Eoghan Thornton, sosok berkepribadian tangguh dan wajah tampan yang kerap muncul di sampul majalah bisnis, memerintah dengan elegansi. Sebagai pembisnis sukses yang melambung tinggi di dunia korporat, kehidupannya dihiasi dengan kekayaan dan kekuasaan. Mansion megahnya, setinggi ambisi dan setajam intuisinya.
Di balik tirai sutra yang tebal, diterangi lampu-lampu gantung bergaya vintage, Eoghan duduk di kursi kulit mewahnya. Ruangan itu diisi dengan senyuman keluarga yang dilukiskan dalam potret masa lalu, mencerminkan warisan keluarga yang kaya raya. Dirinya terbiasa dengan dunia aristokrasi yang dikelilingi oleh karya seni mahal dan perabotan bersejarah yang disusun rapi. Di sisi lain bangunan mansion-nya, seorang wanita bernama Serena merayap dengan hati-hati. Dahulu, dia adalah seorang kurator seni, membenamkan dirinya dalam keindahan dan sejarah seni. Namun, kini dia telah menjelma menjadi penjahat yang berprofesi sebagai pencuri spesialis benda seni. Plan dan skema penyusupannya telah disusun dengan cermat. Di balik gaun hitam yang memeluk tubuhnya, Serena menyelinap ke dalam mansion megah Eoghan dengan hati-hati, gaun hitamnya melambai lembut di setiap langkah. Eoghan, sibuk merayakan kegagalan perjodohannya dengan sebotol anggur merah di balkon mansion-nya. Pandangannya terfokus pada langit malam yang berkilauan, dan hatinya dipenuhi kepuasan. Namun, ketika Serena menyelinap melalui lorong menuju ruang brankas di keheningan malam, sebuah guci antik di atas meja kayu terjatuh dan pecah. Suara nyaring pecahan kaca itu membuat Eoghan terhenti dari euforia mabuknya. Mata Eoghan dan Serena bertemu melalui jendela, dan dalam sekejap, atmosfer malam berubah. Eoghan, yang seharusnya tenggelam dalam perayaannya, merasa terganggu oleh kehadiran sosok yang asing. Serena, dengan sigap bersembunyi di balik pilar. "Siapa kau?" desis Eoghan, langkah-langkahnya yang mabuk mendekat ke tempat Serena berdiri. Serena, tanpa kehilangan ketenangan, menjawab dengan suara lembut, "Maafkan saya, Tuan. Saya pelayan baru." Namun, jawaban itu semakin membuat Eoghan curiga, "Ini ruang pribadiku! Apa yang kau cari di sini?" tanyanya dengan nada yang meninggi. Mereka saling berhadapan di koridor yang dipenuhi keheningan. "Ini malam ulang tahunku, bukan?" ucap Eoghan tiba-tiba, seolah-olah menemukan solusi yang masuk akal. Dengan pandangan mabuknya, dia mengira Serena adalah wanita yang dibawa oleh Daniel untuknya. Serena, terkejut oleh perubahan arah pembicaraan, mencoba menjelaskan bahwa itu hanyalah kesalahan. Namun, Eoghan, yang terlanjur yakin dengan pandangannya sendiri, merasa dihibur oleh hadirnya Serena. "Marilah kita nikmati malam ini bersama," ajak Eoghan dengan antusias. Eoghan, masih penuh dengan keyakinan yang salah, mengajak Serena untuk duduk. Sofa kulit yang lembut dan lampu gantung kristal menciptakan atmosfer yang kontras dengan ketegangan di antara mereka. Serena, yang tidak ingin memperburuk situasi, menuruti ajakan Eoghan. Namun, ia menyadari bahwa harus menemukan cara untuk bisa kabur dari Eoghan. "Saya benar benar seorang pelayan di sini," ucap Serena, mencoba memberikan penjelasan yang sederhana. Eoghan memperhatikan dan mengamati Serena lebih dalam, dia terkejut oleh kecantikan Serena yang bersinar di bawah gaun hitamnya. Keyakinannya pada kejutan ulang tahun semakin kuat. "Kau terlalu cantik untuk itu," sahut Eoghan, masih tertutup