Share

Bab 104. Dilema Di Hati

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-25 09:14:09

"Aku sudah bilang, Ryan, kamu nggak usah repot-repot nganterin aku," kata Nisa sambil melangkah cepat menuju rumahnya. Hari itu matahari mulai terbenam, dan langit berubah menjadi warna jingga yang indah. Nisa baru saja pulang dari pabrik dan merasa lelah setelah seharian bekerja.

Ryan, yang berjalan di sampingnya, tidak memperlambat langkahnya. "Nggak apa-apa, Nis. Aku senang bisa menemani kamu. Lagipula, nggak ada salahnya kan kalau aku memastikan kamu sampai rumah dengan selamat?"

Nisa mendesah pelan. Sudah beberapa minggu berlalu sejak ia memutuskan untuk menjaga jarak dari Ryan, tetapi pria itu terus saja menunjukkan perhatiannya. Meskipun hatinya hangat setiap kali Ryan ada di dekatnya, Nisa tetap merasa ragu. Pandangan negatif warga desa terhadap hubungan mereka adalah sesuatu yang terus menghantuinya.

"Aku tahu kamu khawatir, Ryan, tapi aku nggak ingin orang-orang di desa salah paham," Nisa mencoba menjelaskan sekali lagi.

Ryan menatap Nisa dengan senyum lembut. "Nisa, aku ped
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 105. Sabotase

    "Jadi, kamu yakin ini akan berhasil?" suara Bu Rika terdengar tegas, namun masih ada keraguan yang tersirat di balik kata-katanya. Ia menatap Eka yang duduk di hadapannya, seakan mencari jaminan bahwa rencana yang sedang mereka bicarakan akan berjalan sesuai harapan.Eka, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang licik dan penuh perhitungan, mengangguk dengan keyakinan. "Tentu saja, Bu. Ini satu-satunya cara untuk memastikan Nisa hancur. Aku sudah siapkan semuanya. Tinggal kita eksekusi saja."Bu Rika menatap Eka dengan mata penuh sinis. "Kamu ingat kan, Eka? Nggak ada ruang untuk kesalahan. Sekali kita mulai, nggak ada jalan mundur."Eka menegakkan punggungnya, seakan ingin menunjukkan bahwa dirinya tak gentar dengan peringatan itu. "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, Bu. Aku sudah atur semuanya. Proyek pabrik itu akan jadi senjata kita. Nisa nggak akan punya kesempatan untuk bertahan."Bu Rika menarik napas dalam, lalu mengangguk setuju. “Baiklah. Pastikan kamu melakukan apa yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 106. Rencana Yang Mengerikan

    “Aku rasa ini waktunya kita bicara jujur sama Asep,” kata Bu Rika, suaranya rendah namun penuh dengan maksud tersembunyi. Ia menatap Eka dengan mata tajam, memastikan bahwa sahabatnya itu siap untuk melibatkan Asep lebih jauh dalam rencana mereka.Eka menghela napas pelan, lalu mengangguk setuju. “Ya, aku setuju. Kalau kita ingin benar-benar menghancurkan Nisa, kita butuh Asep. Dia yang paling mengenal Nisa, dan dia juga yang paling punya pengaruh di desa ini. Lagipula, Asep punya dendam yang sama besarnya dengan kita.”Bu Rika tersenyum tipis, senang melihat bahwa Eka sepenuhnya berada di pihaknya. Mereka berdua tahu bahwa melibatkan Asep berarti bermain dengan api, tetapi api inilah yang mereka butuhkan untuk membakar habis kehidupan Nisa.Malam itu, mereka berdua menemui Asep di rumahnya yang sedikit terpencil di pinggir desa. Rumah yang tampak suram dan gelap, seakan mencerminkan jiwa Asep yang penuh dengan kebencian dan dendam.Saat mereka duduk di ruang tamu yang sederhana, Asep

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-25
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 107. Kebenaran yang Terungkap

    “Aku yakin kita hampir sampai di ujungnya, Nisa,” kata Ryan dengan nada yakin saat mereka bertiga duduk di ruang kantor Nisa. Andi, yang tampak tegang, setuju dengan anggukan kepala. Mereka baru saja menyelesaikan penyelidikan internal mengenai insiden sabotase di pabrik, dan semua petunjuk mulai mengarah pada satu kesimpulan yang tak terbantahkan.Nisa memandang kedua pria di depannya dengan tatapan penuh tekad. Setelah semua yang terjadi, dia tak lagi bisa menunggu. “Kita harus bertindak sekarang. Kalau tidak, mereka akan terus merusak semuanya sampai kita nggak punya apa-apa lagi.”Andi menggeser tumpukan kertas di hadapannya, menunjukkan laporan kerusakan mesin dan bukti-bukti lain yang telah mereka kumpulkan selama beberapa minggu terakhir. “Semua bukti ini mengarah pada Eka dan Bu Rika. Mereka yang berada di balik semua sabotase ini. Tapi kita perlu lebih dari sekadar bukti, kita butuh saksi atau pengakuan yang bisa memperkuat kasus ini.”Ryan menatap Andi dengan serius. “Aku su

