Hujan api telah berhenti. Kinara dan Rhara masih berada di dalam terowongan dengan persediaan makanan yang semakin menipis. Rasa haus mencekik kerongkongan Kinara. Rhara masih memantau sekeliling menggunakan teropong tahan api.
“Bagaimana keadaan di luar? Kapan kita mulai mencari air? Aku mulai dehidrasi,” Kinara terbatuk-batuk sedikit dan mengusap keringat yang terus bermunculan di dahinya.
“Lihatlah sendiri keadaan di luar!” Rhara menyerahkan teropongnya.
Mata Kinara terasa pedih. Terlihat suasana di luar terowongan masih penuh kabut disertai asap. Lama-lama api mulai mengecil kemudian benar-benar padam. Semua pohon, rumput, dan bunga-bunga habis dilalap api. Langit berwarna abu-abu pekat. Negeri dongeng itu luluh lantah dalam waktu singkat. Sekarang menyerupai pada abu. Dominasi warna masih hitam dan sedikit putih dari kepulan asap. Kering kerontang tanpa ada air.
“Oh, tidak! Hari ini seperi kiamat. Tinggal menunggu matahari terbit dari sebelah barat. Sangkakala dibunyikan dan matilah kita semua. Musnah sudah.”
“hentikan omong kosongmu! Kau masih terlalu prematur untuk menyampaikan argumen tidak berdasar itu.”
“Apalagi yang tidak ku ketahui? Di luar semua tumbuhan mati. Aku tidak bisamembayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan reboisasi. Dari mana bibit tanaman didapatkan? Butuh waktu puluhan tahun untuk mengembalikan keadaan seperti semula.”
“hahahahahaha.... nikmatilah kehidupanmu di sini! Kau tidak perlu pusing-pusing memikirkan pengembalian vegetasi seperti semula atau politik apa yang harus kau terapkan. Bukankah kau masih muda?”
“Ah, sepertinya semua jawabanmu membuatku kesal. Oke-oke. Seperti katamu kemaren. Aku tidak bisa mengingat satupun kejadian di Falseland ketika kembali ke dunia asal. Jadi kita akan amnesia, seolah-olah tidak pernah datang ke dunia aneh ini? Aku menyesal mendengarnya!”
“Tunggu beberapa saat lagi! Flaseland akan menunjukkan keajaiban dalam hidupmu.”
“Lantas, apa yang sebaiknya kita lakukan di sini?” Kinara sudah mulai bersungut-sungut saking bosannya.
“Diam.”
Kata-kata Rhara mengingatkan Kinara pada serial kartun nickelodeon yang dibintangi oleh hewan-hewan laut seperti Spongebob, Patrick Star, Mr. Crab, dan Squidwod Tentakel. Beberapa adegan sering menampilkan tayangan tunggu satu jam kemudian dan masih dalam kondisi yang sama bahkan ada yang lebih parah hingga dua bulan kemudian. Keadaan sekarang tidak jauh berbeda saat Spongebob, Patrick, dan Squidwod terjebak di tengah hutan. Sialnya Patrick dan Spongebob tidak bersedia mencari jalan keluar karena percaya pada kekuatan kerang ajaib. Persis dengan kata-kata Rhara kepada Kinara. Apa yang sebaiknya kulakukan kerang ajaib? “Tidak ada.” Puja kerang ajaib. Wuuuwuuuu... diam? Kegilaan yang semakin nyata.
“hah, aku sudah tidak tahan lagi!”
“Tenang Kinara! Waktunya tinggal sebentar lagi.”
“Kegilaan macam apa ini? Tenggorokanku sudah sangat kering. Katamu kita harus pasif. Sampai kapan? Sampai kita menjadi kelinci dan burung panggang?”
“Lalu kau mau kita bagaimana? Keadaan di luar masih berbahaya. Suhunya masih di atas 100 derajat Celcius. Kalau kita memaksa keluar, tidak ada hitungan menit pasti kita sudah terpanggang. Kau mau mati konyol di sini?” Rhara berdiri, membentak dan begitu jengkel.
