Serena berusaha mempertahankan ketenangannya, dan berkata, "maaf, Tuan. Saya harus segera pergi."
Eoghan menaikan sebelah alisnya, tersenyum, dan berkata, "silahkan, kau bisa melihat pintu keluarnya." Serena yang cemas akan situasinya yang semakin rumit melanjutkan, "tapi, pakaian saya—" "Eoghan Thornton!" Teriakan tiba-tiba seorang wanita yang memasuki kamar Eoghan membuat Serena terkejut. Wanita asing itu membawa aura keanggunan, rambut abu-abu violet terpelihara rapi. Langkah mantap dan pandangan tajamnya membuat ketegangan di kamar itu semakin terasa. Eoghan menyambut ibunya dengan senyum tipis, "Hai Mom!" berusaha menyembunyikan ketidaknyamanan di matanya. "Dasar anak durhaka!" teriak Caroline, Dia langsung terbang menemui Eoghan begitu mendengar putranya menghancurkan perjodohan yang direncanakannya. Caroline dengan sorot mata yang observatif, memeriksa seluruh ruangan seakan menganalisis setiap detail. "Oh Dear, Mommy tidak tahu kau punya pacar. Siapa dia?" tanya Caroline dengan sorot matanya yang tajam mengamati Serena yang terbalut selimut. Eoghan berusaha menjelaskan, "Mom, dia bukan pacarku. Dia hanya..." Caroline dengan ramah memotongnya, "tidak perlu terlalu malu, anakku. Dia sepertinya cukup cantik." Serena, terjebak dalam situasi yang semakin rumit, berusaha menjelaskan, "Maaf, bukan niat saya untuk... ." Caroline tersenyum dengan keramahan yang melegakan. "Tidak masalah, Sayang. Apa kamu ingin sarapan bersama?" Eoghan dan Serena saling pandang. Serena tidak ingin lebih lama lagi berada di tengah-tengah penghuni mansion yang hendak dia curi. "Mom," ujar Eoghan dengan senyum tenang. Caroline mengamati Serena sekali lagi, dan tersenyum anggun berkata, "kau harus memberi penjelasan, Eoghan." lalu pergi meninggalkan kamar putranya. Saat Caroline telah pergi meninggalkan mereka, Serena kembali menatap tajam ke arah Eoghan, "Tuan, sebaiknya Tuan segera mengembalikan pakaian saya, dan saya akan pergi dengan tenang dari sini," "Pakaianmu ada di dalam sana," Eoghan menunjuk ke arah sebuah paper bag yang sejak tadi ada di atas tempat tidur bersama Serena. Dia mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum singkat. "Oh!" seru Serena sambil menggeser tubuhnya, mengambil paper bag yang tak terlihat olehnya sejak tadi. Hatinya berdebar saat dia menemukan pakaian baru yang terbungkus rapi, disertai dengan label elegan yang menyiratkan kualitas istimewa. Gadis itu benar benar malu, jika dia menyadari ada pakaiannya di sana lebih cepat, dirinya mungkin bisa langsung kabur lebih cepat tanpa membuat drama dengan Eoghan Thornton. "Seseorang sudah menunggumu di luar, dia akan mengantarmu," kata Eoghan dengan tenang, melangkah keluar dari kamar itu. Begitu Eoghan menghilang di balik pintu kayu yang menjulang tinggi, Serena segera mengeluarkan pakaian dari dalam paper bag. Keningnya sedikit berkerut melihat sebuah bungkusan berwarna coklat yang berisikan uang. Mengabaikan segepok uang yang begitu menggoda, Serena dengan cepat mengenakan gaun yang lembut dan berkilau. Dia tidak akan mengambil uang itu. Dia adalah pencuri, bukan wanita bayaran. Leal, pelayan yang bekerja di mansion keluarga Thornton berdiri di depan kamar, menunggu dengan sabar. Kehadiran Serena di mansion keluarga Thornton sebagai seorang pelayan sebulan lalu mencuri perhatiannya. Kecantikan gadis itu terlalu mencolok, rambut hitam pekat terurai dengan anggun, mata hazel dan senyuman