“Badanku terasa bugar kembali. Berhari-hari kita terjebak di dalam terowongan. Terimakasih Rhara. Kau telah mencegahku bertindak bodoh. Jika kau bukan kelinci, aku tidak tahu harus berlindung di mana saat ada bencana.”
“Sama-sama. Kenyataannya kau menolongku lebih dulu. Aku sudah mengalami hujan api dua kali. Setiap hal ini terjadi, aku merasa sedih. Kasihan mereka yang harus menghabiskan hidupnya di Blackland. Tidak ada kebahagiaan di sana.”
“Sudahlah. Kita akan segera bertemu dengan Ganesha.”
“Di mana kebun Blackberry itu? Kita akan kesulitan menemukannya karena tidak ada peta di sini.”
“Tenanglah! Kita akan mencarinya lewat jalur udara.”
“Maksudmu?” Rhara tidak mengerti dengan ide Kinara.
“naiklah ke punggungku!”
“A-aku, ragu-ragu. Apa yang akan kau lakuka?”
“Percayalah padaku. Kau tidak akan pernah menyesal.”
Langkah kaki Rhara masih berat. Demi kawan barunya, ia mempercayakan semuanya. Ia mulai naik ke punggung Kinara. Kemudian, Kinara mengepakkan sayapnya perlahan. Lalu semakin cepat dan kuat. Akhirnya mereka terbang tinggi membumbung. Terasa terpaan angin yang kencang membuat Rhara sempat goyah.
“Waaaaaa...” jerit Rhara memekakkan telinga.
“Pegangan yang lebih erat Rhara!” kata Kinara.
Baru kali ini Rhara merasakan terbang yang sesungguhnya. Benar-benar memicu adrenalin. Jantungnya berdebar begitu kencang. Matanya berair. Bulu-bulu tipisnya dingin terkena angin. Jarak dirinya dengan tanah semakin jauh. Kepalanya sedikit pusing karena baru pertama kali.
“Bagaimana perasaanmu Rhara?” Kinara membuka obrolan.
“Luar biasa. Ini hebat. Aku baru tahu rasanya terbang seperti ini. Untung sekali aku berteman dengan manusia burung sepertimu.”
“Mau coba terbang ulang-alik?” Kinara menantang.
“Boleh juga.”
“Bersiaplah! Kuatkan nyalimu!”
Kinara terbang berputar-putar seperti pesawat ulang alik. Rhara merasa ini lebih mendebarkan dan memusingkan dibandingkan dengan rollingcoaster. Namun, perasaan gembira menghampirinya. Beban di dada serasa hilang. Dirinya menjadi seringan kapas. Sejenak ia melupakan kegundahan tinggal di Falseland. Kutukan untuknya memang pedih, tetapi pengalaman terbang bersama Kinara memberi semangat baru agar tidak menyerah. Falseland terlihat lebih indah dari atas.
“Lihat, kebun Blackberry sudah dekat!” Kinara bersorak riang.
“Perhatikan baik-baik. Sepertinya matamu agak rabun. Itu kebun anggur. Perasaanku mengatakan kita salah arah. Sejauh mata memandang hanya kebun bunga dan buah persik yang ada di depan. Cobalah untuk berbalik arah!” kata Rhara.
“Boleh dicoba. Aku akan mengikuti saranmu.”
Kinara meliuk dan memutar. Angin membelai wajahnya. Sensasi dingin menyelimuti tubuhnya. Ia memang menyesal telah berbuat kurang ajar hingga dikutuk. Namu, di sisi lain ia mulai betah tinggal di Falseland. Dirinya sudah tidak sadar untuk bertemu dengan Ganesha. Pasti Ganesha membawa kabar tentang Kinari, seseorang yang sangat menentukan nasibnya entah dengan wujud seperti apa. Kinari, Kinari, Kinari. Namanya selalu ia sebut di dalam hati. Ada perasaan aneh perlahan menyusup. Semacam kerinduan, kasih sayang, dan ketidak sabaran bercampur membentuk sebuah emosi yang tidak mampu dijabarkan. Mendadak hati Kinara ngilu tanpa sebab. Jantungnya berdebar tidak menentu. Kenapa? Apa yang terjadi?