oleh keyakinannya sendiri. Eoghan, masih terhanyut dalam keyakinannya yang salah, menuangkan anggur ke dalam dua gelas kristal. "Kita bisa merayakan malam ulang tahunku bersama," kata Eoghan, mengangkat gelasnya dengan senyum yang mabuk. Serena yakin bahwa Eoghan yang sudah tampak sangat mabuk akan segera roboh. Dia mengangkat gelasnya dan menjawab, "Tentu, selamat ulang tahun Tuan," Malam itu, Serena yang tidak pernah meminum alkohol itu mengambil keputusan berisiko dengan meneguk anggur pemberian Eoghan, sebagai langkah yang diambilnya untuk meredakan kecurigaan. Eoghan yang terhanyut dalam keadaan mabuknya, bercerita tanpa henti tentang kisah lucu mengenai salah satu bawahannya. Serena berpura-pura tertarik, tersenyum dan mengangguk setiap kali Eoghan mengakhiri setiap ceritanya. "Kau tahu, dia yang paling aneh. Selalu membuatku tertawa setiap kali dia berada di sekitar," ujar Eoghan sambil mengisyaratkan ke arah sofa yang kosong, seakan-akan bawahannya itu duduk di sana. Serena memainkan perannya dengan baik, "Benar-benar lucu, Tuan Thornton. Saya bisa membayangkan betapa menghiburnya dia." Eoghan, semakin terhanyut dalam ceritanya, tertawa terbahak-bahak. Sementara Serena menjaga penampilannya. Di tengah tawa yang mengisi hingga ke seluruh ruangan, Serena mencoba mengukur saat yang tepat. Ia merasa yakin bahwa sebentar lagi, Eoghan akan menyerah pada efek alkohol, memberinya peluang untuk melanjutkan aksinya mencuri. Namun, perkiraannya meleset. Keadaan berubah ketika Serena, yang sebelumnya tampil begitu percaya diri, tiba-tiba merasa dunianya berputar. Rasa yang tak bisa dihindari terus menghampirinya, dan tanpa terasa, langkahnya menjadi goyah. Di antara tawa dan cerita Eoghan yang semakin merayap ke telinganya, Serena jatuh tumbang lebih dulu karena mabuk. Keesokan paginya, Serena terbangun dengan kepala yang terasa berat, mendapati dirinya berada di tempat tidur yang tak dia kenal. Suasana kamar mewah yang dipenuhi dengan cahaya lembut matahari memperjelas betapa kontrasnya malam sebelumnya. Matahari pagi yang lembut itu menyinari selimut sutra yang tergeletak begitu indah di atas tempat tidur besar berbalut linen putih. Desain interior yang elegan menciptakan suasana yang damai, dengan tirai yang terbuka lebar, membiarkan cahaya matahari pagi menyelinap masuk dan menari-nari di permukaan lantai marmer. Serena, yang duduk di ujung tempat tidur yang lembut, merasakan sentuhan sutra yang mewah di ujung jarinya. Karpet tebal di bawah tempat tidur memberikan sentuhan hangat pada suasana pagi itu. Saat gadis itu mencoba memahami bagaimana malam itu berakhir dengan keadaan seperti ini, Eoghan tiba tiba muncul dari pintu kayu yang menjulang tinggi. Eoghan, dengan langkahnya yang tenang, membawa aroma harum kopi segar ke dalam kamar. "Selamat pagi," sapa Eoghan dengan senyum hangat, sembari menempatkan secangkir kopi di meja samping tempat tidur. Serena, dengan pandangan bingung, menatap sekeliling kamar yang dipenuhi dengan unsur kemewahan. Kaca jendela dari lantai ke langit-langit menampilkan pemandangan taman yang hijau. "Kau tidur nyenyak semalaman," sambung Eoghan, mencoba memecah keheningan. Serena mencoba merangkai ingatannya. Hal yang terjadi tidak sesuai dengan rencananya, pandangannya mencari petunjuk di sekitarnya. "Apa yang terjadi tadi malam?" Eoghan tersenyum, mencoba memberikan penjelasan ringan. "Kita menyulap tadi malam