lembut yang menghiasi wajahnya. "Selamat pagi, Nona Serena," sapanya dengan senyum memandang rendah. Serena membenci tatapan itu, tapi situasinya yang bermalam di kamar Eoghan memang sulit untuk membantah bahwa dirinya adalah gadis tidak bersalah. Mereka melangkah bersama melalui lorong-lorong yang dihiasi oleh lukisan-lukisan bersejarah dan lampu gantung mewah, menciptakan atmosfer kemewahan di dalam mansion. Serena, tak percaya bahwa setelah upayanya menyusup sebagai pelayan di mansion Eoghan sebulan lalu untuk mencuri dari rumah yang dipenuhi dengan barang seni bersejarah bisa berakhir dengan kegagalan. Selama ini, dia lincah dalam setiap langkah, tetapi ruangan yang dimasukinya tadi malam dipenuhi oleh berbagai guci dari penjuru dunia. Guci-guci itu, sialnya, menggagalkan rencananya. Serena terus melangkah di samping Leal, mencoba menyembunyikan kekesalan di wajahnya. Bukannya berhasil mencuri berlian Blue Moon yang dimiliki Eoghan Thornton, pria itu malah mencuri miliknya yang berharga. *** Setelah keluar dari mansion Thornton, Serena langsung kembali ke apartemennya. Perasaan kecewa merasuki setiap tarikan napasnya. Dia meraih ponselnya, menelusuri kontak hingga menemukan nama 'Ewan', sahabat sejak bayi sekaligus partner setianya dalam dunia pencurian. Setelah beberapa kali nada sambung, suara akrab Ewan terdengar di seberang sana dengan antusias, ["Hey Serena! Ada apa?"] "Kegagalan, Ewan," Serena menghela napas. "Sialan guci-guci itu. Aku tidak bisa mendapatkan Blue Moon." Ewan kemudian bertanya antusias, ["kau baik baik saja, kan?"] Serena terdiam sejenak, "Ya, aku baik baik saja, aku adalah Serena yang ahli menyelamatkan diri," katanya bernada menyombongkan dirinya. ["Kau membuatku khawatir, semalaman."] "Ewan," panggil Serena dengan suara lembut melalui ponselnya, "sepertinya aku harus melakukan pekerjaan normal untuk sementara waktu." ["Tentu, Serena. Aku akan melihat apa yang bisa aku temukan."] "Trims!" Serena mengakhiri panggilan teleponnya, dan merebahkan dirinya di atas kasurnya yang nyaman. Menatap langit langit apartemennya sembari merenungkan nasibnya. Dua tahun lalu dia pernah bangga dengan profesinya sebagai kurator seni di sebuah galeri. Namun saat terjadi kasus penjualan lukisan palsu, dirinya dijadikan kambing hitam sebagai orang yang bertanggung-jawab. Para petinggi menyalahkan Serena untuk menyelamatkan reputasi Gallery, dan menghancurkan karirnya. Dihantui oleh tuduhan palsu dan hujatan publik, Serena terpaksa bersembunyi. Dalam putus asa, dia merencanakan pelarian ke luar negeri untuk memulai hidup baru. Namun, untuk rencananya itu dia membutuhkan banyak uang. **** Malam harinya, Serena mendapati Ewan membawa dirinya berada di pintu masuk ke 'Elysium', sebuah klub mewah tempat para orang kaya menghabiskan waktu mereka. Cahaya lampu sorot bergemerlapan, memantulkan keglamoran di sekelilingnya. Suasana di dalam dipenuhi dengan tawa lembut, musik yang menghentak, dan percakapan yang penuh dengan nada bisnis. Di tengah gemerlapnya lampu dan suasana penuh gaya, Serena merasakan gelegar musik yang menghipnotis begitu memasuki klub tersebut. Bartender di bar melayani koktail eksklusif, sementara pelayan-pelayan dengan pakaian rapi bergerak gesit menawarkan hidangan lezat kepada para tamu. Serena merayap melewati kerumunan mengikuti Ewan, menyaksikan perbincangan yang penuh intrik dan senyum penuh arti. Di tengah-tengah