“Kinara, sebentar lagi kita mendarat. Kebun Blackberry ada di dekat padang alang-alang. Wah memangdangannya indah sekali.”
“Mana-mana? Aku belum melihatnya.”
“Ah, kau pasti banyak melamun. Sebenarnya apa sih yang kau pikirkan? Aku jadi penasaran dengan tingkah anehmu.”
“Maaf, pikiranku melayang-layang seperti tubuhku yang terbawa angin di udara. Warna daun yang bergradasi mengalihkan duniaku. Seolah-olah muncul pelangi yang menghalangi penglihatanku.”
“hah? Mengapa kau mendadak puitis? Apa kau sedang jatuh cinta?”
Cinta? Pertanyaan Rhara menggoyahkan keangkuhan diri Kinara yang selama ini selalu menampik perihal cinta. Ia membenci semua para gadis yang tergila-gila padanya. Dan sekarang sepertinya ia memang sedang jatuh cinta kepada seseorang yang bahkan belum pernah dilihatnya. Kegilaan macam apa ini? Tunggu, siapa yang bisa memastikan bahwa Kinari perempuan?
Mereka mendarat tepat di tengah-tengah kebun Blackberry. Sekarang tinggal mencari di mana Ganesha berada.
“Sebaiknya kita berpencar kau ke kanan dan aku ke kiri,” Kinara memberi opsi.
“Tunggu! Aku tidak tahu wujud Ganesha.”
“Ckckck.... kelihatan sekali kau kurang pengetahuan tentang sejarah. Bukankah banyak sekali lambang Ganesha di tempat semacam bimbingan belajar? Lagi pula dalam kurikulum Sekolah Menengah juga ada pembahasannya.”
“Tidak usah pamer intelektual. Latar belakangku adalah ilmu eksak. Makanya aku bisa membuat teropong anti api setibaku di sini.”
“Bagus. Kita memang harus bekerja sama. Aku dulu sangat menggilai ilmu humaniora khususnya sejarah. Nyatanya itu membantuku di sini. Ganesha adalah manusia berkepala gajah. Jika kau melihatnya lebih dulu panggil namaku sekeras mungkin. Suaramu akan menggema di tempat seperti ini.”
“baik kita sedang mempraktekkan simbiosis mutualisme. Jangan sampai berubah menjadi parasitisme.”
“Terserah padamu. Aku pergi dulu.”
Ganesha dalam kepercayaan hindu yang berasal dari India pernah melakukan kesalahan sehingga dikutuk menjadi manusia gajah. Namun, ia menguasai ilmu pengetahuan. Posisinya di Falseland tidak sama dengan makhluk terkutuk lainnya. Apalagi ia membawa kunci dari surga ilmu pengetahuan, yaitu perpustakaan.
Langkah Kinara belum begitu jauh saat ia mendengar teriakan Rhara memanggil namanya. Secepat kilat Kinara terbang menuju ke arah sumber suara. Rhara terduduk di tanah. Ada Ganesha berdiri di atas batu besar. Tubuhnya memancarkan sinar kuning keemasan. Berkilau-kilau terkena terpaan matahari. Sungguh sebuah pemandangan yang eksotis dan sayang jika dibiarkan berlalu begitu saja. Andai ada kamea di sini. Batin Kinara.
“Selamat datang Kinara. Aku telah menunggumu lama. Jalan takdir memastikan kita untuk berjumpa. Bagaimanapun sulitnya kita tetap akan bertemu,” Ganesha menyapa Kinara ramah.
“halo Ganesha. Apa yang membawamu padaku?”
“Balasan kebaikan telah datang kepadamu. Kau satu langkah mendekat kepada Kinari.”
“Apa artinya itu?”
“Misimu mencapai kemajuan yang baik. Teruslah berbuat kebaikan. Setelah ini kau akan bertemu dengan bunga abdi.”
“Lalu, bolehkan aku mengajukan pertanyaan?”
“Sebelumnya ijinkan aku untuk menjelaskan posisimu di sini. Jangan khawatir jika kau tidak memiliki alat musik. Kau adalah sang penari utama bersama Kinari. Pastikan untuk segera bertemu dengannya. Kinari itu perempuan.”