“Lebih baik aku mati kena asap dari pada mati kebosanan,” Kinara berdiri dan siap keluar.
Rhara kaget dengan kenekatan Kinara. Ia memegang kaki Kinara sekuat mungkin. Anak baru itu harus ditahan. Tenaganya yang sudah terkuras membuatnya sangat lelah.
“Lepaskan! Aku menolak hanya diam saja di sini. Lepaskan aku!”
“Tolong Kinara! Tahan sebentar lagi.”
Kinara sudah hilang kendali. Ia berusaha melepaskan tangan Rhara dari kakinya. Ia semakin gemas dan mulai mendorong kepala Kinara ke belakang. Tiba-tiba ada udara dingin memasuki terowongan. Ruangan menjadi sejuk dan berbau harum. Dahaga berkurang.
“Kinara, lihatlah keadaan luar dengan menggunakan teropong!”
Segera Kinara beranjak.betapa kagetnya Kinara. Ia melihat angin puting beliung besar berjalan seolah menyapu sisa-sisa kebakaran. Abu, ranting kering, dan kepulan asap terbawa angin. Kini semua tampak bersih sekali. Setelah itu turun hujan aneh yang belum pernah dilihat oleh Kinara. Bukan air ataupun salju. Sama sekali berbeda. Ukurannya beragam. Ada yang kecil, ada yang besar. Warnanya juga bermacam-macam. Tanah terbuka membentuk lubang-lubang kecil, kemudian benda-benda yang jatuh dari langit masuk ke dalamnya. Perlahan tanah mulai menutup kembali.
“Apa yang kau lihat Kinara?”
“Aku tidak yakin. Benda warna-warni dengan segala ukuran jatuh dari langit. Tadi tanah sempat berlubang, tetapi sekarang sudah menutup lagi.”
“Oh, sedang hujan benih rupanya.”
“Apa? Tolong ulangi sekali lagi!”
“Yang mana? Hujan benih?”
“Benarkah? Fenomena langka ini disebut hujan benih?”
“Iya. Selanjutnya apa lagi?”
“Tanah sudah menutup. Sebentar, baru kuamati lagi.”
Mata Kinara semakin fokus menatap ke luar terowongan. Hujan benih berhenti dan disusul hujan air biasa. tanah yang tandus dan kering akibat kebakaran, mulai menjadi lembab. Bau tanah basah memasuki terowongan. Hujan air sangat deras, tetapi sangat singkat. Langit menjadi penuh warna seperti sebelumnya. Tanpa ada aba-aba hujan berhenti. Tunas-tunas kecil mulai bermunculan. Mereka tumbuh dengan cepat dan pesat. Daun-daun melebar dan banyak. Batang dan cabang pohon membesar serta meninggi. Rerumputan tumbuh subur. Bunga-bunga kembali bermekaran. Antah datang dari mana, manusia capung, manusia kumbang, dan manusia lebah sudah bermunculan dengan bebas. Pohon-pohon besar mulai berbuah.
Kinara belum percaya dengan kejadian yang baru saja ia saksikan. Dunia ajaib Falseland memberinya banyak kejutan yang susah diterima dengan logika. Kakinya terasa kuyu dan akhirnya tubuhnya roboh. Rhara panik melihat keadaan Kinara.
“Kinara. Bangun Kinara! Apa yang terjadi? Apakah ada bagian tubuhmu yang sakit?”
Kinara belum menjawab. Tatapannya kosong lurus ke depan. Rhara mengguncang-guncangkan bahu Kinara ke depan dan ke belakang. Ia juga menepuk pelan pipi Kinara. Tujuh detik kemudian Kinara baru tersadar. Ia duduk perlahan dengan raut muka kebingungan.
“Tempat apa ini sebenarnya?” gumam Kinara lirih.
“Syukurlah kau baik-baik saja. Segera pulihkan tenagamu! Kita akan segera keluar. Misi kita akan diperjuangkan kembali!”
“Jadi kita mau kemana?”
“Aku juga belum yakin. Pasti nanti akan ada petunjuk.”
