalui telepon. Ia hendak menyampaikan sesuatu hal yang penting.

“Halo Tar, apakah kau bisa keluar? Ada hal penting yang akan kusampaikan.”

“Sulit sekali. Orang-orang dari media selalu standby di depan rumah Alex. Bagaimana bisa aku keluar? Sampaikan saja lewat telepon!”

“Terlalu panjang untuk dijelaskan di sini. Ada kemungkinan teleponmu sekarang sedang disadap.”

“Lalu bagaimana kita bisa bertemu?”

“Apa alamat emailmu? Aku akan mengirim pesan lewat email.”

Tarball@g***l.com.

“Oke. Lima menit lagi cek emailmu! Akan segera kumatikan telepon ini!”

            Tar bergegas membuka emailnya. Detektif Devgan akan mengirim wig dan perlengkapan lain agar Tar bisa keluar dengan penampilan yang sulit dikenali. Bukan ide yang buruk pikir Tar. Tidak lupa untuk membawa pesan lainnya seperti membawa sikat gigi dan sisir milik Alex. Pasti hubungannya dengan sample DNA pikir Tar. Namun, tadi malam detektif Marko sudah membawa beberapa sample. Ah, membuat pusing saja.

            Pengantar paket datang ke rumah, membunyikan bel belakang rumah dan menaruhnya di kanopi belakang. Tar berlari secepat kilat mengambil bungkusan yang ukurannya besar. Isinya sungguh di luar dugaan. Ia segera menelpon detektif Devgan.

“Hei, apa kau bercanda dengan barang yang kau kirim untukku?”

“Apakah aku tidak pernah serius? Cepat gunakan gaun panjang, wig, dan make up yang kukirim. Media akan terkecoh dengan penampilanmu. Jangan terlalu lama. Aku menunggumu di belakang kebun sebelah rumah dalam mobil alpard hitam. Saat keluar jangan menunjukkan raut muka waspada. Buatlah ekspresi senatural mungkin!”

“Tapi aku.”

"Hentikan rengekkanmu!” detektif Devgan mematikan teleponnya.

            Gila! Benar-benar sinting. Kenapa Tar harus menyamar menjadi wanita? Bisa saja detektif Devgan mengiriminya seragam polisi lengkap dengan wig, kumis, dan kacamata, atau bisa pula menyamar sebagai kakek-kakek tua dengan topeng khusus. Mungkin keadaannya terlalu mendesak. Tar mengikuti instruksi dari rekannya dengan terus mengomel sepanjang jalan. Mamanya tidak banyak berkomentar. Beliau masih sibuk menenangkan hati saudaranya yang berantakan.

“Ma, aku pamit keluar bersama detektif Devgan.”

“Astaga, dengan penampilan seperti itu? Kau hendak kemana?”

“Tenang Ma. Aku hanya menyamar untuk mengelabui wartawan. Kami akan melanjutkan investigasi kasus Alex.”

“Baik. Selalu hati-hati dan aktifkan ponselmu!”

“Iya Ma.”

Tar keluar melalui pintu belakang. Ia melihat mobil hitam yang dimaksud detektif Devgan. Jalannya terseok-seok akibat sepatu hak tinggi. sampai di dekat mobil, Tar hampir saja berbalik pulang.

“Maaf, saya salah orang!” kata Tar kepada seorang nenek yang duduk di kemudi mobil itu.

“Tunggu, ini aku Devgan. Cepat masuk ke dalam. Kita dalam pengawasan Marko dan tim media,” suara detektif Devgan mengagetkan Tar.

“Mengapa penampilan kita mirip waria mangkal?”

“Sudahlah jangan banyak komentar. Berita lain ada yang lebih penting!”

“Bagaimana hasil dari cek laboratnya?”

“Lah itu yang akan ku bahas. Sebelumnya aku akan menjelaskan tujuan utama kita terlebih dahulu. Kita akan menuju ke rumah cenayang penghuni hutan. Kasus Alex semakin membuatku penasaran.”

“Hah? Kau serius? Memangnya kau tahu tempatnya?”

