Share

BAB IX Hujan Api

Author: ArjumandViva
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Bangunlah! Ayo bangun! Kumohon, jangan mati di sini!”

            Sebuah suara yang masih asing bagi Kinara terdengar dari samping kirinya. Perlahan mata Kinara mulai terbuka. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang ada di dalam ruangan sempit. Udaranya pengab dan terasa panas. Bulu-bulunya seperti mengering. Kepalanya masih pening. Tangan kanannya terasa ngilu, berat, perih, dan macam-macam bercampur menjadi satu. Alas tidurnya keras. Meski begitu terlalu hangat seperti di samping perapian. Tenaganya terkuras habis. Entah kenapa ia sangat ingin minum. Perutnya juga lapar.

“Di mana aku?” suara Kinara terdengar lirih seperti orang berbisik.

“Astaga, terimakasih. Akhirnya kau sadar juga. Kita sudah berada di tempat ini selama dua hari,” manusia kelinci memegang kakinya dan tersenyum senang.

“Kau siapa? Tempat apa ini?”

“Rupanya kau tidak ingat. Terimakasih sudah menyelamatkanku dari serangan manusia harimau. Jika kau tidak datang, mungkin tanganku sudah putus atau mungkin aku menjadi santapan siangnya dan tamat di tempat.”

“Manusia harimau?” sekelebat ingatan tentang hari mengerikan itu datang menghampiri Kinara.

“Apakah kau tidak bisa mengingatnya?”

“Tunggu! Aku sedikit ingat. Kemarin manusia harimau melompat untuk menerkammu.”

“Benar sekali. Tenanglah! Sekarang kita sudah berada di tempat yang aman. Aku membuat terowongan cadangan jika terjadi hal yang tidak diduga. Sepertinya kau belum lama tinggal di Falseland.”

“Begitu ya? Aku memang belum tahu banyak tentang tempat ini.”

“Kalau begitu aku bersedia menjadi pemandumu. Dengarkan ceritaku tentang Falseland. Dua hari yang lalu manusia harimau hendak menerkamku. Lalu kau datang seperti juru selamat. Sayangnya, manusia harimau berhasil menggigit tangan kananmu. Setelah itu hukum di Falseland ditegakkan. Ker[1] datang dengan menunggangi naga api untuk membawa manusia harimau menuju ke Blackland. Akibatnya, Falseland dilanda hujan api selama tiga hari,” manusia kelinci menjelaskan panjang lebar.

“Blackland? Apalagi itu? Terlalu banyak hal baru yang harus aku hafalkan. Sebelum kau jelaskan lebih jauh, perkenalkan namaku Kinara. Siapa namamu?”

“Panggil saja aku Rhara. Adaptasi di sini memang butuh waktu. Sabarlah! Blackland adalah tempat paling mengerikan di mana makhluk terkutuk bersemayam abadi di dalamnya. Mereka telah kehilangan semua sisi kemanusiaan yang tersisa dan sepenuhnya berubah menjadi binatang liar yang buas. Tidak ada harapan untuk menebus kesalahan dan hidup normal di dunia asal. Blackland menyerupai padang pasir tanpa tumbuhan dan air. Sebagai hukuman, penghuni Blackland hanya bisa minum jika hujan datang yang tidak bisa diprediksi kapan akan turun. Kita yang sedang menebus dosa di Falseland sangat berharap bisa kembali ke tempat asal kita. Maka, sebisa mungkin menjauhkan perilaku yang membawa kita masuk ke dalam Blackland.”

“Jadi, di luar masih hujan api?”

“Tepat, kita masih berlindung di dalam terowongan yang kubuat hingga besok. Persediaan makanan sudah kusiapkan. Sayangnya, aku tidak memiliki biji-bijian. Hanya buah-buah lunak seperti pisang dan pepaya yang ada. Semoga manusia burung sepertimu tetap bisa makan. Kita butuh tenaga untuk tetap bisa bertahan dalam segala kondisi.”