Mereka bangkit dan membawa teropong anti api serta membuka penutup terowongan. Cahaya terang menyambut dengan hangat kedua sahabat baru itu. Bunyi air mengalir datang dari arah belakang. Mereka segera mencarinya. Ternyata ada air terjun kecil di dekat pepohonan rimbun. Sekelilingnya penuh bunga besar dan kecil aneka warna. Pemandangannya benar-benar indah.
“Aku punya kantung air. Bawalah satu untukmu. Nanti minumlah sepuasnya dan bawalah airnya!”
“Terimakasih. Aku sama sekali belum punya apa-apa.”
“Benar juga. Aku memiliki sasando[1] setelah sampai di sini. Di mana alat musikmu?”
“Apakah semua makhluk mitologi di sini wajib memiliki alat musik? Sebelumnya aku juga bertemu dengan makhluk lain. Semuanya membawa alat musik. Namun, aku tidak punya sendiri,” Kinara menjawab dengan raut muka panik.
“Sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan. Ayo, kita minum saja!”
Rhara berlari menuju air. Langkahnya mendadak terhenti. Tubuhnya bergetar.
“Ada apa Rhara?” tanya Kinara.
Rhara menunjuk ke arah manusia singa yang memegang harmonika. Ia masih trauma dengan serangan manusia harimau.
“hai, kau Kinara kan? Aku mendapatkan pesan penting.”
“Spinx[2], bagaimana kau tahu namaku?” seru Kinara takjub.
“Kau juga tahu namaku. Bagian mana yang membuat aneh?”
“Bukan begitu. Kau memang fenomenal sejak dulu. Siapa yang tidak tahu sosok singa berkepala manusia? Anak kecilpun tahu.”
“Baiklah. Terserah padamu saja. Kau sedang dicari oleh Ganesha[3]. Cepatlah menuju ke kebun blackberry. Ganesha menunggumu!”
“Terimakasih atas informasinya. Aku ingin minum terlebih dahulu. Hujan api tadi sungguh merepotkan. Untung tempat ini ajaib.”
“hai kelinci! Aku tidak berminat memakanmu. Kemarilah! Kita perlu mengobrol sebentar.”
Sasando yang dibawa Rhara hampir jatuh. Ia tidak menyangka Spinx ingin beramah tamah. Semenjak sampai di Falseland, hanya beberapa makhluk yang baik padanya. Sulit baginya untuk bisa bertahan hidup hingga saat ini. Beruntung kini ia tidak sendiri. Keputusannya sudah bulat. Ia akan menjadi pemandu bagi Kinara dan mengikuti kemanapun perginya.
“Ngomong-ngomong, sepertinya kau istimewa Kinara,” kata Spinx.
“Kenapa kau bisa berargumen demikian? Aku cukup pusing setelah sadar tidak memiliki alat musik. Aku juga belum lama sampai di Falseland.”
“Pantas saja kau masih terlihat polos. Kuberi tahu. Makhluk mitologi lain sangat kesulitan jika ingin bertemu dengan Ganesha. Ia adalah sumber ilmu pengetahuan. Konon ia memiliki kunci utama perpustakaan Falseland. Semua data dan misi makhluk mitologi yang tinggal di sini, tersimpan di sana. Ganesha memiliki wewenang untuk membaca semua transkip yang tersimpan. Jadi, ia tahu segalanya.”
“Wow, mengapa Dewa penting itu susah-susah ingin menemuiku,” Kinara terkagum-kagum.
“hanya ada satu alasan,” kata Rhara.
“Apa menurutmu?” Spinx menggerakkan ekornya ke kanan dan ke kiri.
“Beberapa hari yang lalu Kinara mempertaruhkan hidupnya untuk menyelamatkanku dari serangan manusia harimau. Mungkin ia akan memperoleh imbalan yang setimpal karena kebaikan yang ia lakukan. Tindakannya heroik hingga Ker menyelamatkan kami dan membawa manusia harimau ke Blackland,” kata-kata Rhara mengandung banyak makna.
“Keren sekali. Pantas saja Ganesha mencarimu. Jadi, hujan api dan segala kekacauan ini gara-gara ulah manusia harimau?”