ruangan, ada beberapa sofa kulit yang nyaman tempat para elit bisnis dan selebriti berbaur, merencanakan kesepakatan bisnis dan menjalin hubungan yang saling menguntungkan. Ketika Serena menemukan sudut yang lebih tenang, dia memerhatikan tarian gemulai yang menarik perhatian di lantai dansa, mengisyaratkan bahwa kehidupan malam di Elysium adalah pertunjukan yang tak pernah berakhir. Dengan sekilas, Serena memahami bahwa klub ini bukan hanya tempat, melainkan panggung bagi drama dan kehidupan malam kelas atas. "Ewan, pekerjaan sebagai pelayan di klub? Kenapa tidak sesuatu yang lebih normal?" protes Serena dengan ekspresi kesal. Ewan dengan senyum khasnya mencoba menjelaskan, "Serena, ini bukan hanya pekerjaan biasa. Kau bisa mendapatkan banyak informasi di sini," Serena sambil menggelengkan kepala merasa tidak puas dengan pilihan pekerjaan tersebut. "Aku butuh sesuatu yang lebih normal, Ewan. Bukan berurusan dengan klub mewah seperti ini." Ewan mencoba meyakinkannya, "Ini hanya sementara, Serena. Duduklah di sini, kau bisa mempertimbangkannya sembari menungguku bekerja. Aku akan kembali dua jam lagi," pria itu mengedipkan sebelah matanya dan menghilang di tengah tengah kerumunan. Di tengah keramaian dan kebisingan klub itu, Serena merasa tidak nyaman. Tanpa ragu, dia mengeluarkan AirPods-nya, memasangnya dengan cermat, dan memulai musik klasik dari ponselnya. Melalui melodi yang mendamaikan, Serena menciptakan dunianya sendiri yang tenang, memisahkan dirinya dari hiruk-pikuk di sekelilingnya.. Dalam kedalaman melodi klasik yang membelai telinganya melalui AirPods-nya, dia tak menyadari bahwa tatapan tajam seorang pria telah menyorot dirinya. Seorang pria bertubuh tegap menyaksikan Serena dengan penuh perhatian. Dia mengamati penampilan Serena dengan cermat, membandingkan setiap detail dengan sebuah foto Serena di layar ponselnya."Nona Serena?" Pria bertubuh tegap berwajah tegas yang sedari tadi memperhatikan Serena akhirnya menyapa gadis itu untuk memastikan dirinya tak salah mengenali gadis yang sedang dicari. Suaranya terdengar tegas dengan penampilannya yang serius. Serena yang tenggelam dalam alunan musik dari Airpods di telinganya, tak menyadari seseorang menegurnya. Pria itu dengan cekatan mencabut benda mungil yang terpasang di telinga Serena, membuat gadis itu terkejut dan refleks memukul tangan yang mencoba mengganggunya. Namun sayangnya, pria itu memiliki otot yang kokoh. "Auch!" Serena menahan sakit di tangannya yang baru saja menghantam sesuatu yang keras. "Siapa kau? Dan mau apa?!" tanyanya dengan berteriak keras. suaranya mencerminkan kombinasi antara ketakutan dan kebingungan. "Apakah Anda bernama Serena?" tanya pria itu dengan tegas dan sorot mata tajam. Serena memperhatikan penampilan pria yang mirip dengan petugas keamanan di klub Elysium itu, dia mengira pria itu adalah temannya Ewa
Lampu gantung yang berkilauan tergantung dengan tenang di ruang makan mansion keluarga Thornton. Caroline, duduk di ujung meja makan yang terbuat dari kayu jati yang kokoh. Eoghan, putra semata wayangnya yang hampir tidak pernah meluangkan waktu untuk makan bersama, kini duduk di hadapannya. "Mommy menerima laporan kalau kau sering pulang ke mansion. Ternyata itu karena pelayan wanita itu," cibir Caroline, suaranya terdengar anggun namun dingin. Dia tahu putranya itu datang menemuinya karena Serena. "Luangkan waktumu lusa, dia adalah putri gubernur, kau pasti menyukainya setelah bertemu dengannya," imbuh Caroline sambil memotong steak yang tertata baik di hadapannya dengan gerakan yang elegan. Eoghan merespon dengan nada dingin, "Mom, jangan terus menambah daftar wanita yang mengutukku." Caroline tersenyum licik, "Jika tidak ingin wanita yang membencimu bertambah, maka menikahlah! Kau ingin mommy mati begitu saja tanpa memiliki cucu? Menikahlah dengan wanita yang Mommy pilihk