“Tidak. Hanya saja jika kita adalah bagian dari tamu spesialnya, akan ada petunjuk untuk sampai kepadanya. Kita hanya perlu mengunjungi desa terdekat yang ada di sekitar hutan dan bertanya kepada penduduk setempat.”

“Menurutku tidak semudah itu. Katamu cenayang sangat dilindungi dan tidak bisa ditemui oleh sembarang orang. Bagaimana kita bisa menemukannya?”

“nenek pernah bercerita padaku bahwa tamu spesialnya akan dibimbinh untuk bertemu dengannya melalui mimpi aneh menaiki komodo.”

“Apa kau sedang meramalku?”

“Maksudmu? Aku hanya menceritakan tentang diriku sendiri. Tadi malam kebetulan aku bermimpi menaiki komodo.”

“Tidak! Itu mimpiku semalam.”

“Bagus. Berarti peluang kita lebih besar. Kita berdua adalah tamu istimewanya.”

“Semoga saja ceritamu menjadi nyata. Kita harus bertemu cenayang itu hari ini.”

“Oh iya, hasil test sudah keluar. Tulang belulang itu bukan Alex.”

“Syukurlah. Aku masih memiliki harapan. Bagaimana dengan bulunya?”

“Tim laboratorium satwa belum bisa mendeteksi apa-apa. Mungkin jenis spesies baru. Dengan hasil itu bisa saja bulu itu benar-benar milik monster manusia burung.”

Related chapters

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB IX Hujan Api

    “Bangunlah! Ayo bangun! Kumohon, jangan mati di sini!” Sebuah suara yang masih asing bagi Kinara terdengar dari samping kirinya. Perlahan mata Kinara mulai terbuka. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang ada di dalam ruangan sempit. Udaranya pengab dan terasa panas. Bulu-bulunya seperti mengering. Kepalanya masih pening. Tangan kanannya terasa ngilu, berat, perih, dan macam-macam bercampur menjadi satu. Alas tidurnya keras. Meski begitu terlalu hangat seperti di samping perapian. Tenaganya terkuras habis. Entah kenapa ia sangat ingin minum. Perutnya juga lapar.“Di mana aku?” suara Kinara terdengar lirih seperti orang berbisik.“Astaga, terimakasih. Akhirnya kau sadar juga. Kita sudah berada di tempat ini selama dua hari,” manusia kelinci memegang kakinya dan tersenyum senang.“Kau siapa? Tempat apa ini?”“Rupanya

    Last Updated : 2021-06-09
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB X Diam

    Hujan api telah berhenti. Kinara dan Rhara masih berada di dalam terowongan dengan persediaan makanan yang semakin menipis. Rasa haus mencekik kerongkongan Kinara. Rhara masih memantau sekeliling menggunakan teropong tahan api.“Bagaimana keadaan di luar? Kapan kita mulai mencari air? Aku mulai dehidrasi,” Kinara terbatuk-batuk sedikit dan mengusap keringat yang terus bermunculan di dahinya.“Lihatlah sendiri keadaan di luar!” Rhara menyerahkan teropongnya. Mata Kinara terasa pedih. Terlihat suasana di luar terowongan masih penuh kabut disertai asap. Lama-lama api mulai mengecil kemudian benar-benar padam. Semua pohon, rumput, dan bunga-bunga habis dilalap api. Langit berwarna abu-abu pekat. Negeri dongeng itu luluh lantah dalam waktu singkat. Sekarang menyerupai pada abu. Dominasi warna masih hitam dan sedikit putih dari kepulan asap. Kering kerontang tanpa ada air.

    Last Updated : 2021-06-10
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XI Ganesha

    “Badanku terasa bugar kembali. Berhari-hari kita terjebak di dalam terowongan. Terimakasih Rhara. Kau telah mencegahku bertindak bodoh. Jika kau bukan kelinci, aku tidak tahu harus berlindung di mana saat ada bencana.”“Sama-sama. Kenyataannya kau menolongku lebih dulu. Aku sudah mengalami hujan api dua kali. Setiap hal ini terjadi, aku merasa sedih. Kasihan mereka yang harus menghabiskan hidupnya di Blackland. Tidak ada kebahagiaan di sana.”“Sudahlah. Kita akan segera bertemu dengan Ganesha.”“Di mana kebun Blackberry itu? Kita akan kesulitan menemukannya karena tidak ada peta di sini.”“Tenanglah! Kita akan mencarinya lewat jalur udara.”“Maksudmu?” Rhara tidak mengerti dengan ide Kinara.“naiklah ke punggungku!”“A-aku, ragu-ragu. Apa yang akan kau lakuka?”“Percayalah padaku. Kau tidak akan pernah menyesal.”&