“Iya, aku juga tidak menyangka ia memilih jalan seperti itu.”
“ngomong-ngomong, bukannya wajar jika manusia harimau ingin memangsa kelinci?” Kinara bertanya dengan wajah polos.
“Sobat, kau harus banyak belajar lagi. Aku juga setengah singa, tetapi peraturan di sini sangat jelas bahwa tidak memperbolehkan di antara makhluk mitologi saling memangsa. Terkadang aku ingin sekali memakan daging. Namun, keinginanku untuk kembali ke dunia asal sudah kutanam kuat-kuat. Aku tidak boleh melanggarnya.”
“Jadi, apa yang kau makan saat lapar? Tidak mungkin dedaunan bukan?”
“Di sini ikan bebas diburu karena tidak tergolong makhluk kutukan. Ingat ya, hanya berlaku untuk ikan.”
Kinara minum sepuasnya. Rhara menceburkan diri ke dalam air yang dangkal. Ketiga makhluk mitologi itu terlihat bahagia berada didekat air terjun. Mereka menyimpan masa lalu masing-masing yang tentunya penuh teka-teki. Akankah mereka bertiga bisa menuntaskan misi?
[1] Alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipetik. Berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
[2] Berasal dari mitologi Mesir kuno. Patung Spinx biasanya ada di dekat Piramida.
[3] Dewa ilmu pengetahuan dari mitologi Hindu. Wujudnya berbadan manusia berkepala gajah.
“Badanku terasa bugar kembali. Berhari-hari kita terjebak di dalam terowongan. Terimakasih Rhara. Kau telah mencegahku bertindak bodoh. Jika kau bukan kelinci, aku tidak tahu harus berlindung di mana saat ada bencana.”“Sama-sama. Kenyataannya kau menolongku lebih dulu. Aku sudah mengalami hujan api dua kali. Setiap hal ini terjadi, aku merasa sedih. Kasihan mereka yang harus menghabiskan hidupnya di Blackland. Tidak ada kebahagiaan di sana.”“Sudahlah. Kita akan segera bertemu dengan Ganesha.”“Di mana kebun Blackberry itu? Kita akan kesulitan menemukannya karena tidak ada peta di sini.”“Tenanglah! Kita akan mencarinya lewat jalur udara.”“Maksudmu?” Rhara tidak mengerti dengan ide Kinara.“naiklah ke punggungku!”“A-aku, ragu-ragu. Apa yang akan kau lakuka?”“Percayalah padaku. Kau tidak akan pernah menyesal.”&
Tanah di sekitar Kinara sedikit bergetar karena Rhara masih melompat-lompat kegirangan seolah-olah mendapatkan juara I dalam sebuah perlombaan basket antar sekolah. Ia mengayun-ayunkan tangannya yang memegang gulungan kertas itu tanpa tahu apa isinya. Sedangkan Kinari masih terpekur menengadahkan kedua telapak tangannya yang membawa sebuah kunci terbuat dari berlian asli pemberian dari Ganesha. Terpaan matahari membuat benda itu berkilauan indah sekali. Ganesha pergi begitu saja tanpa memberi tahu kunci apa yang ia berikan. Banyak misteri yang menyelimuti hidup Kinara. Pikirannya penuh tanda tanya. Mengapa dirinya harus bertemu banyak makhluk-makhluk aneh yang selalu memberinya teka-teki? Seharusnya ada sedikiut clu tentang kunci itu. Terlepas dari informasi tentang Kinari yang sangat membantu, Ganesha tidak membuka sejujurnya tentang kunci hingga Kinara menjadi penasaran luar biasa.“hore..