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 108. Jalan Menuju Kebahagiaan

    “Bu, aku dapet ranking satu!” seru Ais dengan mata berbinar-binar, melompat ke pelukan Nisa saat mereka berjalan keluar dari gerbang sekolah. Nisa tak bisa menyembunyikan rasa bangga yang memuncak di hatinya. Ini adalah momen yang telah lama dinantikannya, sebuah tanda bahwa meski badai berkecamuk dalam hidup mereka, Ais tetap bisa bersinar.Nisa memeluk Ais erat-erat, merasakan betapa kuat ikatan antara ibu dan anak ini telah menjadi. “Ibu bangga sekali sama kamu, sayang. Kamu benar-benar hebat.”Ais tertawa senang, menggoyang-goyangkan rapor yang baru saja ia terima di tangan kecilnya. “Aku juga senang, Bu! Guru-guru bilang aku pinter dan rajin belajar. Aku belajar keras biar Ibu seneng.”Nisa mengusap rambut Ais dengan penuh kasih sayang. “Dan Ibu memang sangat senang, Ais. Kamu selalu buat Ibu bangga. Apa pun yang terjadi, kamu adalah hadiah terbesar dalam hidup Ibu.”Ais tersenyum manis, kemudian bertanya dengan nada polos, “Bu, apakah sekarang kita bisa merayakannya? Aku pengen

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 109. Ujian Berat

    "Aduh, Bu... perut Ais sakit sekali," keluh Ais dengan wajah pucat, memegangi perutnya yang meringkuk di atas kasur. Keringat dingin membasahi dahinya, dan suara lemah gadis kecil itu memecah kesunyian di kamar mereka yang sederhana.Nisa menatap putrinya dengan panik, berusaha tetap tenang meski hatinya bergemuruh penuh kecemasan. "Sabar ya, Nak... Ibu akan cari bantuan. Kamu kuat, ya, sayang."Nisa bergegas ke dapur, meraih telepon genggamnya. Ia tak tahu harus menghubungi siapa dulu, tapi akhirnya ia memutuskan untuk menelepon Ryan. Jarinya gemetar saat menekan nomor pria itu."Halo, Ryan?" Suaranya pecah, hampir tak bisa menahan tangis."Nisa? Ada apa?" Suara Ryan terdengar penuh perhatian di seberang sana, membuat Nisa merasa sedikit lega."Ais sakit... parah, Ryan. Aku nggak tahu harus bagaimana. Dia demam tinggi dan perutnya sakit. Aku takut..." Nisa tak bisa melanjutkan kata-katanya, tenggelam dalam isak tangis yang tertahan.Ryan terdengar menghela napas berat sebelum menjawa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 110. Ketegangan yang Meninggi

    “Bagaimana, Nisa?” Suara lembut Ryan memecah kesunyian. Dia berdiri di pintu kamar rumah sakit, membawa secangkir teh hangat untuk Nisa.“Dia belum juga membaik,” jawab Nisa pelan, suaranya parau karena terlalu banyak menangis. Dia menerima cangkir itu dengan tangan gemetar, menatap teh itu sebentar sebelum meletakkannya di meja kecil di samping tempat tidur. “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Ryan. Rasanya aku ingin menggantikannya saja, biar dia nggak perlu merasakan sakit ini.”Ryan menarik kursi ke dekat Nisa, duduk di sampingnya. “Kamu sudah melakukan yang terbaik, Nisa. Ais anak yang kuat, dia akan melewati ini. Kita harus percaya itu.”Nisa menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya. “Tapi aku tetap merasa bersalah, Ryan. Kalau saja aku lebih memperhatikannya, mungkin ini tidak akan terjadi. Aku terlalu sibuk dengan masalah-masalahku sendiri...”Ryan menghela napas, lalu menatap Nisa dengan penuh pengertian. “Kamu nggak