Orang suruhan Eoghan mengantar Serena pulang setelah gadis itu menyelesaikan makan malamnya.Setelah berhasil mengecoh orang suruhan Eoghan mengenai tempat tinggalnya, Serena pergi naik bus menuju apartmentnya.Dia adalah seorang pencuri, tentu saja segala sesuatu mengenai dirinya harus rahasia. Termasuk tempat tinggalnya. Begitu tiba di apartemennya yang hangat dengan cahaya lampu yang menerangi seluruh ruangan, Serena duduk kursi meja kerjanya. Dengan santai dia mengambil salah satu ponsel dari laci meja, memeriksa beberapa pesan dan email yang masuk. Salah satu email dengan subjek 'Undangan Kolaborasi' menarik perhatiannya. Isinya merupakan undangan dari Artistry Innovations Co, sebuah perusahaan kreatif yang ingin merekrutnya sebagai Konsultan Kreatif. Perusahaan tersebut mengungkapkan kekagumannya terhadap portofolio yang Serena miliki. Sesaat dirinya sedikit bangga dengan tawaran bergengsi itu. Sebuah perusahaan besar tertarik dengan keahliannya, bukan skandal yang menimpanya
Di trotoar tepi jalan, Serena melompat lompat kecil untuk menghilangkan hawa dingin malam itu. Gadis itu menunggu sesuatu di sana.Dia yakin mobil yang membawa Tim Cooker akan melewati jalan itu. Benar saja, sebuah Bentley Limousine milik Tim Cooker melewati Serena. Serena menatap iba mobil panjang yang baru saja melewatinya begitu saja. Apakah rencananya gagal?"Sudahlah! memang tak semudah itu menarik perhatian tuan Tim Cooker!" gerutunya sembari mengeluarkan ponselnya untuk memesan uber. Rencananya untuk diberi tumpangan oleh Tim Cooker gagal. Dia harus pulang."Nona," suara tegas seorang pria membuat Serena mendongakkan kepalanya.Gadis itu melirik mobil mewah yang tadi melewatinya kini terpakir di hadapannya. Rencananya tidak gagal?"Tuan Cooker ingin bertemu dengan Nona," pria berpostur tinggi itu membukakan pintu penumpang untuk Serena.Serena meneguk salivanya dan masuk ke dalam. Duduk di atas kursi yang nyaman.Suasana aneh dirasakan Serena ketika pintu di sebelahnya ditutup.
Di depan Manggis tower, Serena berdiri ragu untuk masuk ke dalam. Sejak kemarin, hatinya bertanya bingung mengapa Tuan Cooker menunjukkan kemurahan hati dengan menawarkan kerja magang di perusahaan miliknya. Gadis itu yakin, tawaran kerja magang itu adalah jebakan dari tuan Cooker. Pria itu pasti ingin menghukumnya karena telah berbohong dengan nama Runa dan soal penyakit.Tapi, mungkin saja tuan Tim Cooker yang masih percaya dengan kebohongannya itu memang sosok yang dermawan dan murah hati."Apakah rumor tentang tuan Cooker yang memiliki yayasan beasiswa khusus untuk anak anak yang bernama Runa itu benar?" gumamnya sembari menatap pintu masuk Manggis Tower sekali lagi. Serena menarik napas dalam dan melangkah dengan tenang menuju meja informasi. Dengan riasannya, tidak ada yang akan mengenalinya sebagai Serena. Dia yakin akan hal itu, karena Eoghan tidak mengenalinya tadi malam.Sebenarnya dia melihat Eoghan di antara tamu Braun. Tetapi pria itu tampak seperti tidak mengenalinya.