“Kita butuh api atau air hangat untuknya. Bagaimana cara mendapatkannya?” Kinara memandang ke arah Rhara penuh harap.“Ada batu api. Hanya saja menurut peta jaraknya sangat jauh dari kebun wortel ini. Setidaknya membutuhkan waktu satu hari satu malam. Jika kita pergi selama itu manusia ayam tidak tertolong lagi.”“Oh, tidak! Ia harus segera harus diselamatkan. Ia sedang sekarat di depan kita. Menurutmu apa tidak ada cara lain untuk membantunya bertahan?”“Ada, tetapi sangat menyakitkan dan beresiko.”“Katakan! Akan kucoba sebisaku!” kata-kata Kinara bak pahlawan kesiangan.“Kau yakin mampu melakukannya? Pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu. Manusia ayam hipotermia karena kehilangan semua bulunya. Tempat ini jauh dari sumber api. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkannya adalah dengan memberinya bulu.”“Apa maksudmu Rhara? Haruskah aku mencabuti buluku
Peta dari Ganesha benar-benar berguna. Semua tibdakan baik yang Kinara lakukan tidak ada yang sia-sia. Tiba-tiba Kinara ingin bertemu Anubis. Perkataannya masih terngiang-ngiang di telinga Kinara, “Ingat, satu kebaikan yang kau lakukan akan membawamu lebih dekat dengan Kinari dan keburukan atau kejahatan yang kau perbuat akan menjauhkanmu darinya.” Kini sosok Kinari bukan sekedar angan dan bayangan. Memang belum jelas. Namun, Kinara merasa sudah punya sedikit keberanian untuk menemuinya. Kunci berlian, cairan dari Akar, dan senjata telur merupakan perbekalan untuk menghadapi tantangan yang akan membawanya dalam perjumpaan indah dengan Kinari.“Jadi persinggahan kita di kebun bunga pertama dan kedua tidak menghasilkan apa-apa,” kata Kinara dalam perjalanan ke hutan jati.“Jangan berkata demikian. Ganesha bilang kita harus menemukan bunga abadi. Logikanya kita mencari di kebun bunga. Siapa sangka justru terletak di hutan jati. Jika kita tida
Mobil detektif Devgan meluncur dengan mulus menembus kabut tipis di jalan menuju desa hutan pinus. Hawa dingin membuat Tar merasa tidak nyaman. Gaun yang ia kenakan panjang hingga mata kaki, tetapi tidak berlengan.“Detektif, bisakah kita berganti kostum? Kita sudah cukup jauh. Setidaknya sekitar tujuh puluh kilo dari rumah Alex. Sepertinya kru tv tidak ada yang mengikuti kita hingga sejauh ini,” Tar mencoba membujuk. Badannya sungguh risih jika harus lebih lama mengenakan gaun wanita.“Kita tetap harus waspada. Nanti memasuki kawasan desa, baru kita tanggalkan menyamaran ini. Apa masalahmu?”“Dingin. Suhunya turun drastis sejak kita mulai menanjak. Aku sudah tidak tahan. Adakah mantel yang bisa kupinjam?”“hmmm... sepertinya ada. Coba kau cari di kursi belakang!” Tar segera memutar badannya dan sibuk mencari-cari mantel. Astaga,
Secangkir kopi hangat membuat keadaan Tar jauh lebih baik. Setelah selesai mandi dan menghapus make up konyol yang ia pakai untuk penyamaran, mukanya terasa sedikit panas. Ia dan detektif Devgan bersyukur bisa bermalam di tempat yang aman. Keduanya menghangatkan diri di depan perapian. Baju yang mereka kenakan sudah sangat kuno dan berbau sedikit apek. Namun, hal itu tidak terlalu dipermasalahkan. Mereka sudah membuang jauh-jauh gaun penyamaran yang penuh kotoran. Meskipun penampilan mereka mirip pemuda desa era 80-an, tapi senyum tetap tersungging di bibir keduanya.“Kau tampak tampan memakai kemeja kotak-kotak kuno itu. Sangat cocok dengan celana coklat yang agak lusuh,” detektif Devgan terkekeh ke arah Tar.“Masa bodoh dengan kostum ini. Nenek pemilik rumah amat baik kepada kita. Bahkan ia memberikan cemilan cokelat enak ini kepada kita.”“Permisi, apakah kalian berdua ingin makan sesuatu yang lebih mengenyangkan?” nenek pe