menjadi suatu kenangan yang tidak terlupakan." Penjelasan absurd Eoghan, membuat Serena mengira tadi malam mereka telah melakukan perbuatan tak terpuji yang menodai kesuciannya. Tebakannya diperkuat dengan dirinya yang kini hanya mengenakan pakai dalam. Dengan frustrasi Serena merutuki kecerobohannya yang meneguk benda terlarang tadi malam. Eoghan tertawa kecil sembari menyeruput kopinya, memperhatikan Serena yang sedang berusaha membungkus rapat tubuhnya. Pemandangan itu adalah tontonan yang menarik baginya. Serena menatap tajam ke arah Eoghan yang sedang mengamatinya dengan secangkir kopi. Hal pertama yang direncanakannya adalah meninggalkan mansion Eoghan tanpa membongkar identitasnya sebagai pencuri. Namun dia lupa, tadi malam dia berperan menjadi seorang pelayan atau seorang wanita bayaran yang melayani Eoghan? .Serena berusaha mempertahankan ketenangannya, dan berkata, "maaf, Tuan. Saya harus segera pergi." Eoghan menaikan sebelah alisnya, tersenyum, dan berkata, "silahkan, kau bisa melihat pintu keluarnya." Serena yang cemas akan situasinya yang semakin rumit melanjutkan, "tapi, pakaian saya—" "Eoghan Thornton!" Teriakan tiba-tiba seorang wanita yang memasuki kamar Eoghan membuat Serena terkejut. Wanita asing itu membawa aura keanggunan, rambut abu-abu violet terpelihara rapi. Langkah mantap dan pandangan tajamnya membuat ketegangan di kamar itu semakin terasa. Eoghan menyambut ibunya dengan senyum tipis, "Hai Mom!" berusaha menyembunyikan ketidaknyamanan di matanya. "Dasar anak durhaka!" teriak Caroline, Dia langsung terbang menemui Eoghan begitu mendengar putranya menghancurkan perjodohan yang direncanakannya. Caroline dengan sorot mata yang observatif, memeriksa seluruh ruangan seakan menganalisis setiap detail. "Oh Dear, Mommy tidak tahu kau punya pacar. Siapa dia?" tanya Carolin
"Nona Serena?" Pria bertubuh tegap berwajah tegas yang sedari tadi memperhatikan Serena akhirnya menyapa gadis itu untuk memastikan dirinya tak salah mengenali gadis yang sedang dicari. Suaranya terdengar tegas dengan penampilannya yang serius. Serena yang tenggelam dalam alunan musik dari Airpods di telinganya, tak menyadari seseorang menegurnya. Pria itu dengan cekatan mencabut benda mungil yang terpasang di telinga Serena, membuat gadis itu terkejut dan refleks memukul tangan yang mencoba mengganggunya. Namun sayangnya, pria itu memiliki otot yang kokoh. "Auch!" Serena menahan sakit di tangannya yang baru saja menghantam sesuatu yang keras. "Siapa kau? Dan mau apa?!" tanyanya dengan berteriak keras. suaranya mencerminkan kombinasi antara ketakutan dan kebingungan. "Apakah Anda bernama Serena?" tanya pria itu dengan tegas dan sorot mata tajam. Serena memperhatikan penampilan pria yang mirip dengan petugas keamanan di klub Elysium itu, dia mengira pria itu adalah temannya Ewa
Lampu gantung yang berkilauan tergantung dengan tenang di ruang makan mansion keluarga Thornton. Caroline, duduk di ujung meja makan yang terbuat dari kayu jati yang kokoh. Eoghan, putra semata wayangnya yang hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk makan bersama, kini duduk di hadapannya. "Mommy menerima laporan kalau kau sering pulang ke mansion. Ternyata itu karena pelayan wanita itu," cibir Caroline, suaranya terdengar anggun namun dingin. Dia tahu putranya itu datang menemuinya karena Serena. "Luangkan waktumu lusa, dia adalah putri gubernur, kau pasti menyukainya setelah bertemu dengannya," imbuh Caroline sambil memotong steak yang tertata baik di hadapannya dengan gerakan yang elegan. Eoghan merespon dengan nada dingin, "Mom, jangan terus menambah daftar wanita yang mengutukku." Caroline tersenyum licik, "Jika tidak ingin wanita yang membencimu bertambah, maka menikahlah! Kau ingin mommy mati begitu saja tanpa memiliki cucu? Menikahlah dengan wanita yang Mommy pilihk