“Aku hanya pernah mengalami hujan air atau salju. Pernah juga ku dengar di belahan dunia lain yang letaknya dekat dengan khatulistiwa mengalami hujan abu akibat letusan gunung berapi. Sempat juga kulihat videonya yang tampak meresahkan. Banyak pohon yang mati, segalanya terlihat putih keabu-abuan dan membuat sesk napas. Hasil pertanian gagal panen dan ikan budi daya semua mati.”

“Hentikan! Jangan terlalu banyak menceritakan tentang dunia asal di Falseland!”

“Oh iya, aku hampir lupa. Rhara bolehkah aku melihat suasana di luar?”

“Tentu. Kau pasti penasaran dengan fenomena alam yang unik di sini. Aku sudah menyiapkan teropong khusus yang dilapisi bahan anti api untuk mengamati sekitar terowongan. Ayo kita ke depan dan silahkan gunakan teropong ini!”

            Kinara beranjak dengan setengah tergesa-gesa. Teropong itu lumayan panjang. Ia mulai mengamati hujan api yang sedang berlangsung. Flaseland sama sekali berbeda dengan dunia ajaib yang ia lihat sebelumnya. Kini langit tampak gelap. Bola-bola api sebesar buah chery berjatuhan ke atas tanah. Pohon-pohon, bunga-bunga sekalian rerumputan telah habis dilalap api. Semuanya terbakar. Bola api menyerupai kembang api yang datang bertubi-tubi tiada henti. Bara api semakin besar persis seperti kebakaran hutan yang parah. Pantas saja jika terowongan ini terasa panas. Keindahan Falseland dengan dedaunan dan warna-warni bunga sirna seketika. Hanya ada dua warna yang kini mendominasi, yaitu hitam dan merah jingga dari api yang berkobar-kobar.

            Pikiran Kinara masih terpaku pada kejadian-kejadian ajaib di sekelilingnya. Falseland tidak indah seperti yang terlihat sebelumnya. Ada banyak rahasia yang belum ia ketahui. Berbagai peristiwa dan hal-hal aneh tersimpan di dalamnya. Satu hal yang pasti, ia membutuhkan sekutu untuk bisa beradaptasi. Ia bisa mati kapanpun saja jika tidak punya pemandu. Terlalu berbahaya jika hanya mengandalkan diri sendiri. Selain itu misinya harus tuntas. Kebaikan-kebaikan tetap harus dilakukan kapanpun dan di manapun. Tujuan utama di sini adalah menemukan Kinari. Sosok misterius yang masih ambigu. Satu petunjuk khusus, makhluk mitologi itu bersayap.

            Mencari Kinari adalah kunci untuk bisa kembali ke dunia. Kinari pasti tahu di mana pohon kalpataru dan bagaimana cara menari di bawahnya serta mengundang seluruh penduduk Falseland untuk menonton pertunjukan mereka. Mungkin penampilan Kinara dan Kinari semacam opera musik yang entah di sutradarai oleh siapa. Khayalan terus muncul dalam diri Kinara. Panggung tari yang penuh cahaya warni-warni dengan lighting sempurna. Iringan musik entah modern ataupun klasik masih belum bisa ditebak. Kostumnya  mungkin dirancang khusus dengan tema back to nature. Ah, terlalu jauh Kinara membayangkan. Ia tersadar dengan keadaan Falseland yang saat ini masih hancur lebur karena kebakaran dahsyat. Falseland kehilangan aura keindahannya. Hanya abu menggunung yang menghiasi setiap sudutnya.

“Rhara aku merindukan kembali pulang ke dunia asalku. Tidak bisakah aku menceritakan kegelisahanku? Rasanya ingin kutumpahkan segala sesuatu yang membuat sesak di dalam dada. Aku juga sangat penasaran tentang kisahmu. Bagaimana kau bisa berada di tempat ini? Apakah kita sama-sama seorang pendosa?”