Kata-kata Ganesha seolah-olah adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal hati Kinara selama ini. Dirinya bertambah lega setelah tahu bahwa Kinari perempuan.
“Terimakasih atas informasinya. Aku benar-benar penasaran dengan semua itu.”
“Ada tambahan lagi yang wajib kau ketahui. Kinari adalah manusia burung sepertimu.”
Akhirnya informasi yang dibutuhkan Kinara semakin jelas. Ia perempuan, bersayap, dan sejenis burung. Hal ini sungguh meringankan Kinara. Bayangkan jika Ganesha tidak menyebutkan semua hal ini. Setiap melihat manusia serangga yang bersayap, Kinara selalu menerka-nerka dalam hati. Mana di antara mereka yang menjadi sosok Kinari. Padahal jumlah dan jenis mereka ada banyak sekali di Falseland.
Kinari manusia burung sama sepertinya. Tunggu, kenapa nama mereka layaknya anak kembar? Mengapa bentuk mereka juga sama? Bolehkah Kinara tetap mencintainya diam-diam? Mendadak raut muka Kinara menjadi sedih. Ia takut jika perasaannya yang tidak berdasar akan menuntunnya pada hubungan terlarang yang ia khayalkan. Toh Kinari belum tentu tertarik padanya. Di Falseland mereka hanya bertugas menyelesaikan misi. Hati Kinara perih tanpa tergores, berdarah di dalamnya hingga menyesakkan dada.
“Kenapa Kinara? Sepertinya kau terbebani sesuatu.”
“Bukan apa-apa Ganesha. Aku hanya sedih karena sesuatu yang masih ambigu dan tanpa dasar.”
“Tenanglah! Aku memiliki hadiah untukmu dan Rhara.”
“Benarkah?” Rhara melompat-lompat kegirangan.
Ganesha memberikan gulungan kertas kepada Rhara dan sebuah kunci kepada Kinara. Apakah isi gulungan itu?
Tanah di sekitar Kinara sedikit bergetar karena Rhara masih melompat-lompat kegirangan seolah-olah mendapatkan juara I dalam sebuah perlombaan basket antar sekolah. Ia mengayun-ayunkan tangannya yang memegang gulungan kertas itu tanpa tahu apa isinya. Sedangkan Kinari masih terpekur menengadahkan kedua telapak tangannya yang membawa sebuah kunci terbuat dari berlian asli pemberian dari Ganesha. Terpaan matahari membuat benda itu berkilauan indah sekali. Ganesha pergi begitu saja tanpa memberi tahu kunci apa yang ia berikan. Banyak misteri yang menyelimuti hidup Kinara. Pikirannya penuh tanda tanya. Mengapa dirinya harus bertemu banyak makhluk-makhluk aneh yang selalu memberinya teka-teki? Seharusnya ada sedikiut clu tentang kunci itu. Terlepas dari informasi tentang Kinari yang sangat membantu, Ganesha tidak membuka sejujurnya tentang kunci hingga Kinara menjadi penasaran luar biasa.“hore..