Orang suruhan Eoghan mengantar Serena pulang setelah gadis itu menyelesaikan makan malamnya.Setelah berhasil mengecoh orang suruhan Eoghan mengenai tempat tinggalnya, Serena pergi naik bus menuju apartmentnya.Dia adalah seorang pencuri, tentu saja segala sesuatu mengenai dirinya harus rahasia. Termasuk tempat tinggalnya. Begitu tiba di apartemennya yang hangat dengan cahaya lampu yang menerangi seluruh ruangan, Serena duduk kursi meja kerjanya. Dengan santai dia mengambil salah satu ponsel dari laci meja, memeriksa beberapa pesan dan email yang masuk. Salah satu email dengan subjek 'Undangan Kolaborasi' menarik perhatiannya. Isinya merupakan undangan dari Artistry Innovations Co, sebuah perusahaan kreatif yang ingin merekrutnya sebagai Konsultan Kreatif. Perusahaan tersebut mengungkapkan kekagumannya terhadap portofolio yang Serena miliki. Sesaat dirinya sedikit bangga dengan tawaran bergengsi itu. Sebuah perusahaan besar tertarik dengan keahliannya, bukan skandal yang menimpanya
Di trotoar tepi jalan, Serena melompat lompat kecil untuk menghilangkan hawa dingin malam itu. Gadis itu menunggu sesuatu di sana.Dia yakin mobil yang membawa Tim Cooker akan melewati jalan itu. Benar saja, sebuah Bentley Limousine milik Tim Cooker melewati Serena. Serena menatap iba mobil panjang yang baru saja melewatinya begitu saja. Apakah rencananya gagal?"Sudahlah! memang tak semudah itu menarik perhatian tuan Tim Cooker!" gerutunya sembari mengeluarkan ponselnya untuk memesan uber. Rencananya untuk diberi tumpangan oleh Tim Cooker gagal. Dia harus pulang."Nona," suara tegas seorang pria membuat Serena mendongakkan kepalanya.Gadis itu melirik mobil mewah yang tadi melewatinya kini terpakir di hadapannya. Rencananya tidak gagal?"Tuan Cooker ingin bertemu dengan Nona," pria berpostur tinggi itu membukakan pintu penumpang untuk Serena.Serena meneguk salivanya dan masuk ke dalam. Duduk di atas kursi yang nyaman.Suasana aneh dirasakan Serena ketika pintu di sebelahnya ditutup.
Di depan Manggis tower, Serena berdiri ragu untuk masuk ke dalam. Sejak kemarin, hatinya bertanya bingung mengapa Tuan Cooker menunjukkan kemurahan hati dengan menawarkan kerja magang di perusahaan miliknya. Gadis itu yakin, tawaran kerja magang itu adalah jebakan dari tuan Cooker. Pria itu pasti ingin menghukumnya karena telah berbohong dengan nama Runa dan soal penyakit.Tapi, mungkin saja tuan Tim Cooker yang masih percaya dengan kebohongannya itu memang sosok yang dermawan dan murah hati."Apakah rumor tentang tuan Cooker yang memiliki yayasan beasiswa khusus untuk anak anak yang bernama Runa itu benar?" gumamnya sembari menatap pintu masuk Manggis Tower sekali lagi. Serena menarik napas dalam dan melangkah dengan tenang menuju meja informasi. Dengan riasannya, tidak ada yang akan mengenalinya sebagai Serena. Dia yakin akan hal itu, karena Eoghan tidak mengenalinya tadi malam.Sebenarnya dia melihat Eoghan di antara tamu Braun. Tetapi pria itu tampak seperti tidak mengenalinya.