"Tuan, saya benar benar minta maaf. Tadi saya hanya bercanda dengan wanita tadi," jelas Serena memelas. "Aku tidak akan memaafkan orang yang menjadikan namaku sebagai bahan bercandaan," tegas Eoghan. Wajahnya datar, menatap lurus ke depan. Daniel yang duduk di depan mereka sedang mengemudikan mobil menuju kantor pernikahan Menhanttam dengan tenang. Serena menatap siluet Eoghan dengan bingung, mencoba membaca isi pikiran pria itu. "Apakah Tuan benar-benar akan mendaftarkan pernikahan kita?" tanyanya hati hati. Eoghan menoleh ke arah Serena dan tersenyum miring, "Karena kau mengaku sebagai istriku, bukan kah lebih baik jika aku menjadi suamimu?" Serena dengan cepat menggeleng, "Tidak- tidak! Saya tidak mau menikah dengan tuan," jawabnya bersemangat sembari kedua tangannya menyapu-nyapu udara. "Mengapa? Apa kau lebih tertarik menjadi simpanan pria kaya tua seperti Tim?" ledek Eoghan. Serena menatap Eoghan jengah, mengapa pria itu mengira dirinya adalah wanita gold digger. Harga diri
Sejak masih di dalam kandungan, Serena tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Baru berusia satu bulan, dia sudah berada di panti asuhan. Anak yang hidup sebatang kara tanpa memiliki privilege seperti dirinya harus berjuang berkali-kali lipat untuk bisa terus melanjutkan pendidikannya dengan beasiswa. Dan untuk mendapatkan pekerjaan, dia juga harus berjuang lebih keras.Selama ini, Serena menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk belajar, bekerja, dan mencari uang. Tanpa memiliki kehidupan sosial dan asmara. Sekarang, dia menikah? Dia baru saja melangsungkan pernikahan kilat. Benar-benar gila. Bagaimana bisa dia, yang telah menjalani hidup dengan penuh perjuangan, akhirnya terjebak dalam pernikahan yang bukan atas pilihannya sendiri?Serena menatap tajam tangan kanannya yang telah mengkhianatinya. Tangan itu menandatangani surat menikah karena tidak ingin Eoghan menggugatnya atas pencemaran nama baik. Rasanya seolah dia telah menyerahkan dirinya pada takdir yang tidak adil, merenggut se
Menyeret Serena ke biro pernikahan Menhanttam adalah di luar rencana Eoghan. Dia terpaksa menunda jadwal kegiatannya karena tidak ingin kehilangan kesempatan untuk membuat Serena menjadi istrinya dengan cepat. Setelah menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda, dia langsung segera pulang. Tidak sabar untuk mengganggu istri barunya itu.Suasana sangat tenang begitu Eoghan tiba di unit apartmentnya. Dia mendapati Serena tengah tertidur pulas di atas sofa ruang tengah ditemani oleh patung kelinci yang terbuat dari stainless steel. Itu adalah patung yang dibelinya seharga 50jt di pelelangan New York. "Kau selalu membuatku ingin mencari tahu lebih banyak tentangmu," gumam Eoghan seraya mengembalikan patung kelinci miliknya ketempat semula. Saat hendak menggedong istri barunya ke kamar tanpa membangunkannya, tiba-tiba dia mengurungkan niatnya. Eoghan pergi ke kamarnya, dan meninggalkan Serena di sofa. .***Keesokan paginya Serena yang tidur semalaman di sofa dibangunkan oleh suara
Di saat yang bersamaan, di kediaman Tim, dua orang anak buah Tim Cooker menerobos masuk ke dalam kamar Serena. Mereka menyeretnya keluar dengan kasar, tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara. Serena meronta-ronta, mencoba melawan, tetapi usahanya sia-sia, tertindas oleh kekuatan mereka yang jauh lebih besar.Di ruangan bawah tanah, dalam kegelapan yang menakutkan, Serena samar-samar melihat Ewan. Temannya terlihat terluka, wajahnya pucat dan mata yang sembab dan sayu. "Serena..." gumam Ewan dengan suara serak. Tatapannya memohon, tetapi kedua tangan dan kakinya terikat, tidak bisa bergerak. Serena merasa nyalinya memudar saat melihat Ewan. Serena mencoba menghampiri Ewan lebih dekat. Namun, sebelum dia bisa melangkah, kedua anak buah Tim dengan kasar memasukkannya ke dalam kurungan yang terletak di sebelah Ewan.Mereka mengikat Serena dengan keras, memastikan bahwa dia tidak bisa melarikan diri. Serena merasakan tali yang meremas pergelangan tangannya, membuatnya merasa terceki