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 111. Di Persimpangan Hati

    "Ais sudah mulai makan lebih banyak hari ini, Alhamdulillah," ujar Nisa dengan suara lembut, sambil menutup pintu kamar putrinya. Senyum tipis terukir di wajahnya, namun kelelahan yang tertinggal jelas tampak di matanya. Ryan, yang sedang duduk di ruang tamu kecil rumah Nisa, menoleh dengan ekspresi lega. "Syukurlah. Aku sudah khawatir banget. Dia butuh banyak istirahat untuk pulih sepenuhnya." Nisa duduk di samping Ryan, menghela napas panjang. "Iya, aku juga khawatir. Melihat dia sakit parah kemarin benar-benar bikin aku merasa tak berdaya. Untung ada kamu yang selalu siap membantu, Ryan. Aku nggak tahu bagaimana aku bisa melewati semua ini tanpa kamu."Ryan tersenyum hangat, menatap Nisa dengan penuh perhatian. "Aku senang bisa membantu, Nisa. Kamu nggak usah merasa terbebani sama sekali. Kamu tahu, Ais itu udah kayak anakku sendiri. Aku akan selalu ada buat dia dan buat kamu."Kata-kata Ryan itu membuat hati Nisa terasa hangat. Selama Ais sakit, Ryan selalu berada di sisinya, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 112. Lagu Lama

    "Nisa, tolonglah, ini demi Ais. Dia butuh ayahnya," suara Asep terdengar serak dan penuh kepalsuan saat dia berdiri di depan rumah Nisa. Matahari siang menyinari wajahnya yang tampak lelah, tetapi di balik ekspresi simpatinya, ada niat tersembunyi yang Nisa kenal dengan sangat baik.Nisa berdiri di ambang pintu, menatap mantan suaminya dengan tatapan yang tak lagi goyah. Sudah terlalu banyak air mata yang dia tumpahkan karena Asep, terlalu banyak kebohongan dan manipulasi yang dia terima. Kali ini, Nisa tidak akan membiarkan Asep mempengaruhi dirinya lagi, terutama ketika menyangkut Ais."Asep, aku tahu apa yang kamu coba lakukan," kata Nisa dengan suara tegas. "Jangan gunakan kesehatan Ais sebagai alasan untuk membuat aku kembali padamu. Ais baik-baik saja sekarang, dan aku nggak butuh campur tanganmu untuk merawatnya."Asep menghela napas panjang, mencoba bersikap seolah dia benar-benar peduli. "Nisa, aku ini ayahnya. Aku punya hak untuk ada di hidupnya, apalagi saat dia sedang saki

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27

Bab terbaru

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 118. Awal yang Baru - Tamat

    “Ryan, aku nggak tahu apakah ini keputusan yang benar,” Nisa membuka percakapan sambil menggenggam secangkir teh di tangannya. Mereka duduk di teras rumah Nisa, suasana malam yang tenang membuat percakapan mereka terdengar lebih dalam.Ryan menatapnya lembut, senyum kecil terlukis di wajahnya. “Apa yang membuatmu ragu, Nisa? Aku pikir kita sudah melewati begitu banyak hal bersama.”Nisa menghela napas, menatap lurus ke depan. “Aku khawatir tentang Ais. Dia sudah terlalu banyak melihat perubahan dalam hidupnya. Aku nggak ingin membuat keputusan yang salah dan menyakitinya lagi.”Ryan mengangguk, memahami sepenuhnya perasaan Nisa. “Aku mengerti, Nisa. Ais adalah prioritas kita. Aku juga sudah memikirkan ini dengan sangat hati-hati. Aku ingin memastikan bahwa kita semua, termasuk Ais, siap untuk melangkah ke tahap ini.”Nisa terdiam sejenak, merenung. Ryan selalu membuatnya merasa aman, dan Ais pun tampak begitu dekat dengan Ryan. Sejak mereka kembali dari Taiwan, Ais tidak henti-hentiny

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 117. Keputusan Andi

    Sore itu, suasana desa terasa lebih hangat dari biasanya. Matahari mulai tenggelam, menciptakan pemandangan yang indah di atas sawah-sawah yang hijau. Nisa dan Ryan duduk di bawah pohon besar dekat rumah Nisa, menikmati teh hangat sambil memandangi Ais yang bermain dengan anak-anak desa lainnya. Suasana damai ini adalah sesuatu yang sudah lama dirindukan oleh Nisa."Aku nggak percaya kita sudah melalui semua ini, Ryan," kata Nisa dengan senyum kecil di wajahnya. "Rasanya seperti mimpi."Ryan tersenyum, menatap Nisa dengan penuh kasih sayang. "Aku juga, Nisa. Tapi ini nyata. Kita di sini, bersama-sama, dan itu yang paling penting."Nisa mengangguk pelan. "Ya, kamu benar. Aku bersyukur atas semua ini."Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kedamaian yang jarang mereka rasakan. Namun, suasana itu tiba-tiba terganggu oleh suara langkah kaki yang mendekat. Nisa menoleh dan melihat Andi berjalan ke arah mereka, wajahnya tampak sedikit canggung."Selamat sore," sapa Andi sambil tersenyum