"Tuan, saya benar benar minta maaf. Tadi saya hanya bercanda dengan wanita tadi," jelas Serena memelas. "Aku tidak akan memaafkan orang yang menjadikan namaku sebagai bahan bercandaan," tegas Eoghan. Wajahnya datar, menatap lurus ke depan. Daniel yang duduk di depan mereka sedang mengemudikan mobil menuju kantor pernikahan Menhanttam dengan tenang. Serena menatap siluet Eoghan dengan bingung, mencoba membaca isi pikiran pria itu. "Apakah Tuan benar-benar akan mendaftarkan pernikahan kita?" tanyanya hati hati. Eoghan menoleh ke arah Serena dan tersenyum miring, "Karena kau mengaku sebagai istriku, bukan kah lebih baik jika aku menjadi suamimu?" Serena dengan cepat menggeleng, "Tidak- tidak! Saya tidak mau menikah dengan tuan," jawabnya bersemangat sembari kedua tangannya menyapu-nyapu udara. "Mengapa? Apa kau lebih tertarik menjadi simpanan pria kaya tua seperti Tim?" ledek Eoghan. Serena menatap Eoghan jengah, mengapa pria itu mengira dirinya adalah wanita gold digger. Harga diri
Sejak masih di dalam kandungan, Serena tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Baru berusia satu bulan, dia sudah berada di panti asuhan. Anak yang hidup sebatang kara tanpa memiliki privilege seperti dirinya harus berjuang berkali-kali lipat untuk bisa terus melanjutkan pendidikannya dengan beasiswa. Dan untuk mendapatkan pekerjaan, dia juga harus berjuang lebih keras.Selama ini, Serena menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk belajar, bekerja, dan mencari uang. Tanpa memiliki kehidupan sosial dan asmara. Sekarang, dia menikah? Dia baru saja melangsungkan pernikahan kilat. Benar-benar gila. Bagaimana bisa dia, yang telah menjalani hidup dengan penuh perjuangan, akhirnya terjebak dalam pernikahan yang bukan atas pilihannya sendiri?Serena menatap tajam tangan kanannya yang telah mengkhianatinya. Tangan itu menandatangani surat menikah karena tidak ingin Eoghan menggugatnya atas pencemaran nama baik. Rasanya seolah dia telah menyerahkan dirinya pada takdir yang tidak adil, merenggut se
Di saat yang bersamaan, di kediaman Tim, dua orang anak buah Tim Cooker menerobos masuk ke dalam kamar Serena. Mereka menyeretnya keluar dengan kasar, tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara. Serena meronta-ronta, mencoba melawan, tetapi usahanya sia-sia, tertindas oleh kekuatan mereka yang jauh lebih besar.Di ruangan bawah tanah, dalam kegelapan yang menakutkan, Serena samar-samar melihat Ewan. Temannya terlihat terluka, wajahnya pucat dan mata yang sembab dan sayu. "Serena..." gumam Ewan dengan suara serak. Tatapannya memohon, tetapi kedua tangan dan kakinya terikat, tidak bisa bergerak. Serena merasa nyalinya memudar saat melihat Ewan. Serena mencoba menghampiri Ewan lebih dekat. Namun, sebelum dia bisa melangkah, kedua anak buah Tim dengan kasar memasukkannya ke dalam kurungan yang terletak di sebelah Ewan.Mereka mengikat Serena dengan keras, memastikan bahwa dia tidak bisa melarikan diri. Serena merasakan tali yang meremas pergelangan tangannya, membuatnya merasa terceki
Yuri duduk di tepi tempat tidur di sebuah kamar megah yang sederhana. Suasana ruangan tersebut cukup tenang, dengan pencahayaan yang lembut dari lampu-lampu kecil di sudut-sudut ruangan. Sementara itu, di balik cermin satu arah yang tampak seperti kaca biasa di dalam kamar, Eoghan dan Daniel berdiri mengamati Yuri. Dari sana, mereka bisa melihat setiap gerakan Yuri tanpa dia menyadari sedang diawasi. Eoghan memandang Yuri dengan penuh perhatian. "Ada sesuatu yang aneh tentang dia," katanya kepada Daniel. Daniel mengangguk, tatapannya tak lepas dari sosok Yuri. "Ya, dia terlihat mirip dengan nona Serena." Eoghan mengerutkan kening, berpikir dalam-dalam. "Sepertinya kau melewatkan sesuatu," Daniel menunduk dengan rasa bersalah karena telah memberikan laporan kepada Eoghan mengenai Serena yang tidak memiliki sanak family. "Maafkan saya," Yuri, yang merasa dirinya sedang diawasi, berdiri dari tempat tidur dan berjalan ke cermin, menyentuh permukaannya dengan jemarinya. Tatapa