“Kita butuh api atau air hangat untuknya. Bagaimana cara mendapatkannya?” Kinara memandang ke arah Rhara penuh harap.“Ada batu api. Hanya saja menurut peta jaraknya sangat jauh dari kebun wortel ini. Setidaknya membutuhkan waktu satu hari satu malam. Jika kita pergi selama itu manusia ayam tidak tertolong lagi.”“Oh, tidak! Ia harus segera harus diselamatkan. Ia sedang sekarat di depan kita. Menurutmu apa tidak ada cara lain untuk membantunya bertahan?”“Ada, tetapi sangat menyakitkan dan beresiko.”“Katakan! Akan kucoba sebisaku!” kata-kata Kinara bak pahlawan kesiangan.“Kau yakin mampu melakukannya? Pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu. Manusia ayam hipotermia karena kehilangan semua bulunya. Tempat ini jauh dari sumber api. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkannya adalah dengan memberinya bulu.”“Apa maksudmu Rhara? Haruskah aku mencabuti buluku
Peta dari Ganesha benar-benar berguna. Semua tibdakan baik yang Kinara lakukan tidak ada yang sia-sia. Tiba-tiba Kinara ingin bertemu Anubis. Perkataannya masih terngiang-ngiang di telinga Kinara, “Ingat, satu kebaikan yang kau lakukan akan membawamu lebih dekat dengan Kinari dan keburukan atau kejahatan yang kau perbuat akan menjauhkanmu darinya.” Kini sosok Kinari bukan sekedar angan dan bayangan. Memang belum jelas. Namun, Kinara merasa sudah punya sedikit keberanian untuk menemuinya. Kunci berlian, cairan dari Akar, dan senjata telur merupakan perbekalan untuk menghadapi tantangan yang akan membawanya dalam perjumpaan indah dengan Kinari.“Jadi persinggahan kita di kebun bunga pertama dan kedua tidak menghasilkan apa-apa,” kata Kinara dalam perjalanan ke hutan jati.“Jangan berkata demikian. Ganesha bilang kita harus menemukan bunga abadi. Logikanya kita mencari di kebun bunga. Siapa sangka justru terletak di hutan jati. Jika kita tida
Mobil detektif Devgan meluncur dengan mulus menembus kabut tipis di jalan menuju desa hutan pinus. Hawa dingin membuat Tar merasa tidak nyaman. Gaun yang ia kenakan panjang hingga mata kaki, tetapi tidak berlengan.“Detektif, bisakah kita berganti kostum? Kita sudah cukup jauh. Setidaknya sekitar tujuh puluh kilo dari rumah Alex. Sepertinya kru tv tidak ada yang mengikuti kita hingga sejauh ini,” Tar mencoba membujuk. Badannya sungguh risih jika harus lebih lama mengenakan gaun wanita.“Kita tetap harus waspada. Nanti memasuki kawasan desa, baru kita tanggalkan menyamaran ini. Apa masalahmu?”“Dingin. Suhunya turun drastis sejak kita mulai menanjak. Aku sudah tidak tahan. Adakah mantel yang bisa kupinjam?”“hmmm... sepertinya ada. Coba kau cari di kursi belakang!” Tar segera memutar badannya dan sibuk mencari-cari mantel. Astaga,
Secangkir kopi hangat membuat keadaan Tar jauh lebih baik. Setelah selesai mandi dan menghapus make up konyol yang ia pakai untuk penyamaran, mukanya terasa sedikit panas. Ia dan detektif Devgan bersyukur bisa bermalam di tempat yang aman. Keduanya menghangatkan diri di depan perapian. Baju yang mereka kenakan sudah sangat kuno dan berbau sedikit apek. Namun, hal itu tidak terlalu dipermasalahkan. Mereka sudah membuang jauh-jauh gaun penyamaran yang penuh kotoran. Meskipun penampilan mereka mirip pemuda desa era 80-an, tapi senyum tetap tersungging di bibir keduanya.“Kau tampak tampan memakai kemeja kotak-kotak kuno itu. Sangat cocok dengan celana coklat yang agak lusuh,” detektif Devgan terkekeh ke arah Tar.“Masa bodoh dengan kostum ini. Nenek pemilik rumah amat baik kepada kita. Bahkan ia memberikan cemilan cokelat enak ini kepada kita.”“Permisi, apakah kalian berdua ingin makan sesuatu yang lebih mengenyangkan?” nenek pe
“Apakah kau suka tentang buku-buku fantasi?” Kinara merasa lebih bugar dan ingin sedikit santai karena tekanan bunga abadi tentang hafalan gerak tari kesetiaan membuat kepalanya pening selama dua hari.“Hhh... Aku menyesal terlalu fokus dengan sesuatu yang ilmiah. Dulu aku terlalu banyak menghabiskan waktu di laboratorium dan memecahkan berbagai rumus. Hidupku terlalu lurus. Sekarang aku baru menyadari betapa bodoh keputusanku itu. Falseland penuh tantangan. Salah satu pendukung untuk bisa memecahkan beberapa teka-teki di sini adalah pengalaman dari bacaan fiksi fantasi atau ilmu humaniora yang kau sebut-sebut. Terutama kajian sejarah dunia kuno yang membahas mitologi.”“Memang hobiku membaca novel dan buku-buku non ilmiah. Di samping itu aku menggilai buku-buku sejarah koleksi papaku. Tak ku sangka hal itu amat berguna di sini. Bukankah perlu kerjasama dri berbagai disiplin ilmu pengetahuan untuk mengungkap kebenaran sebuah temuan? Sejati