“Apakah kau suka tentang buku-buku fantasi?” Kinara merasa lebih bugar dan ingin sedikit santai karena tekanan bunga abadi tentang hafalan gerak tari kesetiaan membuat kepalanya pening selama dua hari.“Hhh... Aku menyesal terlalu fokus dengan sesuatu yang ilmiah. Dulu aku terlalu banyak menghabiskan waktu di laboratorium dan memecahkan berbagai rumus. Hidupku terlalu lurus. Sekarang aku baru menyadari betapa bodoh keputusanku itu. Falseland penuh tantangan. Salah satu pendukung untuk bisa memecahkan beberapa teka-teki di sini adalah pengalaman dari bacaan fiksi fantasi atau ilmu humaniora yang kau sebut-sebut. Terutama kajian sejarah dunia kuno yang membahas mitologi.”“Memang hobiku membaca novel dan buku-buku non ilmiah. Di samping itu aku menggilai buku-buku sejarah koleksi papaku. Tak ku sangka hal itu amat berguna di sini. Bukankah perlu kerjasama dri berbagai disiplin ilmu pengetahuan untuk mengungkap kebenaran sebuah temuan? Sejati
Makhluk cantik bersayap dan bertubuh burung itu turun dari atas pohon. Bibirnya berwarna merah muda. Kulit kuningnya bertambah elok terkena sinar matahari. Matanya kecil dilengkapi bulu mata lentik yang panjang. Rambutnya hitam legam. Senyumnya begitu menggoda. Caranya terbang sangat elegan. Kepakan sayapnya teratur dan menimbulkan angin. Rhara merasa dikipasi dari dekat. Kinara diam-diam berdoa dalam hati.Harapan terbesar Kinara adalah telah selesai dalam pencarian panjangnya dan ingin buru-buru latihan tari kesetiaan. Ia akan menyambut dengan riang gembira jika keinginannya bisa segera terwujud. Ia sudah tidak sabar membayangkan panggung tari yang penuh gemerlap diiringi alunan musik indah seperti para peri penjaga bunga abadi yang meliuk-liukkan tubuhnya. Bila memungkinkan Kinara ingin mengungkapkan perasaan yang ia pendam selama ini. Cinta ini datang mendadak tanpa permisi. Cinta murni kepada seorang gadis yang sama sekali belum dikenalnya. Kinari, Kinari, Kinari. Sekali
Ah, benar-benar minim pengetahuan. Kinara menghirup napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. Ia ingin merelaksasi diri. Bisakah ia melakukan koprol di sini? Tentu saja tidak akan ada yang berkomentar tentang perilakunya yang aneh. Huh, pernyataan Camazotz membuatnya tidak berkutik. Seandainya Rhara tidak hilang, ia tidak harus menanggung malu.“Kinara, aku ada urusan sebentar. Temuilah manusia angsa lebih dulu. Nanti kita berkumpul lagi di tempat manusia cumi-cumi tinggal,” Harpi meminta ijin.“Memangnya ada keperluan apa? Mengapa kita tidak pergi bersama-sama?” tanya Kinara penasaran.“Ada hal pribadi yang mau aku urus. Menyangkut masalah perempuan. Aku tidak melibatkanmu dalam masalah ini,” Harpi tersipu malu.“Maaf, kupikir hal biasa.” Kinara jadi salah tingkah. “Yang terpenting nanti kita bisa bertemu lagi tepat waktu. Jangan sampai kita terpisah. Kau paham kan? Aku masih trauma dengan kejadi
Keceriaan manusia kelinci yang selalu mengisi hari-hari Kinara, kini menguap bagai air yang mendidih, menyusut, lalu habis tanpa sisa. Cita-cita besar untuk bisa kembali ke dunia asal bersama-sama seakan terputus. Kinara merasa seperti ulat yang gagal bermetamorfosis sebagai kupu-kupu. Berbagai tahapan telah dilalui dengan baik. Sayangnya, takdir berkata lain.“Ku rasa, kita memang harus melanjutkan perjalanan. Jika terus-menerus di sini, aku tetap mengingat Rhara.” Kinara bangkit dan mengepakkan sayapnya. Harpi membimbing Kinara agar terbang berdampingan. Mereka menuju gua harapan. Kinara sekarang berpikir lebih logis. Ia beruntung memiliki teman dekat seperti Harpi. Selain cantik, Harpi cepat move on dari peristiwa kelam yang dilaluinya. Ia tetap sedih, tapi tidak terlarut-larut. Mungkin Harpi sadar bahwa tindakan seperti itu menghabiskan energi.