Sudah 2 kali 24 jam Eoghan masih belum mendapatkan petunjuk apapun mengenai keberadaan Serena.Malam itu dia berada di kediaman Serena dengan harapan menemukan jejak-jejak yang bisa mengantarnya pada Serena. Namun, tidak ada yang tersisa di sana. Serena telah membersihkan jejaknya dengan sangat baik. "Dia adalah pria yang sering ditemui nona Serena di Elysium. Mereka berasal dari panti asuhan yang sama. Ewan Douglas sudah tidak terlihat selama seminggu," papar Daniel dengan penuh keyakinan. Mata Eoghan membaca layar ponselnya dengan cermat. Daniel baru saja mengirimkan data pribadi tentang Ewan. Rahang Eoghan mengeras saat dia menyadari bahwa pria yang sering ditemui Serena di belakangnya juga telah menghilang. Eoghan memejamkan matanya, mencoba mengusir pemikirannya tentang Serena dan Ewan yang mungkin saling mencintai dan memutuskan untuk kabur bersama. Kemarahan Eoghan semakin memuncak, rahangnya terkatup rapat ketika dia berpaling kepada Daniel. "Temukan mereka, hidup ata
Serena membuat keputusan untuk pergi kediaman Tim Cooker dengan harapan bisa menyusup dengan tenang tanpa ketahuan. Sesampainya di rumah Tim, Serena menyadari bahwa keadaan tidak sesuai dengan harapannya. Dia tidak menemukan Ewan di sana, tetapi justru terjebak dalam situasi yang lebih berbahaya. Tanpa bisa melarikan diri, dia dengan cepat disergap oleh tim keamanan Tim Cooker.Tim Cooker merasa terkejut dan bingung saat menemukan Serena di kediamannya. Ruangan itu terasa hening, kecuali suara langkahnya yang terdengar berdenting di lantai marmer. Dia tidak pernah menduga bahwa pencuri yang mencuri di kediamannya adalah wanita yang berhubungan dengan Eoghan. Saat Serena berdiri di hadapannya, pandangannya tergelitik oleh kebingungan dan ketidakpercayaan. "Nona Serena, apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan suara lembut menyambut tamu, mencoba menyembunyikan kebingungannya di balik ekspresi yang berusaha tenang.Serena menatapnya dengan tatapan yang penuh kebencian, namun j
Udara sore yang sejuk menyambut Serena saat dia memasuki taksi, dan kendaraan itu segera melaju menjauh dari apartemen Eoghan. Setibanya di tempat tinggalnya, Serena langsung masuk ke dalam dan mulai melakukan rutinitas pindah yang telah dia rencanakan. Dia menghapus setiap jejak keberadaannya dengan cermat, memastikan tidak ada yang bisa mengungkap identitasnya. Sambil membersihkan apartemennya, Serena menghapus semua data di laptopnya. Dengan pandangan tajam, dia memilih dan menghapus file demi file, menghapus jejak digital dari keberadaannya di sana. Setelah selesai, dia meninggalkan laptopnya di dalam wastafel yang berisi air. Terakhir, Serena memandangi ruangan apartemennya. Dia merenung sejenak, mengenang semua momen yang pernah dia alami di sana. Namun, dengan tekad yang teguh, dia mengatasi rasa nostalgia itu dan kembali fokus untuk pergi ke bandara. Dia telah memesan tiket penerbangan yang berbeda dengan ibunya. Ibunya akan menyusulnya keesokan harinya. Dengan lang