“Aturan tetap harus ditegakkan, bukan untuk dilanggar. Pendatang baru memang rentan terkena depresi setelah sampai di sini. Namun, lakukanlah yang terbaik untuk mengendalikan hasrat dan emosi. Jangan sampai misimu gagal hanya gara-gara tidak bisa menahan diri untuk memendam aibmu. Benar tebakanmu. Kita di sini sebagai seorang pendosa yang wajib menyelesaikan misi untuk bisa kembali berkumpul dengan keluarga kita di dunia asal. Namun, di sini bukan tempat yang tepat untuk berkeluh kesah. Aku tidak bisa membantu apa-apa agar kau cepat kembali ke duniamu.”

“Aku merasa sedih mendengarnya.”

“Tenanglah! Ada sebuah tempat khusus di dalam Falseland yang dimanfaatkan oleh makhluk-makhluk terkutuk untuk tetap bisa mengingat jati diri aslinya di kehidupan asal dan menceritakan semua hal tanpa rasa takut melanggar aturan karena memang diperbolehkan. Nama tempat itu adalah gua harapan. Di dalamnya tersimpan cerita-cerita yang penuh penyesalan dari tindakan makhluk terkutuk hingga di hukum. Mereka menuliskan cerita kehidupannya di dinding yang menyerupai relief. Aku sudah menyimpan memoriku di sana. Setiap kali ingatanku sedikit memudar, aku selalu mengunjungi gua harapan untuk terus menjaga masa laluku di dunia asal.”

“Penjelasanmu mirip cerita disney. Mengandung banyak istilah-istilah asing di dalam dunia ajaib. Sepertinya belum akan tamat. Banyak sekali tempat yang harus kuhafal. Semua terasa asing bagiku.”

            Rhara benar-benar membantu. Ia tahu banyak hal yang masih abu-abu bagi Kinara. Melihat dari gerak-geriknya, sepertinya Rhara berusaha keras mematuhi peraturan yang diterapkan di Falseland. Kinara merasa cocok karena menemukan teman yang membawanya pada kebaikan. Hal mengerikan jika gagal dalam menjalankan misi, Kinara akan tinggal di Blackland dan seutuhnya menjadi burung.

            Gua harapan mungkin saja tempat yang dirindukan oleh makhluk-makhluk penghuni Falseland. Tunggu, kata Rhara harus mengukir cerita mirip relief di dinding gua. Sayangnya, Kinara tidak tahu cara memahat. Nilai keseniannya selalu rendah. Bahkan melukis di atas kanvaspun ia tidak bisa. Bagaimana cara menggambarkan kisah hidupnya seperti relief? Sekali lagi Falseland memberikan tantangan yang memusingkan. Butuh waktu beberapa bulan untuk bisa menyelesaikan pahatannya. Bisa-bisa Kinara jamuran di dalam gua.

“Apa yang sedang kau pikirkan Kinara?” pertanyaan Rhara membuyarkan lamunannya yang sudah melampaui batas.

“Tentu aku sedang menerawang jauh ke depan. Bagaimana caraku bisa berkunjung ke tempat-tempat asing yang telah kau sebutkan? Memang di sini aku sedang di hukum, tetapi aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Aku telah memutuskan untuk mendapatkan hal baru yang bisa menjadi pengalaman menarik sebagai dongeng anak cucuku kelak.”

“hahahaha.. kau terdengar terlalu tua. Tempat ini memang menyerupai negeri dongeng. Mungkin cita-citamu itu tidak akan pernah terwujud.”

“Memangnya kenapa?” Kinara penuh tanda tanya.

[1] Dewa kematian yang kejam dari mitologi yunani kuno.