    Last Updated : 2021-06-11
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XII Petualangan di Kebun Bunga

    Tanah di sekitar Kinara sedikit bergetar karena Rhara masih melompat-lompat kegirangan seolah-olah mendapatkan juara I dalam sebuah perlombaan basket antar sekolah. Ia mengayun-ayunkan tangannya yang memegang gulungan kertas itu tanpa tahu apa isinya. Sedangkan Kinari masih terpekur menengadahkan kedua telapak tangannya yang membawa sebuah kunci terbuat dari berlian asli pemberian dari Ganesha. Terpaan matahari membuat benda itu berkilauan indah sekali. Ganesha pergi begitu saja tanpa memberi tahu kunci apa yang ia berikan. Banyak misteri yang menyelimuti hidup Kinara. Pikirannya penuh tanda tanya. Mengapa dirinya harus bertemu banyak makhluk-makhluk aneh yang selalu memberinya teka-teki? Seharusnya ada sedikiut clu tentang kunci itu. Terlepas dari informasi tentang Kinari yang sangat membantu, Ganesha tidak membuka sejujurnya tentang kunci hingga Kinara menjadi penasaran luar biasa.“hore..

    Last Updated : 2021-06-11
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XIII Donor Bulu

    “Kita butuh api atau air hangat untuknya. Bagaimana cara mendapatkannya?” Kinara memandang ke arah Rhara penuh harap.“Ada batu api. Hanya saja menurut peta jaraknya sangat jauh dari kebun wortel ini. Setidaknya membutuhkan waktu satu hari satu malam. Jika kita pergi selama itu manusia ayam tidak tertolong lagi.”“Oh, tidak! Ia harus segera harus diselamatkan. Ia sedang sekarat di depan kita. Menurutmu apa tidak ada cara lain untuk membantunya bertahan?”“Ada, tetapi sangat menyakitkan dan beresiko.”“Katakan! Akan kucoba sebisaku!” kata-kata Kinara bak pahlawan kesiangan.“Kau yakin mampu melakukannya? Pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu. Manusia ayam hipotermia karena kehilangan semua bulunya. Tempat ini jauh dari sumber api. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkannya adalah dengan memberinya bulu.”“Apa maksudmu Rhara? Haruskah aku mencabuti buluku

    Last Updated : 2021-06-12
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XIV Ruang Rindu

    Peta dari Ganesha benar-benar berguna. Semua tibdakan baik yang Kinara lakukan tidak ada yang sia-sia. Tiba-tiba Kinara ingin bertemu Anubis. Perkataannya masih terngiang-ngiang di telinga Kinara, “Ingat, satu kebaikan yang kau lakukan akan membawamu lebih dekat dengan Kinari dan keburukan atau kejahatan yang kau perbuat akan menjauhkanmu darinya.” Kini sosok Kinari bukan sekedar angan dan bayangan. Memang belum jelas. Namun, Kinara merasa sudah punya sedikit keberanian untuk menemuinya. Kunci berlian, cairan dari Akar, dan senjata telur merupakan perbekalan untuk menghadapi tantangan yang akan membawanya dalam perjumpaan indah dengan Kinari.“Jadi persinggahan kita di kebun bunga pertama dan kedua tidak menghasilkan apa-apa,” kata Kinara dalam perjalanan ke hutan jati.“Jangan berkata demikian. Ganesha bilang kita harus menemukan bunga abadi. Logikanya kita mencari di kebun bunga. Siapa sangka justru terletak di hutan jati. Jika kita tida

    Last Updated : 2021-06-13
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XV Tersesat

