Share

Bab 100. Isyarat Perasaan

"Selamat pagi, Nisa. Sudah sarapan belum?" suara Ryan terdengar hangat saat Nisa baru saja memasuki ruang kerjanya.

Nisa tersenyum tipis sambil meletakkan tasnya di meja. "Belum, Pak Ryan. Tadi terburu-buru berangkat, jadi belum sempat."

Ryan mengerutkan kening, lalu merogoh sesuatu dari laci mejanya. "Kebetulan sekali. Saya bawa roti lebih hari ini. Mungkin bisa jadi pengganjal perut sementara."

Nisa terkejut dengan perhatian kecil itu. "Wah, nggak perlu repot-repot, Pak. Saya bisa beli di kantin nanti."

Ryan menggeleng sambil menyodorkan bungkus roti tersebut. "Nggak apa-apa, Nisa. Daripada kamu kerja dengan perut kosong. Lagipula, saya nggak bisa habiskan semuanya sendiri."

Dengan ragu, Nisa menerima roti itu sambil tersenyum. "Terima kasih banyak, Pak Ryan. Anda benar-benar perhatian."

Ryan membalas senyumannya. "Sama-sama. Dan tolong, panggil saja Ryan. Kita sudah cukup lama bekerja bersama, nggak perlu terlalu formal."

Nisa mengangguk pelan. "Baiklah, Ryan. Terima kasih sekali l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status