Related chapters

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB X Diam

    Hujan api telah berhenti. Kinara dan Rhara masih berada di dalam terowongan dengan persediaan makanan yang semakin menipis. Rasa haus mencekik kerongkongan Kinara. Rhara masih memantau sekeliling menggunakan teropong tahan api.“Bagaimana keadaan di luar? Kapan kita mulai mencari air? Aku mulai dehidrasi,” Kinara terbatuk-batuk sedikit dan mengusap keringat yang terus bermunculan di dahinya.“Lihatlah sendiri keadaan di luar!” Rhara menyerahkan teropongnya. Mata Kinara terasa pedih. Terlihat suasana di luar terowongan masih penuh kabut disertai asap. Lama-lama api mulai mengecil kemudian benar-benar padam. Semua pohon, rumput, dan bunga-bunga habis dilalap api. Langit berwarna abu-abu pekat. Negeri dongeng itu luluh lantah dalam waktu singkat. Sekarang menyerupai pada abu. Dominasi warna masih hitam dan sedikit putih dari kepulan asap. Kering kerontang tanpa ada air.

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XI Ganesha

    “Badanku terasa bugar kembali. Berhari-hari kita terjebak di dalam terowongan. Terimakasih Rhara. Kau telah mencegahku bertindak bodoh. Jika kau bukan kelinci, aku tidak tahu harus berlindung di mana saat ada bencana.”“Sama-sama. Kenyataannya kau menolongku lebih dulu. Aku sudah mengalami hujan api dua kali. Setiap hal ini terjadi, aku merasa sedih. Kasihan mereka yang harus menghabiskan hidupnya di Blackland. Tidak ada kebahagiaan di sana.”“Sudahlah. Kita akan segera bertemu dengan Ganesha.”“Di mana kebun Blackberry itu? Kita akan kesulitan menemukannya karena tidak ada peta di sini.”“Tenanglah! Kita akan mencarinya lewat jalur udara.”“Maksudmu?” Rhara tidak mengerti dengan ide Kinara.“naiklah ke punggungku!”“A-aku, ragu-ragu. Apa yang akan kau lakuka?”“Percayalah padaku. Kau tidak akan pernah menyesal.”&

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XII Petualangan di Kebun Bunga

    Tanah di sekitar Kinara sedikit bergetar karena Rhara masih melompat-lompat kegirangan seolah-olah mendapatkan juara I dalam sebuah perlombaan basket antar sekolah. Ia mengayun-ayunkan tangannya yang memegang gulungan kertas itu tanpa tahu apa isinya. Sedangkan Kinari masih terpekur menengadahkan kedua telapak tangannya yang membawa sebuah kunci terbuat dari berlian asli pemberian dari Ganesha. Terpaan matahari membuat benda itu berkilauan indah sekali. Ganesha pergi begitu saja tanpa memberi tahu kunci apa yang ia berikan. Banyak misteri yang menyelimuti hidup Kinara. Pikirannya penuh tanda tanya. Mengapa dirinya harus bertemu banyak makhluk-makhluk aneh yang selalu memberinya teka-teki? Seharusnya ada sedikiut clu tentang kunci itu. Terlepas dari informasi tentang Kinari yang sangat membantu, Ganesha tidak membuka sejujurnya tentang kunci hingga Kinara menjadi penasaran luar biasa.“hore..

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XIII Donor Bulu

    “Kita butuh api atau air hangat untuknya. Bagaimana cara mendapatkannya?” Kinara memandang ke arah Rhara penuh harap.“Ada batu api. Hanya saja menurut peta jaraknya sangat jauh dari kebun wortel ini. Setidaknya membutuhkan waktu satu hari satu malam. Jika kita pergi selama itu manusia ayam tidak tertolong lagi.”“Oh, tidak! Ia harus segera harus diselamatkan. Ia sedang sekarat di depan kita. Menurutmu apa tidak ada cara lain untuk membantunya bertahan?”“Ada, tetapi sangat menyakitkan dan beresiko.”“Katakan! Akan kucoba sebisaku!” kata-kata Kinara bak pahlawan kesiangan.“Kau yakin mampu melakukannya? Pertimbangkan baik-baik sebelum memutuskan sesuatu. Manusia ayam hipotermia karena kehilangan semua bulunya. Tempat ini jauh dari sumber api. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkannya adalah dengan memberinya bulu.”“Apa maksudmu Rhara? Haruskah aku mencabuti buluku