    Mobil detektif Devgan meluncur dengan mulus menembus kabut tipis di jalan menuju desa hutan pinus. Hawa dingin membuat Tar merasa tidak nyaman. Gaun yang ia kenakan panjang hingga mata kaki, tetapi tidak berlengan.“Detektif, bisakah kita berganti kostum? Kita sudah cukup jauh. Setidaknya sekitar tujuh puluh kilo dari rumah Alex. Sepertinya kru tv tidak ada yang mengikuti kita hingga sejauh ini,” Tar mencoba membujuk. Badannya sungguh risih jika harus lebih lama mengenakan gaun wanita.“Kita tetap harus waspada. Nanti memasuki kawasan desa, baru kita tanggalkan menyamaran ini. Apa masalahmu?”“Dingin. Suhunya turun drastis sejak kita mulai menanjak. Aku sudah tidak tahan. Adakah mantel yang bisa kupinjam?”“hmmm... sepertinya ada. Coba kau cari di kursi belakang!” Tar segera memutar badannya dan sibuk mencari-cari mantel. Astaga,

    Last Updated : 2021-06-14
  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XVI Cenayang

    Secangkir kopi hangat membuat keadaan Tar jauh lebih baik. Setelah selesai mandi dan menghapus make up konyol yang ia pakai untuk penyamaran, mukanya terasa sedikit panas. Ia dan detektif Devgan bersyukur bisa bermalam di tempat yang aman. Keduanya menghangatkan diri di depan perapian. Baju yang mereka kenakan sudah sangat kuno dan berbau sedikit apek. Namun, hal itu tidak terlalu dipermasalahkan. Mereka sudah membuang jauh-jauh gaun penyamaran yang penuh kotoran. Meskipun penampilan mereka mirip pemuda desa era 80-an, tapi senyum tetap tersungging di bibir keduanya.“Kau tampak tampan memakai kemeja kotak-kotak kuno itu. Sangat cocok dengan celana coklat yang agak lusuh,” detektif Devgan terkekeh ke arah Tar.“Masa bodoh dengan kostum ini. Nenek pemilik rumah amat baik kepada kita. Bahkan ia memberikan cemilan cokelat enak ini kepada kita.”“Permisi, apakah kalian berdua ingin makan sesuatu yang lebih mengenyangkan?” nenek pe

    Last Updated : 2021-06-15

Latest chapter

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXVIII Manusia Angsa

    Ah, benar-benar minim pengetahuan. Kinara menghirup napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. Ia ingin merelaksasi diri. Bisakah ia melakukan koprol di sini? Tentu saja tidak akan ada yang berkomentar tentang perilakunya yang aneh. Huh, pernyataan Camazotz membuatnya tidak berkutik. Seandainya Rhara tidak hilang, ia tidak harus menanggung malu.“Kinara, aku ada urusan sebentar. Temuilah manusia angsa lebih dulu. Nanti kita berkumpul lagi di tempat manusia cumi-cumi tinggal,” Harpi meminta ijin.“Memangnya ada keperluan apa? Mengapa kita tidak pergi bersama-sama?” tanya Kinara penasaran.“Ada hal pribadi yang mau aku urus. Menyangkut masalah perempuan. Aku tidak melibatkanmu dalam masalah ini,” Harpi tersipu malu.“Maaf, kupikir hal biasa.” Kinara jadi salah tingkah. “Yang terpenting nanti kita bisa bertemu lagi tepat waktu. Jangan sampai kita terpisah. Kau paham kan? Aku masih trauma dengan kejadi

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXVII Camazotz

    Keceriaan manusia kelinci yang selalu mengisi hari-hari Kinara, kini menguap bagai air yang mendidih, menyusut, lalu habis tanpa sisa. Cita-cita besar untuk bisa kembali ke dunia asal bersama-sama seakan terputus. Kinara merasa seperti ulat yang gagal bermetamorfosis sebagai kupu-kupu. Berbagai tahapan telah dilalui dengan baik. Sayangnya, takdir berkata lain.“Ku rasa, kita memang harus melanjutkan perjalanan. Jika terus-menerus di sini, aku tetap mengingat Rhara.” Kinara bangkit dan mengepakkan sayapnya. Harpi membimbing Kinara agar terbang berdampingan. Mereka menuju gua harapan. Kinara sekarang berpikir lebih logis. Ia beruntung memiliki teman dekat seperti Harpi. Selain cantik, Harpi cepat move on dari peristiwa kelam yang dilaluinya. Ia tetap sedih, tapi tidak terlarut-larut. Mungkin Harpi sadar bahwa tindakan seperti itu menghabiskan energi.