Udara semakin dingin. Hujan es sedikit reda. Tanah dipenuhi es padat. Terasa sakit saat kaki telanjang menginjaknya. Hawa dingin dari es memicu rasa ngilu. Suhu badanpun menurun drastis.Kinara histeris. “Rhara... Rhara!” teriaknya membabi buta.Harpi berbalik dan menggapai Kinara. “Kendalikan dirimu, Kinara! Rhara jatuh ke bawah!” Harpi memegangi tubuh Kinara yang terus berontak.“Lepaskan! Lepaskan aku! Aku harus turun ke bawah. Rhara akan ku selamatkan.” Tangis Kinara pecah di sela hujan es.Harpi memeluk erat Kinara. “Ini kecelakaan. Bukan salah siapapun. Tenanglah Kinara, kumohon! Kita bisa celaka semuanya jika turun ke jurang sekarang!” Harpi ikut menangis dan berusaha menenangkan Kinara yang masih shock atas jatuhnya Rhara.“Teman terbaiku jatuh. Aku belum tahu bagaimana keadaannya. Biarkan aku mencarinya ke bawah!” Kinara tetap meronta-ronta. Kali ini pelukan Harpi lepas. Hampir sa
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Falseland, tugas utama Kinara adalah mencari Kinari. Perjalanan panjang penuh liku-liku telah dialaminya. Kemudian, ia merasa senang bisa berjuang dan dibantu dalam banyak hal oleh Rhara. Betapa sepi hidupnya jika harus berjuang seorang diri hingga ke titik ini. Naik turun gunung es tidak akan berhasil tanpa bantuan dari Rhara. Semua tentang manusia kelinci itu membawa kebaikan dan selalu mengingatkan pada keberhasilan misi. Awalnya, Harpi kelihatan polos di mata Kinara. Ia juga takut jika gadis burung itu akan merepotkan. Ternyata, tebakannya melenceng jauh. Harpi terlalu kuat, mandiri, cerdas, dan cantik. Semua itu terlalun keren bagi Kinara. Hingga pada suatu hari yang tidak ditentukan, hatinya meleleh. Setengah dari dirinya mengharapkan Harpi. Sisanya mengukir dalam nama Kinari. Makhluk mitolog
Kinara menyiapkan makanan bersama Harpi. Rhara sibuk membuat terowongan. Tugas masing-masing selesai dengan cepat. Kinara makan tidak terlalu lahap. Sesekali ia memandang ke arah Harpi. Ada getaran-getaran aneh memasuki relung hatinya. Saat mengunyah, bibir Harpi terlihat eksotis di mata Kinara. Merah muda, tipis, dan bergoyang-goyang. Lalu lidah Harpi menyapu bibirnya dengan gerakan lambat. Hal itu semakin membuat Kinara menjadi gemas.Plak! Rhara menepuk jidat Kinara dengan keras.“Aduh, sakit sekali. Kau kenapa lagi sih?” Kinara melompat saking kagetnya.“Ada nyamuk besar dijidatmu!” Rhara asal menjawab. Sebenarnya ia sedikit gerah melihat kelakuan Kinara.“Mana ada hewan seperti itu di tempat ini? Lama-lama kau ngelantur,” Kinara agak kesal.“Hmmm... kalian berulah lagi. Ini sudah larut. Ayo hentikan! Aku ingin segera tidur cantik di atas dedaunan pohon yang rindang.” Harpi bangkit menuju ke arah