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XIV Ruang Rindu

    Peta dari Ganesha benar-benar berguna. Semua tibdakan baik yang Kinara lakukan tidak ada yang sia-sia. Tiba-tiba Kinara ingin bertemu Anubis. Perkataannya masih terngiang-ngiang di telinga Kinara, “Ingat, satu kebaikan yang kau lakukan akan membawamu lebih dekat dengan Kinari dan keburukan atau kejahatan yang kau perbuat akan menjauhkanmu darinya.” Kini sosok Kinari bukan sekedar angan dan bayangan. Memang belum jelas. Namun, Kinara merasa sudah punya sedikit keberanian untuk menemuinya. Kunci berlian, cairan dari Akar, dan senjata telur merupakan perbekalan untuk menghadapi tantangan yang akan membawanya dalam perjumpaan indah dengan Kinari.“Jadi persinggahan kita di kebun bunga pertama dan kedua tidak menghasilkan apa-apa,” kata Kinara dalam perjalanan ke hutan jati.“Jangan berkata demikian. Ganesha bilang kita harus menemukan bunga abadi. Logikanya kita mencari di kebun bunga. Siapa sangka justru terletak di hutan jati. Jika kita tida

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XV Tersesat

    Mobil detektif Devgan meluncur dengan mulus menembus kabut tipis di jalan menuju desa hutan pinus. Hawa dingin membuat Tar merasa tidak nyaman. Gaun yang ia kenakan panjang hingga mata kaki, tetapi tidak berlengan.“Detektif, bisakah kita berganti kostum? Kita sudah cukup jauh. Setidaknya sekitar tujuh puluh kilo dari rumah Alex. Sepertinya kru tv tidak ada yang mengikuti kita hingga sejauh ini,” Tar mencoba membujuk. Badannya sungguh risih jika harus lebih lama mengenakan gaun wanita.“Kita tetap harus waspada. Nanti memasuki kawasan desa, baru kita tanggalkan menyamaran ini. Apa masalahmu?”“Dingin. Suhunya turun drastis sejak kita mulai menanjak. Aku sudah tidak tahan. Adakah mantel yang bisa kupinjam?”“hmmm... sepertinya ada. Coba kau cari di kursi belakang!” Tar segera memutar badannya dan sibuk mencari-cari mantel. Astaga,

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XVI Cenayang

    Secangkir kopi hangat membuat keadaan Tar jauh lebih baik. Setelah selesai mandi dan menghapus make up konyol yang ia pakai untuk penyamaran, mukanya terasa sedikit panas. Ia dan detektif Devgan bersyukur bisa bermalam di tempat yang aman. Keduanya menghangatkan diri di depan perapian. Baju yang mereka kenakan sudah sangat kuno dan berbau sedikit apek. Namun, hal itu tidak terlalu dipermasalahkan. Mereka sudah membuang jauh-jauh gaun penyamaran yang penuh kotoran. Meskipun penampilan mereka mirip pemuda desa era 80-an, tapi senyum tetap tersungging di bibir keduanya.“Kau tampak tampan memakai kemeja kotak-kotak kuno itu. Sangat cocok dengan celana coklat yang agak lusuh,” detektif Devgan terkekeh ke arah Tar.“Masa bodoh dengan kostum ini. Nenek pemilik rumah amat baik kepada kita. Bahkan ia memberikan cemilan cokelat enak ini kepada kita.”“Permisi, apakah kalian berdua ingin makan sesuatu yang lebih mengenyangkan?” nenek pe