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIV HAMPA

    Udara semakin dingin. Hujan es sedikit reda. Tanah dipenuhi es padat. Terasa sakit saat kaki telanjang menginjaknya. Hawa dingin dari es memicu rasa ngilu. Suhu badanpun menurun drastis.Kinara histeris. “Rhara... Rhara!” teriaknya membabi buta.Harpi berbalik dan menggapai Kinara. “Kendalikan dirimu, Kinara! Rhara jatuh ke bawah!” Harpi memegangi tubuh Kinara yang terus berontak.“Lepaskan! Lepaskan aku! Aku harus turun ke bawah. Rhara akan ku selamatkan.” Tangis Kinara pecah di sela hujan es.Harpi memeluk erat Kinara. “Ini kecelakaan. Bukan salah siapapun. Tenanglah Kinara, kumohon! Kita bisa celaka semuanya jika turun ke jurang sekarang!” Harpi ikut menangis dan berusaha menenangkan Kinara yang masih shock atas jatuhnya Rhara.“Teman terbaiku jatuh. Aku belum tahu bagaimana keadaannya. Biarkan aku mencarinya ke bawah!” Kinara tetap meronta-ronta. Kali ini pelukan Harpi lepas. Hampir sa

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXV Hilang

    Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Falseland, tugas utama Kinara adalah mencari Kinari. Perjalanan panjang penuh liku-liku telah dialaminya. Kemudian, ia merasa senang bisa berjuang dan dibantu dalam banyak hal oleh Rhara. Betapa sepi hidupnya jika harus berjuang seorang diri hingga ke titik ini. Naik turun gunung es tidak akan berhasil tanpa bantuan dari Rhara. Semua tentang manusia kelinci itu membawa kebaikan dan selalu mengingatkan pada keberhasilan misi. Awalnya, Harpi kelihatan polos di mata Kinara. Ia juga takut jika gadis burung itu akan merepotkan. Ternyata, tebakannya melenceng jauh. Harpi terlalu kuat, mandiri, cerdas, dan cantik. Semua itu terlalun keren bagi Kinara. Hingga pada suatu hari yang tidak ditentukan, hatinya meleleh. Setengah dari dirinya mengharapkan Harpi. Sisanya mengukir dalam nama Kinari. Makhluk mitolog

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIV Kesalahan

    Kinara menyiapkan makanan bersama Harpi. Rhara sibuk membuat terowongan. Tugas masing-masing selesai dengan cepat. Kinara makan tidak terlalu lahap. Sesekali ia memandang ke arah Harpi. Ada getaran-getaran aneh memasuki relung hatinya. Saat mengunyah, bibir Harpi terlihat eksotis di mata Kinara. Merah muda, tipis, dan bergoyang-goyang. Lalu lidah Harpi menyapu bibirnya dengan gerakan lambat. Hal itu semakin membuat Kinara menjadi gemas.Plak! Rhara menepuk jidat Kinara dengan keras.“Aduh, sakit sekali. Kau kenapa lagi sih?” Kinara melompat saking kagetnya.“Ada nyamuk besar dijidatmu!” Rhara asal menjawab. Sebenarnya ia sedikit gerah melihat kelakuan Kinara.“Mana ada hewan seperti itu di tempat ini? Lama-lama kau ngelantur,” Kinara agak kesal.“Hmmm... kalian berulah lagi. Ini sudah larut. Ayo hentikan! Aku ingin segera tidur cantik di atas dedaunan pohon yang rindang.” Harpi bangkit menuju ke arah