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 116. Usaha Terakhir Asep

    Malam itu, Nisa sedang duduk di teras rumah keluarga Ryan di Taiwan. Angin sejuk berhembus pelan, membawa aroma bunga-bunga yang mekar di taman. Ais sedang bermain di dekat kolam ikan, tertawa ceria sambil menunjuk-nunjuk ikan-ikan yang berenang. Nisa merasa damai, seolah-olah semua beban hidupnya mulai berkurang sejak dia tiba di tempat ini. Namun, ketenangan itu tiba-tiba terganggu oleh dering telepon di sakunya.Nisa mengambil ponsel dan melihat nama yang terpampang di layar. Asep. Hatinya seketika merasa tidak nyaman. Dia tahu, setiap kali Asep menghubunginya, selalu ada masalah yang dibawanya.Dengan sedikit ragu, Nisa mengangkat telepon itu. “Halo?”Suara Asep terdengar dingin di seberang sana. “Nisa, kamu di mana sekarang? Aku tahu kamu sama Ryan di luar negeri. Jangan berpikir kamu bisa lari dari aku.”Nisa menarik napas panjang, berusaha tetap tenang. “Asep, aku sedang bersama Ais. Aku nggak lari dari siapa pun. Aku hanya ingin tenang dan fokus merawat anak kita.”“Apa maksud

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 115. Perjalanan

    “Ais, udah siap? Nanti kita terlambat!” Nisa memanggil putrinya sambil melipat beberapa pakaian terakhir ke dalam koper. Suaranya terdengar setengah berteriak, mencerminkan kegugupan yang dirasakannya sejak pagi.“Iya, Bu! Sebentar lagi!” sahut Ais dari kamar sebelah. Suara ceria anaknya menenangkan sedikit kekhawatiran di hati Nisa. Meskipun ini bukan perjalanan pertamanya ke Taiwan, kali ini terasa berbeda. Kali ini, dia tidak berangkat sebagai seorang pekerja migran, tetapi sebagai tamu istimewa keluarga Ryan, orang yang semakin dekat dengannya setiap hari.Ryan muncul di pintu, senyum khasnya menenangkan Nisa yang masih sibuk memastikan semuanya tertata rapi. “Jangan khawatir, Nisa. Kita punya banyak waktu sebelum pesawat lepas landas. Kamu udah siap?”Nisa mengangguk, meski masih ada rasa cemas di wajahnya. “Aku cuma nggak mau ada yang ketinggalan, Ryan. Ini perjalanan yang penting, aku harus memastikan semuanya sempurna.”Ryan tertawa kecil dan berjalan mendekat, meletakkan tang

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 114. Bimbang Lagi

    Suasana sore yang cerah menyelimuti desa, membuat pepohonan yang rindang tampak lebih hijau dari biasanya. Di sebuah rumah sederhana di ujung desa, Nisa sedang duduk di ruang tamunya, memandangi secangkir teh yang mulai mendingin di tangannya. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk sejak pesta desa beberapa hari yang lalu. Andi sudah mengungkapkan perasaannya, dan meskipun Nisa menghargai kejujurannya, dia masih belum bisa memutuskan apa yang harus dilakukan.Tiba-tiba, pintu rumahnya diketuk. Nisa segera berdiri dan membuka pintu, menemukan Ryan berdiri di ambang pintu dengan senyuman ramah."Ryan? Silakan masuk," ujar Nisa, mencoba menyembunyikan keterkejutannya.Ryan tersenyum lebar, mengangguk sopan sebelum melangkah masuk. "Terima kasih, Nisa. Aku nggak ganggu, kan?"Nisa menggeleng cepat. "Nggak sama sekali. Ada yang bisa aku bantu?"Ryan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu. Matanya yang biru menatap Nisa dengan lembut. "Sebenarnya, aku datang un