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XVII Terpuruk

    “Apakah kau suka tentang buku-buku fantasi?” Kinara merasa lebih bugar dan ingin sedikit santai karena tekanan bunga abadi tentang hafalan gerak tari kesetiaan membuat kepalanya pening selama dua hari.“Hhh... Aku menyesal terlalu fokus dengan sesuatu yang ilmiah. Dulu aku terlalu banyak menghabiskan waktu di laboratorium dan memecahkan berbagai rumus. Hidupku terlalu lurus. Sekarang aku baru menyadari betapa bodoh keputusanku itu. Falseland penuh tantangan. Salah satu pendukung untuk bisa memecahkan beberapa teka-teki di sini adalah pengalaman dari bacaan fiksi fantasi atau ilmu humaniora yang kau sebut-sebut. Terutama kajian sejarah dunia kuno yang membahas mitologi.”“Memang hobiku membaca novel dan buku-buku non ilmiah. Di samping itu aku menggilai buku-buku sejarah koleksi papaku. Tak ku sangka hal itu amat berguna di sini. Bukankah perlu kerjasama dri berbagai disiplin ilmu pengetahuan untuk mengungkap kebenaran sebuah temuan? Sejati

Latest chapter

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXVIII Manusia Angsa

    Ah, benar-benar minim pengetahuan. Kinara menghirup napas panjang dan mengeluarkannya pelan-pelan. Ia ingin merelaksasi diri. Bisakah ia melakukan koprol di sini? Tentu saja tidak akan ada yang berkomentar tentang perilakunya yang aneh. Huh, pernyataan Camazotz membuatnya tidak berkutik. Seandainya Rhara tidak hilang, ia tidak harus menanggung malu.“Kinara, aku ada urusan sebentar. Temuilah manusia angsa lebih dulu. Nanti kita berkumpul lagi di tempat manusia cumi-cumi tinggal,” Harpi meminta ijin.“Memangnya ada keperluan apa? Mengapa kita tidak pergi bersama-sama?” tanya Kinara penasaran.“Ada hal pribadi yang mau aku urus. Menyangkut masalah perempuan. Aku tidak melibatkanmu dalam masalah ini,” Harpi tersipu malu.“Maaf, kupikir hal biasa.” Kinara jadi salah tingkah. “Yang terpenting nanti kita bisa bertemu lagi tepat waktu. Jangan sampai kita terpisah. Kau paham kan? Aku masih trauma dengan kejadi

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXVII Camazotz

    Keceriaan manusia kelinci yang selalu mengisi hari-hari Kinara, kini menguap bagai air yang mendidih, menyusut, lalu habis tanpa sisa. Cita-cita besar untuk bisa kembali ke dunia asal bersama-sama seakan terputus. Kinara merasa seperti ulat yang gagal bermetamorfosis sebagai kupu-kupu. Berbagai tahapan telah dilalui dengan baik. Sayangnya, takdir berkata lain.“Ku rasa, kita memang harus melanjutkan perjalanan. Jika terus-menerus di sini, aku tetap mengingat Rhara.” Kinara bangkit dan mengepakkan sayapnya. Harpi membimbing Kinara agar terbang berdampingan. Mereka menuju gua harapan. Kinara sekarang berpikir lebih logis. Ia beruntung memiliki teman dekat seperti Harpi. Selain cantik, Harpi cepat move on dari peristiwa kelam yang dilaluinya. Ia tetap sedih, tapi tidak terlarut-larut. Mungkin Harpi sadar bahwa tindakan seperti itu menghabiskan energi.