Serena terkejut setelah mendengar pengakuan Curtis. Eoghan yang dikenalnya hanyalah seorang pria kaya mesum yang sangat royal dengan uangnya. Dia belum pernah melihat sisi lain dari Eoghan. Bahkan saat mabuk, pria itu sama sekali tidak terlihat berbahaya. Meskipun Eoghan pernah memperingatkan Serena bahwa Tim Cooker dan dirinya adalah orang yang berbahaya, Serena tidak mempercayainya. Baginya mereka hanyalah pria kaya raya yang suka menghambur-hamburkan uang. Serena menganggap Curtis hanya mencari kambing hitam atas kegagalannya mengelola Porrotin Gallery.Jemarinya terhenti saat memesan uber ke tempat tinggalnya. Seketika Serena mengubah tujuan Uber-nya menuju apartemen Eoghan. Jika yang dikatakan Curtis benar, apakah keberadaannya sebagai istri begitu penting bagi Eoghan? Di sepanjang perjalanan, Serena menduga-duga jika Eoghan tidak berbohong saat menungkapkan perasaan sukanya. Benarkah Eoghan akan melakukan apa saja untuknya? Perjalanan itu terasa begitu lama bagi Serena, ba
Serena membuka email dari Curtis Lewis, Direktur Porrotin Gallery, yang meminta maaf atas kesalahpahaman sebelumnya dan mengundang Serena untuk kembali bekerja di galeri. Curtis juga menjanjikan untuk membersihkan nama Serena.Serena, sebagai individu skeptis, tidak mudah tergoda oleh permintaan maaf, terutama dari seseorang yang pernah berbuat jahat kepadanya. Dia yakin bahwa ada motif tersembunyi di balik permintaan maaf tersebut.Meskipun ingin mengabaikannya, Serena tidak bisa menahan rasa ingin tahu. Dia kemudian mencari tahu tentang Porrotin Gallery melalui pencarian internet. Artikel demi artikel media masa menceritakan kisah krisis finansial galeri tersebut, termasuk kehilangan pendanaan dari sponsor utama dan pembatalan kerja sama penting dengan seniman ternama. Senyum Serena semakin melebar sedikit demi sedikit di wajahnya. "Hahaha," dia tertawa tidak bisa menahannya. Apakah ini yang disebut bahagia di atas penderitaan orang lain? Zoey yang masih berdiri di sana diam-diam
Sinar matahari pagi yang melewati jendela kamar Eoghan, menembus kelopak mata Serena. Kehangatan pagi itu membangunkannya dari tidur pulas semalam. Saat membuka mata, dia langsung mendapati Eoghan yang masih tertidur di sebelahnya. Hal itu tidak mengejutkannya, mengingat mereka telah sepakat untuk tidur di kamar yang sama untuk menjalin kedekatan. Mendapati dirinya yang mengenakan pakaian tidur lengkap yang hangat, Serena tersenyum lega karena berpikir mereka tidak melakukan apapun tadi malam. Dengan hati-hati, dia menggerakkan tubuhnya, berusaha tidak membangunkan Eoghan. Namun dia kembali berdiam diri karena merasakan hampir seluruh tubuhnya kaku dan pegal. "Berapa banyak alkohol yang kuminum semalam?" gumamnya. Bingung harus berbuat apa, dia bergeser pelan mendekati Eoghan. Menatap wajah tenang pria itu lebih dekat. Tiba-tiba kedua mata Eoghan terbuka begitu saja saat wajah Serena begitu dekat ke wajahnya. Sontak kedua mata Serena membulat, terkejut, dan malu. "Selamat pag
"Aku adalah ahli sejarah seni. Bukan kah tujuanku mendekati tuan Cooker waktu itu untuk melihat dora au boots, yang ini berbeda dengan yang pernah kulihat," jawab Serena, dengan senyuman di bibirnya.Eoghan tersenyum cerah menatap Serena. Wanita itu selalu bisa membuatnya tersenyum dan tertawa dengan tulus. "Sepertinya aku telah mempekerjakan seorang profesional untuk menjadi istriku. Mintalah kenaikan gaji karena aku memujimu," candanya kepada Serena."Eoghan Thornton, kau selalu berhasil menjadi pusat perhatian!" Seru seseorang tiba-tiba, datang menghampiri mereka.Satu lagi teman Tim Cooker yang tidak bisa diatur oleh pelayan. Dia adalah Braun Kingsley, si pemilik hotel mewah.Braun menarik kursi di sebelah Serena, dengan ekspresi ceria duduk di sebelahnya. "Persis seperti rumor yang baru saja beredar, Anda sangat cantik," sapanya dengan antusias.Eoghan menatap tajam ke arah Braun, dia serius saat mengatakan tidak ingin membagi pesona Serena kepada orang lain. "Dia adalah gadis ya