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 113. Rencana Besar Andi

    Mentari pagi mulai menyinari desa, menerangi pepohonan dan rumah-rumah yang masih tampak tenang. Di sudut desa, di sebuah warung kecil yang dikelola oleh Bu Sri, Andi duduk sambil menikmati secangkir kopi hitam yang baru saja diseduh. Pikirannya melayang, memikirkan Nisa dan bagaimana akhir-akhir ini dia merasa semakin jauh dari wanita yang diam-diam dia cintai sejak lama.Setelah melihat kedekatan Nisa dengan Ryan, Andi mulai merasa tersisih. Dia melihat bagaimana Nisa tersenyum lebih sering saat bersama Ryan, bagaimana matanya berbinar saat Ryan berbicara dengannya, dan bagaimana Nisa tampak nyaman berada di dekat pria itu. Hati Andi mencelos setiap kali dia melihat itu, tapi dia bukan tipe orang yang mudah menyerah.Andi tahu bahwa dia harus melakukan sesuatu, sesuatu yang besar dan tidak biasa, jika dia ingin mendapatkan hati Nisa. Selama ini, dia hanya diam dan mengamati dari jauh, tetapi kali ini dia bertekad untuk bertindak. Dia tidak bisa membiarkan Ryan merebut Nisa begitu sa

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 112. Lagu Lama

    "Nisa, tolonglah, ini demi Ais. Dia butuh ayahnya," suara Asep terdengar serak dan penuh kepalsuan saat dia berdiri di depan rumah Nisa. Matahari siang menyinari wajahnya yang tampak lelah, tetapi di balik ekspresi simpatinya, ada niat tersembunyi yang Nisa kenal dengan sangat baik.Nisa berdiri di ambang pintu, menatap mantan suaminya dengan tatapan yang tak lagi goyah. Sudah terlalu banyak air mata yang dia tumpahkan karena Asep, terlalu banyak kebohongan dan manipulasi yang dia terima. Kali ini, Nisa tidak akan membiarkan Asep mempengaruhi dirinya lagi, terutama ketika menyangkut Ais."Asep, aku tahu apa yang kamu coba lakukan," kata Nisa dengan suara tegas. "Jangan gunakan kesehatan Ais sebagai alasan untuk membuat aku kembali padamu. Ais baik-baik saja sekarang, dan aku nggak butuh campur tanganmu untuk merawatnya."Asep menghela napas panjang, mencoba bersikap seolah dia benar-benar peduli. "Nisa, aku ini ayahnya. Aku punya hak untuk ada di hidupnya, apalagi saat dia sedang saki

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 111. Di Persimpangan Hati

    "Ais sudah mulai makan lebih banyak hari ini, Alhamdulillah," ujar Nisa dengan suara lembut, sambil menutup pintu kamar putrinya. Senyum tipis terukir di wajahnya, namun kelelahan yang tertinggal jelas tampak di matanya. Ryan, yang sedang duduk di ruang tamu kecil rumah Nisa, menoleh dengan ekspresi lega. "Syukurlah. Aku sudah khawatir banget. Dia butuh banyak istirahat untuk pulih sepenuhnya." Nisa duduk di samping Ryan, menghela napas panjang. "Iya, aku juga khawatir. Melihat dia sakit parah kemarin benar-benar bikin aku merasa tak berdaya. Untung ada kamu yang selalu siap membantu, Ryan. Aku nggak tahu bagaimana aku bisa melewati semua ini tanpa kamu."Ryan tersenyum hangat, menatap Nisa dengan penuh perhatian. "Aku senang bisa membantu, Nisa. Kamu nggak usah merasa terbebani sama sekali. Kamu tahu, Ais itu udah kayak anakku sendiri. Aku akan selalu ada buat dia dan buat kamu."Kata-kata Ryan itu membuat hati Nisa terasa hangat. Selama Ais sakit, Ryan selalu berada di sisinya, me

  • Ketika Suami Mendua, Majikanku Menginginkan Cinta   Bab 110. Ketegangan yang Meninggi

    “Bagaimana, Nisa?” Suara lembut Ryan memecah kesunyian. Dia berdiri di pintu kamar rumah sakit, membawa secangkir teh hangat untuk Nisa.“Dia belum juga membaik,” jawab Nisa pelan, suaranya parau karena terlalu banyak menangis. Dia menerima cangkir itu dengan tangan gemetar, menatap teh itu sebentar sebelum meletakkannya di meja kecil di samping tempat tidur. “Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, Ryan. Rasanya aku ingin menggantikannya saja, biar dia nggak perlu merasakan sakit ini.”Ryan menarik kursi ke dekat Nisa, duduk di sampingnya. “Kamu sudah melakukan yang terbaik, Nisa. Ais anak yang kuat, dia akan melewati ini. Kita harus percaya itu.”Nisa menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya. “Tapi aku tetap merasa bersalah, Ryan. Kalau saja aku lebih memperhatikannya, mungkin ini tidak akan terjadi. Aku terlalu sibuk dengan masalah-masalahku sendiri...”Ryan menghela napas, lalu menatap Nisa dengan penuh pengertian. “Kamu nggak

DMCA.com Protection Status