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIV HAMPA

    Udara semakin dingin. Hujan es sedikit reda. Tanah dipenuhi es padat. Terasa sakit saat kaki telanjang menginjaknya. Hawa dingin dari es memicu rasa ngilu. Suhu badanpun menurun drastis.Kinara histeris. “Rhara... Rhara!” teriaknya membabi buta.Harpi berbalik dan menggapai Kinara. “Kendalikan dirimu, Kinara! Rhara jatuh ke bawah!” Harpi memegangi tubuh Kinara yang terus berontak.“Lepaskan! Lepaskan aku! Aku harus turun ke bawah. Rhara akan ku selamatkan.” Tangis Kinara pecah di sela hujan es.Harpi memeluk erat Kinara. “Ini kecelakaan. Bukan salah siapapun. Tenanglah Kinara, kumohon! Kita bisa celaka semuanya jika turun ke jurang sekarang!” Harpi ikut menangis dan berusaha menenangkan Kinara yang masih shock atas jatuhnya Rhara.“Teman terbaiku jatuh. Aku belum tahu bagaimana keadaannya. Biarkan aku mencarinya ke bawah!” Kinara tetap meronta-ronta. Kali ini pelukan Harpi lepas. Hampir sa

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXV Hilang

    Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Falseland, tugas utama Kinara adalah mencari Kinari. Perjalanan panjang penuh liku-liku telah dialaminya. Kemudian, ia merasa senang bisa berjuang dan dibantu dalam banyak hal oleh Rhara. Betapa sepi hidupnya jika harus berjuang seorang diri hingga ke titik ini. Naik turun gunung es tidak akan berhasil tanpa bantuan dari Rhara. Semua tentang manusia kelinci itu membawa kebaikan dan selalu mengingatkan pada keberhasilan misi. Awalnya, Harpi kelihatan polos di mata Kinara. Ia juga takut jika gadis burung itu akan merepotkan. Ternyata, tebakannya melenceng jauh. Harpi terlalu kuat, mandiri, cerdas, dan cantik. Semua itu terlalun keren bagi Kinara. Hingga pada suatu hari yang tidak ditentukan, hatinya meleleh. Setengah dari dirinya mengharapkan Harpi. Sisanya mengukir dalam nama Kinari. Makhluk mitolog

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIV Kesalahan

    Kinara menyiapkan makanan bersama Harpi. Rhara sibuk membuat terowongan. Tugas masing-masing selesai dengan cepat. Kinara makan tidak terlalu lahap. Sesekali ia memandang ke arah Harpi. Ada getaran-getaran aneh memasuki relung hatinya. Saat mengunyah, bibir Harpi terlihat eksotis di mata Kinara. Merah muda, tipis, dan bergoyang-goyang. Lalu lidah Harpi menyapu bibirnya dengan gerakan lambat. Hal itu semakin membuat Kinara menjadi gemas.Plak! Rhara menepuk jidat Kinara dengan keras.“Aduh, sakit sekali. Kau kenapa lagi sih?” Kinara melompat saking kagetnya.“Ada nyamuk besar dijidatmu!” Rhara asal menjawab. Sebenarnya ia sedikit gerah melihat kelakuan Kinara.“Mana ada hewan seperti itu di tempat ini? Lama-lama kau ngelantur,” Kinara agak kesal.“Hmmm... kalian berulah lagi. Ini sudah larut. Ayo hentikan! Aku ingin segera tidur cantik di atas dedaunan pohon yang rindang.” Harpi bangkit menuju ke arah

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXIII Kapas

    Kedua tangan Kinara memegang kepalanya. Ada apa sebenarnya dengan kedua sahabat dekatnya itu? Awalnya, Kinara yang merasa keberatan dengan kehadiran Harpi. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama. Untungnya Rhara ramah dan mengajak mereka untuk bisa rukun serta berjuang bersama. Kali ini justru Rhara ingin Harpi pergi. Ah, masalah yang kecil mampu membuat rusak pertemanan yang dijalin dengan susah payah.Kinara merangkul Rhara dan membawanya agah menjauh.”Rhara, apa yang merasukimu? Mengapa kau mendadak kejam? Sadarlah, perjalanan kita sudah cukup jauh. Redamlah egomu dan biarkan Harpi tetap bersama kita,”“Jangan, Kinara! Perjuangan kita terlalu berharga jika rusak dan gagal hanya karena gadis burung pembohong. Aku tidak mau usaha kita berujung sia-sia. Demi impian seluruh penghuni Falseland. Buatlah keputusan yang paling bijak!”“Percayalah padaku Rhara. Aku tidak akan mengecewakan siapapun.” Kinara menjabat tangan Rhara