Makhluk cantik bersayap dan bertubuh burung itu turun dari atas pohon. Bibirnya berwarna merah muda. Kulit kuningnya bertambah elok terkena sinar matahari. Matanya kecil dilengkapi bulu mata lentik yang panjang. Rambutnya hitam legam. Senyumnya begitu menggoda. Caranya terbang sangat elegan. Kepakan sayapnya teratur dan menimbulkan angin. Rhara merasa dikipasi dari dekat. Kinara diam-diam berdoa dalam hati.Harapan terbesar Kinara adalah telah selesai dalam pencarian panjangnya dan ingin buru-buru latihan tari kesetiaan. Ia akan menyambut dengan riang gembira jika keinginannya bisa segera terwujud. Ia sudah tidak sabar membayangkan panggung tari yang penuh gemerlap diiringi alunan musik indah seperti para peri penjaga bunga abadi yang meliuk-liukkan tubuhnya. Bila memungkinkan Kinara ingin mengungkapkan perasaan yang ia pendam selama ini. Cinta ini datang mendadak tanpa permisi. Cinta murni kepada seorang gadis yang sama sekali belum dikenalnya. Kinari, Kinari, Kinari. Sekali
“Wow, inikah gunung es yang melegenda itu? Tak kusangka kini kita berada di kaki gunung,” Rhara sangat takjub memandangi bongkahan es berwarna putih yang tersebar di segala penjuru.“Dingin sekali. Kita harus menjaga diri agar tidak terkena hipotermia. Jika ada keluhan yang dirasakan, lebih baik kita berhenti untuk beristirahat dan segera menghangatkan badan. Bagaimana? Kalian setuju dengan usulku?” Kinara menawarkan opsi.“Setuju!” Rhara dan Harpi menjawab kompak bersama-sama. Gunung es tinggi menjulang. Ketiga makhluk mitologi berusaha beradaptasi dengan vegetasi dan keadaan alam yang kering, suhu yang sangat rendah, dan terancam radiasi sinar ultraviolet. Mereka menjumpai tumbuhan sejenis rerumputan, teki-tekian, semak, dan lumut.“Untung saja aku membawa wortel yang banyak. Lihat tempat ini, hanya salju dimana-mana. Wah wortelnya sudah beku, se
Ah, benar-benar minim pengetahuan. Kinara menghirup napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. Ia ingin merelaksasi diri. Bisakah ia melakukan koprol di sini? Tentu saja tidak akan ada yang berkomentar tentang perilakunya yang aneh. Huh, pernyataan Camazotz membuatnya tidak berkutik. Seandainya Rhara tidak hilang, ia tidak harus menanggung malu.“Kinara, aku ada urusan sebentar. Temuilah manusia angsa lebih dulu. Nanti kita berkumpul lagi di tempat manusia cumi-cumi tinggal,” Harpi meminta ijin.“Memangnya ada keperluan apa? Mengapa kita tidak pergi bersama-sama?” tanya Kinara penasaran.“Ada hal pribadi yang mau aku urus. Menyangkut masalah perempuan. Aku tidak melibatkanmu dalam masalah ini,” Harpi tersipu malu.“Maaf, kupikir hal biasa.” Kinara jadi salah tingkah. “Yang terpenting nanti kita bisa bertemu lagi tepat waktu. Jangan sampai kita terpisah. Kau paham kan? Aku masih trauma dengan kejadi
Keceriaan manusia kelinci yang selalu mengisi hari-hari Kinara, kini menguap bagai air yang mendidih, menyusut, lalu habis tanpa sisa. Cita-cita besar untuk bisa kembali ke dunia asal bersama-sama seakan terputus. Kinara merasa seperti ulat yang gagal bermetamorfosis sebagai kupu-kupu. Berbagai tahapan telah dilalui dengan baik. Sayangnya, takdir berkata lain.“Ku rasa, kita memang harus melanjutkan perjalanan. Jika terus-menerus di sini, aku tetap mengingat Rhara.” Kinara bangkit dan mengepakkan sayapnya. Harpi membimbing Kinara agar terbang berdampingan. Mereka menuju gua harapan. Kinara sekarang berpikir lebih logis. Ia beruntung memiliki teman dekat seperti Harpi. Selain cantik, Harpi cepat move on dari peristiwa kelam yang dilaluinya. Ia tetap sedih, tapi tidak terlarut-larut. Mungkin Harpi sadar bahwa tindakan seperti itu menghabiskan energi.