Kedua tangan Kinara memegang kepalanya. Ada apa sebenarnya dengan kedua sahabat dekatnya itu? Awalnya, Kinara yang merasa keberatan dengan kehadiran Harpi. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Untungnya Rhara ramah dan mengajak mereka untuk bisa rukun serta berjuang bersama. Kali ini justru Rhara ingin Harpi pergi. Ah, masalah yang kecil mampu membuat rusak pertemanan yang dijalin dengan susah payah.Kinara merangkul Rhara dan membawanya agah menjauh.”Rhara, apa yang merasukimu? Mengapa kau mendadak kejam? Sadarlah, perjalanan kita sudah cukup jauh. Redamlah egomu dan biarkan Harpi tetap bersama kita,”“Jangan, Kinara! Perjuangan kita terlalu berharga jika rusak dan gagal hanya karena gadis burung pembohong. Aku tidak mau usaha kita berujung sia-sia. Demi impian seluruh penghuni Falseland. Buatlah keputusan yang paling bijak!”“Percayalah padaku Rhara. Aku tidak akan mengecewakan siapapun.” Kinara menjabat tangan Rhara
Waktu bergulir cepat. Kinara sudah hampir hafal semua gerakan tari kesetiaan. Rhara masih terpekur membaca buku yang tidak diketahui judulnya oleh orang lain.“Apakah kau sudah hafal bagian terakhirnya?” tanya Kinara kepada Harpi.“Se... dikit,” Harpi kehilangan kendali.“Mengapa kau begitu canggung bicara padaku?” Kinara mendekatkan badannya. Harpi mundur dua langkah. Ia tidak bisa menguasai diri. Gejolak cintanya tumbuh lebih besar. Ia ingin terbang sembari berpelukan dan bersandar pada dada Kinara yang lapang. Tidak bisakah dirinya yang melakukan tarian kesetiaan di bawah pohon kalpataru bersama Kinara? Toh sama saja ia dan Kinari adalah gadis burung.“Kinara, apakah kalian sudah selesai?” Rhara mulai merapikan buku-buku dan bersiap meninggalkan perpustakaan.“Apa yang baru saja kau baca?” Kinara sudah duduk di sa
“Apa sih yang sedang kita cari? Kenapa masih belum ditemukan juga?” Harpi menggerutu sambil memasang muka cemberut.“Buku yang sangat spesial dan menentukan masa depan Kinara,” jawab Rhara. Harpi hilang fokus mendengar jawaban temannya. Ia tidak memperhatikan senderan kayu di sampingnya yang sudah rapuh. Lalu terdengar suara kayu patah agak keras. Akibatnya senderan roboh bersama badan Harpi. Untung saja Kinara sigap dan menangkap Harpi dalam pelukannya. Mereka saling memangdang satu sama lain lumayan lama. Kinara mendekatkan wajahnya ke arah Harpi. Deg! Jantung Harpi serasa berhenti berdetak. Akankah Kinara melakukan sesuatu yang membuatnya semakin cinta? Terasa angin kecil meniup matanya. Ternyata Kinara hanya meniup alis Harpi untuk menghilangkan debu yang menempel agar tidak masuk ke dalam mata.
Tujuan utama Harpi sekarang adalah menggeser kedudukan Kinari dari hati Kinara. Ia bertekad melawan takdir. Selama Kinari belum ditemukan, rencananya bisa dijalankan dengan lembut dan hati-hati. Ia membutuhkan situasi yang mendukung agar targetnya lebih perhatian dari pada sebelumnya. Mungkin waktu yang tersisa sangat terbatas mengingat misi Kinara sudah hampir selesai. Seperti kata Ganesha, setelah melewati gunung es, maka mereka memasuki labirin maut. Selanjutnya, Kinara hanya perlu mencari petunjuk terakhir di dalam perpustakaan ini. Rhara adalah batu sandungan terbesar yang nyata. Harpi tahu bahwa posisi Rhara adalah sebagai pelindung bagi Kinara untuk tetap konsisten dalan menjalankan misi. Selain itu, Rhara juga sebagai pengingat bahwa pasangan penari burung harus segera dipertemukan. Maka, rencana Harpi harus dilakukan tanpa menimbulkan kecurigaan. Misi rahasia untuk menghapus Kinari akan terwujud denga