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIII Kapas

    Kedua tangan Kinara memegang kepalanya. Ada apa sebenarnya dengan kedua sahabat dekatnya itu? Awalnya, Kinara yang merasa keberatan dengan kehadiran Harpi. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Untungnya Rhara ramah dan mengajak mereka untuk bisa rukun serta berjuang bersama. Kali ini justru Rhara ingin Harpi pergi. Ah, masalah yang kecil mampu membuat rusak pertemanan yang dijalin dengan susah payah.Kinara merangkul Rhara dan membawanya agah menjauh.”Rhara, apa yang merasukimu? Mengapa kau mendadak kejam? Sadarlah, perjalanan kita sudah cukup jauh. Redamlah egomu dan biarkan Harpi tetap bersama kita,”“Jangan, Kinara! Perjuangan kita terlalu berharga jika rusak dan gagal hanya karena gadis burung pembohong. Aku tidak mau usaha kita berujung sia-sia. Demi impian seluruh penghuni Falseland. Buatlah keputusan yang paling bijak!”“Percayalah padaku Rhara. Aku tidak akan mengecewakan siapapun.” Kinara menjabat tangan Rhara

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   XXXII Konflik

    Waktu bergulir cepat. Kinara sudah hampir hafal semua gerakan tari kesetiaan. Rhara masih terpekur membaca buku yang tidak diketahui judulnya oleh orang lain.“Apakah kau sudah hafal bagian terakhirnya?” tanya Kinara kepada Harpi.“Se... dikit,” Harpi kehilangan kendali.“Mengapa kau begitu canggung bicara padaku?” Kinara mendekatkan badannya. Harpi mundur dua langkah. Ia tidak bisa menguasai diri. Gejolak cintanya tumbuh lebih besar. Ia ingin terbang sembari berpelukan dan bersandar pada dada Kinara yang lapang. Tidak bisakah dirinya yang melakukan tarian kesetiaan di bawah pohon kalpataru bersama Kinara? Toh sama saja ia dan Kinari adalah gadis burung.“Kinara, apakah kalian sudah selesai?” Rhara mulai merapikan buku-buku dan bersiap meninggalkan perpustakaan.“Apa yang baru saja kau baca?” Kinara sudah duduk di sa

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXI Galau

    “Apa sih yang sedang kita cari? Kenapa masih belum ditemukan juga?” Harpi menggerutu sambil memasang muka cemberut.“Buku yang sangat spesial dan menentukan masa depan Kinara,” jawab Rhara. Harpi hilang fokus mendengar jawaban temannya. Ia tidak memperhatikan senderan kayu di sampingnya yang sudah rapuh. Lalu terdengar suara kayu patah agak keras. Akibatnya senderan roboh bersama badan Harpi. Untung saja Kinara sigap dan menangkap Harpi dalam pelukannya. Mereka saling memangdang satu sama lain lumayan lama. Kinara mendekatkan wajahnya ke arah Harpi. Deg! Jantung Harpi serasa berhenti berdetak. Akankah Kinara melakukan sesuatu yang membuatnya semakin cinta? Terasa angin kecil meniup matanya. Ternyata Kinara hanya meniup alis Harpi untuk menghilangkan debu yang menempel agar tidak masuk ke dalam mata.

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXX Ego

    Tujuan utama Harpi sekarang adalah menggeser kedudukan Kinari dari hati Kinara. Ia bertekad melawan takdir. Selama Kinari belum ditemukan, rencananya bisa dijalankan dengan lembut dan hati-hati. Ia membutuhkan situasi yang mendukung agar targetnya lebih perhatian dari pada sebelumnya. Mungkin waktu yang tersisa sangat terbatas mengingat misi Kinara sudah hampir selesai. Seperti kata Ganesha, setelah melewati gunung es, maka mereka memasuki labirin maut. Selanjutnya, Kinara hanya perlu mencari petunjuk terakhir di dalam perpustakaan ini. Rhara adalah batu sandungan terbesar yang nyata. Harpi tahu bahwa posisi Rhara adalah sebagai pelindung bagi Kinara untuk tetap konsisten dalan menjalankan misi. Selain itu, Rhara juga sebagai pengingat bahwa pasangan penari burung harus segera dipertemukan. Maka, rencana Harpi harus dilakukan tanpa menimbulkan kecurigaan. Misi rahasia untuk menghapus Kinari akan terwujud denga

DMCA.com Protection Status