Udara semakin dingin. Hujan es sedikit reda. Tanah dipenuhi es padat. Terasa sakit saat kaki telanjang menginjaknya. Hawa dingin dari es memicu rasa ngilu. Suhu badanpun menurun drastis.Kinara histeris. “Rhara... Rhara!” teriaknya membabi buta.Harpi berbalik dan menggapai Kinara. “Kendalikan dirimu, Kinara! Rhara jatuh ke bawah!” Harpi memegangi tubuh Kinara yang terus berontak.“Lepaskan! Lepaskan aku! Aku harus turun ke bawah. Rhara akan ku selamatkan.” Tangis Kinara pecah di sela hujan es.Harpi memeluk erat Kinara. “Ini kecelakaan. Bukan salah siapapun. Tenanglah Kinara, kumohon! Kita bisa celaka semuanya jika turun ke jurang sekarang!” Harpi ikut menangis dan berusaha menenangkan Kinara yang masih shock atas jatuhnya Rhara.“Teman terbaiku jatuh. Aku belum tahu bagaimana keadaannya. Biarkan aku mencarinya ke bawah!” Kinara tetap meronta-ronta. Kali ini pelukan Harpi lepas. Hampir sa
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Falseland, tugas utama Kinara adalah mencari Kinari. Perjalanan panjang penuh liku-liku telah dialaminya. Kemudian, ia merasa senang bisa berjuang dan dibantu dalam banyak hal oleh Rhara. Betapa sepi hidupnya jika harus berjuang seorang diri hingga ke titik ini. Naik turun gunung es tidak akan berhasil tanpa bantuan dari Rhara. Semua tentang manusia kelinci itu membawa kebaikan dan selalu mengingatkan pada keberhasilan misi. Awalnya, Harpi kelihatan polos di mata Kinara. Ia juga takut jika gadis burung itu akan merepotkan. Ternyata, tebakannya melenceng jauh. Harpi terlalu kuat, mandiri, cerdas, dan cantik. Semua itu terlalun keren bagi Kinara. Hingga pada suatu hari yang tidak ditentukan, hatinya meleleh. Setengah dari dirinya mengharapkan Harpi. Sisanya mengukir dalam nama Kinari. Makhluk mitolog
Kinara menyiapkan makanan bersama Harpi. Rhara sibuk membuat terowongan. Tugas masing-masing selesai dengan cepat. Kinara makan tidak terlalu lahap. Sesekali ia memandang ke arah Harpi. Ada getaran-getaran aneh memasuki relung hatinya. Saat mengunyah, bibir Harpi terlihat eksotis di mata Kinara. Merah muda, tipis, dan bergoyang-goyang. Lalu lidah Harpi menyapu bibirnya dengan gerakan lambat. Hal itu semakin membuat Kinara menjadi gemas.Plak! Rhara menepuk jidat Kinara dengan keras.“Aduh, sakit sekali. Kau kenapa lagi sih?” Kinara melompat saking kagetnya.“Ada nyamuk besar dijidatmu!” Rhara asal menjawab. Sebenarnya ia sedikit gerah melihat kelakuan Kinara.“Mana ada hewan seperti itu di tempat ini? Lama-lama kau ngelantur,” Kinara agak kesal.“Hmmm... kalian berulah lagi. Ini sudah larut. Ayo hentikan! Aku ingin segera tidur cantik di atas dedaunan pohon yang rindang.” Harpi bangkit menuju ke arah