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   XXXII Konflik

    Waktu bergulir cepat. Kinara sudah hampir hafal semua gerakan tari kesetiaan. Rhara masih terpekur membaca buku yang tidak diketahui judulnya oleh orang lain.“Apakah kau sudah hafal bagian terakhirnya?” tanya Kinara kepada Harpi.“Se... dikit,” Harpi kehilangan kendali.“Mengapa kau begitu canggung bicara padaku?” Kinara mendekatkan badannya. Harpi mundur dua langkah. Ia tidak bisa menguasai diri. Gejolak cintanya tumbuh lebih besar. Ia ingin terbang sembari berpelukan dan bersandar pada dada Kinara yang lapang. Tidak bisakah dirinya yang melakukan tarian kesetiaan di bawah pohon kalpataru bersama Kinara? Toh sama saja ia dan Kinari adalah gadis burung.“Kinara, apakah kalian sudah selesai?” Rhara mulai merapikan buku-buku dan bersiap meninggalkan perpustakaan.“Apa yang baru saja kau baca?” Kinara sudah duduk di sa

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXXI Galau

    “Apa sih yang sedang kita cari? Kenapa masih belum ditemukan juga?” Harpi menggerutu sambil memasang muka cemberut.“Buku yang sangat spesial dan menentukan masa depan Kinara,” jawab Rhara. Harpi hilang fokus mendengar jawaban temannya. Ia tidak memperhatikan senderan kayu di sampingnya yang sudah rapuh. Lalu terdengar suara kayu patah agak keras. Akibatnya senderan roboh bersama badan Harpi. Untung saja Kinara sigap dan menangkap Harpi dalam pelukannya. Mereka saling memangdang satu sama lain lumayan lama. Kinara mendekatkan wajahnya ke arah Harpi. Deg! Jantung Harpi serasa berhenti berdetak. Akankah Kinara melakukan sesuatu yang membuatnya semakin cinta? Terasa angin kecil meniup matanya. Ternyata Kinara hanya meniup alis Harpi untuk menghilangkan debu yang menempel agar tidak masuk ke dalam mata.

  • Kinara Setengah Manusia Setengah Burung   BAB XXX Ego

    Tujuan utama Harpi sekarang adalah menggeser kedudukan Kinari dari hati Kinara. Ia bertekad melawan takdir. Selama Kinari belum ditemukan, rencananya bisa dijalankan dengan lembut dan hati-hati. Ia membutuhkan situasi yang mendukung agar targetnya lebih perhatian dari pada sebelumnya. Mungkin waktu yang tersisa sangat terbatas mengingat misi Kinara sudah hampir selesai. Seperti kata Ganesha, setelah melewati gunung es, maka mereka memasuki labirin maut. Selanjutnya, Kinara hanya perlu mencari petunjuk terakhir di dalam perpustakaan ini. Rhara adalah batu sandungan terbesar yang nyata. Harpi tahu bahwa posisi Rhara adalah sebagai pelindung bagi Kinara untuk tetap konsisten dalan menjalankan misi. Selain itu, Rhara juga sebagai pengingat bahwa pasangan penari burung harus segera dipertemukan. Maka, rencana Harpi harus dilakukan tanpa menimbulkan kecurigaan. Misi rahasia untuk menghapus Kinari akan terwujud denga

DMCA.com Protection Status