Yuri duduk di tepi tempat tidur di sebuah kamar megah yang sederhana. Suasana ruangan tersebut cukup tenang, dengan pencahayaan yang lembut dari lampu-lampu kecil di sudut-sudut ruangan. Sementara itu, di balik cermin satu arah yang tampak seperti kaca biasa di dalam kamar, Eoghan dan Daniel berdiri mengamati Yuri. Dari sana, mereka bisa melihat setiap gerakan Yuri tanpa dia menyadari sedang diawasi. Eoghan memandang Yuri dengan penuh perhatian. "Ada sesuatu yang aneh tentang dia," katanya kepada Daniel. Daniel mengangguk, tatapannya tak lepas dari sosok Yuri. "Ya, dia terlihat mirip dengan nona Serena." Eoghan mengerutkan kening, berpikir dalam-dalam. "Sepertinya kau melewatkan sesuatu," Daniel menunduk dengan rasa bersalah karena telah memberikan laporan kepada Eoghan mengenai Serena yang tidak memiliki sanak family. "Maafkan saya," Yuri, yang merasa dirinya sedang diawasi, berdiri dari tempat tidur dan berjalan ke cermin, menyentuh permukaannya dengan jemarinya. Tatapa
Sudah 2 kali 24 jam Eoghan masih belum mendapatkan petunjuk apapun mengenai keberadaan Serena.Malam itu dia berada di kediaman Serena dengan harapan menemukan jejak-jejak yang bisa mengantarnya pada Serena. Namun, tidak ada yang tersisa di sana. Serena telah membersihkan jejaknya dengan sangat baik. "Dia adalah pria yang sering ditemui nona Serena di Elysium. Mereka berasal dari panti asuhan yang sama. Ewan Douglas sudah tidak terlihat selama seminggu," papar Daniel dengan penuh keyakinan. Mata Eoghan membaca layar ponselnya dengan cermat. Daniel baru saja mengirimkan data pribadi tentang Ewan. Rahang Eoghan mengeras saat dia menyadari bahwa pria yang sering ditemui Serena di belakangnya juga telah menghilang. Eoghan memejamkan matanya, mencoba mengusir pemikirannya tentang Serena dan Ewan yang mungkin saling mencintai dan memutuskan untuk kabur bersama. Kemarahan Eoghan semakin memuncak, rahangnya terkatup rapat ketika dia berpaling kepada Daniel. "Temukan mereka, hidup ata
Serena membuat keputusan untuk pergi kediaman Tim Cooker dengan harapan bisa menyusup dengan tenang tanpa ketahuan. Sesampainya di rumah Tim, Serena menyadari bahwa keadaan tidak sesuai dengan harapannya. Dia tidak menemukan Ewan di sana, tetapi justru terjebak dalam situasi yang lebih berbahaya. Tanpa bisa melarikan diri, dia dengan cepat disergap oleh tim keamanan Tim Cooker.Tim Cooker merasa terkejut dan bingung saat menemukan Serena di kediamannya. Ruangan itu terasa hening, kecuali suara langkahnya yang terdengar berdenting di lantai marmer. Dia tidak pernah menduga bahwa pencuri yang mencuri di kediamannya adalah wanita yang berhubungan dengan Eoghan. Saat Serena berdiri di hadapannya, pandangannya tergelitik oleh kebingungan dan ketidakpercayaan. "Nona Serena, apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan suara lembut menyambut tamu, mencoba menyembunyikan kebingungannya di balik ekspresi yang berusaha tenang.Serena menatapnya dengan tatapan yang penuh kebencian, namun j
Udara sore yang sejuk menyambut Serena saat dia memasuki taksi, dan kendaraan itu segera melaju menjauh dari apartemen Eoghan. Setibanya di tempat tinggalnya, Serena langsung masuk ke dalam dan mulai melakukan rutinitas pindah yang telah dia rencanakan. Dia menghapus setiap jejak keberadaannya dengan cermat, memastikan tidak ada yang bisa mengungkap identitasnya. Sambil membersihkan apartemennya, Serena menghapus semua data di laptopnya. Dengan pandangan tajam, dia memilih dan menghapus file demi file, menghapus jejak digital dari keberadaannya di sana. Setelah selesai, dia meninggalkan laptopnya di dalam wastafel yang berisi air. Terakhir, Serena memandangi ruangan apartemennya. Dia merenung sejenak, mengenang semua momen yang pernah dia alami di sana. Namun, dengan tekad yang teguh, dia mengatasi rasa nostalgia itu dan kembali fokus untuk pergi ke bandara. Dia telah memesan tiket penerbangan yang berbeda dengan ibunya. Ibunya akan menyusulnya keesokan harinya. Dengan lang