Kedua tangan Kinara memegang kepalanya. Ada apa sebenarnya dengan kedua sahabat dekatnya itu? Awalnya, Kinara yang merasa keberatan dengan kehadiran Harpi. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Untungnya Rhara ramah dan mengajak mereka untuk bisa rukun serta berjuang bersama. Kali ini justru Rhara ingin Harpi pergi. Ah, masalah yang kecil mampu membuat rusak pertemanan yang dijalin dengan susah payah.Kinara merangkul Rhara dan membawanya agah menjauh.”Rhara, apa yang merasukimu? Mengapa kau mendadak kejam? Sadarlah, perjalanan kita sudah cukup jauh. Redamlah egomu dan biarkan Harpi tetap bersama kita,”“Jangan, Kinara! Perjuangan kita terlalu berharga jika rusak dan gagal hanya karena gadis burung pembohong. Aku tidak mau usaha kita berujung sia-sia. Demi impian seluruh penghuni Falseland. Buatlah keputusan yang paling bijak!”“Percayalah padaku Rhara. Aku tidak akan mengecewakan siapapun.” Kinara menjabat tangan Rhara
Waktu bergulir cepat. Kinara sudah hampir hafal semua gerakan tari kesetiaan. Rhara masih terpekur membaca buku yang tidak diketahui judulnya oleh orang lain.“Apakah kau sudah hafal bagian terakhirnya?” tanya Kinara kepada Harpi.“Se... dikit,” Harpi kehilangan kendali.“Mengapa kau begitu canggung bicara padaku?” Kinara mendekatkan badannya. Harpi mundur dua langkah. Ia tidak bisa menguasai diri. Gejolak cintanya tumbuh lebih besar. Ia ingin terbang sembari berpelukan dan bersandar pada dada Kinara yang lapang. Tidak bisakah dirinya yang melakukan tarian kesetiaan di bawah pohon kalpataru bersama Kinara? Toh sama saja ia dan Kinari adalah gadis burung.“Kinara, apakah kalian sudah selesai?” Rhara mulai merapikan buku-buku dan bersiap meninggalkan perpustakaan.“Apa yang baru saja kau baca?” Kinara sudah duduk di sa
“Apa sih yang sedang kita cari? Kenapa masih belum ditemukan juga?” Harpi menggerutu sambil memasang muka cemberut.“Buku yang sangat spesial dan menentukan masa depan Kinara,” jawab Rhara. Harpi hilang fokus mendengar jawaban temannya. Ia tidak memperhatikan senderan kayu di sampingnya yang sudah rapuh. Lalu terdengar suara kayu patah agak keras. Akibatnya senderan roboh bersama badan Harpi. Untung saja Kinara sigap dan menangkap Harpi dalam pelukannya. Mereka saling memangdang satu sama lain lumayan lama. Kinara mendekatkan wajahnya ke arah Harpi. Deg! Jantung Harpi serasa berhenti berdetak. Akankah Kinara melakukan sesuatu yang membuatnya semakin cinta? Terasa angin kecil meniup matanya. Ternyata Kinara hanya meniup alis Harpi untuk menghilangkan debu yang menempel agar tidak masuk ke dalam mata.
Tujuan utama Harpi sekarang adalah menggeser kedudukan Kinari dari hati Kinara. Ia bertekad melawan takdir. Selama Kinari belum ditemukan, rencananya bisa dijalankan dengan lembut dan hati-hati. Ia membutuhkan situasi yang mendukung agar targetnya lebih perhatian dari pada sebelumnya. Mungkin waktu yang tersisa sangat terbatas mengingat misi Kinara sudah hampir selesai. Seperti kata Ganesha, setelah melewati gunung es, maka mereka memasuki labirin maut. Selanjutnya, Kinara hanya perlu mencari petunjuk terakhir di dalam perpustakaan ini. Rhara adalah batu sandungan terbesar yang nyata. Harpi tahu bahwa posisi Rhara adalah sebagai pelindung bagi Kinara untuk tetap konsisten dalan menjalankan misi. Selain itu, Rhara juga sebagai pengingat bahwa pasangan penari burung harus segera dipertemukan. Maka, rencana Harpi harus dilakukan tanpa menimbulkan kecurigaan. Misi rahasia untuk menghapus Kinari akan terwujud denga