Serena terkejut setelah mendengar pengakuan Curtis. Eoghan yang dikenalnya hanyalah seorang pria kaya mesum yang sangat royal dengan uangnya. Dia belum pernah melihat sisi lain dari Eoghan. Bahkan saat mabuk, pria itu sama sekali tidak terlihat berbahaya. Meskipun Eoghan pernah memperingatkan Serena bahwa Tim Cooker dan dirinya adalah orang yang berbahaya, Serena tidak mempercayainya. Baginya mereka hanyalah pria kaya raya yang suka menghambur-hamburkan uang. Serena menganggap Curtis hanya mencari kambing hitam atas kegagalannya mengelola Porrotin Gallery.Jemarinya terhenti saat memesan uber ke tempat tinggalnya. Seketika Serena mengubah tujuan Uber-nya menuju apartemen Eoghan. Jika yang dikatakan Curtis benar, apakah keberadaannya sebagai istri begitu penting bagi Eoghan? Di sepanjang perjalanan, Serena menduga-duga jika Eoghan tidak berbohong saat menungkapkan perasaan sukanya. Benarkah Eoghan akan melakukan apa saja untuknya? Perjalanan itu terasa begitu lama bagi Serena, ba
Serena membuka email dari Curtis Lewis, Direktur Porrotin Gallery, yang meminta maaf atas kesalahpahaman sebelumnya dan mengundang Serena untuk kembali bekerja di galeri. Curtis juga menjanjikan untuk membersihkan nama Serena.Serena, sebagai individu skeptis, tidak mudah tergoda oleh permintaan maaf, terutama dari seseorang yang pernah berbuat jahat kepadanya. Dia yakin bahwa ada motif tersembunyi di balik permintaan maaf tersebut.Meskipun ingin mengabaikannya, Serena tidak bisa menahan rasa ingin tahu. Dia kemudian mencari tahu tentang Porrotin Gallery melalui pencarian internet. Artikel demi artikel media masa menceritakan kisah krisis finansial galeri tersebut, termasuk kehilangan pendanaan dari sponsor utama dan pembatalan kerja sama penting dengan seniman ternama. Senyum Serena semakin melebar sedikit demi sedikit di wajahnya. "Hahaha," dia tertawa tidak bisa menahannya. Apakah ini yang disebut bahagia di atas penderitaan orang lain? Zoey yang masih berdiri di sana diam-diam
Sinar matahari pagi yang melewati jendela kamar Eoghan, menembus kelopak mata Serena. Kehangatan pagi itu membangunkannya dari tidur pulas semalam. Saat membuka mata, dia langsung mendapati Eoghan yang masih tertidur di sebelahnya. Hal itu tidak mengejutkannya, mengingat mereka telah sepakat untuk tidur di kamar yang sama untuk menjalin kedekatan. Mendapati dirinya yang mengenakan pakaian tidur lengkap yang hangat, Serena tersenyum lega karena berpikir mereka tidak melakukan apapun tadi malam. Dengan hati-hati, dia menggerakkan tubuhnya, berusaha tidak membangunkan Eoghan. Namun dia kembali berdiam diri karena merasakan hampir seluruh tubuhnya kaku dan pegal. "Berapa banyak alkohol yang kuminum semalam?" gumamnya. Bingung harus berbuat apa, dia bergeser pelan mendekati Eoghan. Menatap wajah tenang pria itu lebih dekat. Tiba-tiba kedua mata Eoghan terbuka begitu saja saat wajah Serena begitu dekat ke wajahnya. Sontak kedua mata Serena membulat, terkejut, dan malu. "Selamat pag
"Aku adalah ahli sejarah seni. Bukan kah tujuanku mendekati tuan Cooker waktu itu untuk melihat dora au boots, yang ini berbeda dengan yang pernah kulihat," jawab Serena, dengan senyuman di bibirnya.Eoghan tersenyum cerah menatap Serena. Wanita itu selalu bisa membuatnya tersenyum dan tertawa dengan tulus. "Sepertinya aku telah mempekerjakan seorang profesional untuk menjadi istriku. Mintalah kenaikan gaji karena aku memujimu," candanya kepada Serena."Eoghan Thornton, kau selalu berhasil menjadi pusat perhatian!" Seru seseorang tiba-tiba, datang menghampiri mereka.Satu lagi teman Tim Cooker yang tidak bisa diatur oleh pelayan. Dia adalah Braun Kingsley, si pemilik hotel mewah.Braun menarik kursi di sebelah Serena, dengan ekspresi ceria duduk di sebelahnya. "Persis seperti rumor yang baru saja beredar, Anda sangat cantik," sapanya dengan antusias.Eoghan menatap tajam ke arah Braun, dia serius saat mengatakan tidak ingin membagi pesona Serena kepada orang lain. "Dia adalah gadis ya