"Ja, jangan lakukan itu! Kumohon! Rean... Maaf."Saat itu, pelukanku terlepas dan tarikan gravitasi bumi menarik tubuhku. Butiran air mataku melayang di udara bersama tubuhku yang semakin menjauh darinya."Yu!?"Pria bersurai hitam itu tersentak dan tanpa berpikir lagi ia reflek segera melaju mengikuti arah tarikan gravitasi bumi. Ia mengejarku secepat mungkin untuk berusaha menangkap diriku. "Yu!!!"Aku tidak tahu suaraku terdengar atau tidak, saat itu aku mengatakan, "Kamu tidak harus menghancurkan dirimu! Ku mohon berbahagialah! Maafkan aku..." Percepatan tarikan gaya gravitasi menarikku terlalu besar untuk dikalahkan. Apalagi dengan pakaian berat ini yang semakin berat karena dibasahi hujan dan juga dorongan dari arah angin hujan yang membuatnya bergerak lebih cepat. Tangannya terus mencoba meraih diriku namun masih jauh dari kata sampai. Energi sihirnya juga sudah menipis untuk bergerak lebih cepat dari biasanya."Yu! Kenapa kamu sangat sulit mempercayaiku!!? Katakan saja kalau
Kami memasuki rumah tersebut. Rean menurunkanku. Aku berdiri tegak dan memperhatikan seisi rumah. Rumah yang berdinding kayu dengan perabotan rumah yang didominasi terbuat dari bahan kayu. Untungnya rumah tersebut memiliki perapian yang sudah terdapat api yang membara."Energi sihirku sudah terkuras habis, Yu! Maaf, jadi, aku tidak bisa mengeringkan pakaian kita!""Tidak usah dipikirkan... Pemilik rumah ini pastinya bahkan sudah membawa semua pakaiannya pergi tadi." Aku segera melangkah. "Aku akan mencari selimut-" Saat itu, aku hampir saja tumbang karena tubuhku tidak merespon pergerakan ku lagi. Untungnya aku segera terduduk saat merasakan lemas pada kakiku."Aa... Sialan!" Rean segera mengangkat tubuhku dan membawa diriku ke depan perapian. Aku duduk menghadap api yang menyala dan yang terus melahap kayu bakar."Tidak bisakah kamu bergantung kepadaku? Jangan berpikir aku akan menolaknya.""...!"Aku terdiam dan menunjukkan wajah yang cemberu
"Karena kamu terus-terusan menggodaku dari tadi... Kamu tahu bukan bagaimana nafsu lelaki itu?"Aku tersentak dan masih bingung dengan situasi ini, aku tersenyum kaku. "Heh!?""Yu..." Wajahnya semakin maju. "Ya... ...!? Mmph!"Aku merasakan bibirku mulai bersentuhan dengan bibirnya. Ia meraup bibirku sangat lama hingga aku kesulitan bernafas.Ia mendorong tubuhku ke kasur hingga peganganku pada kain sprei yang menutup tubuhku pun terlepas. Ia bisa melihat tubuhku yang hanya mengenakan pakaian dalam saat ia melepaskan ciumannya. Iris Blue Diamondku tidak lepas memandangi dirinya yang sedang mengunci pergerakanku dengan tubuhnya yang merangkak di atas tubuhku.Ia meneguk kasar salivanya saat matanya menelusuri tubuhku hingga wajahku. Ia segera menurunkan wajahnya hingga masuk ke sela leher dan bahuku. Aku merasakan lidahnya yang menyentuh kulit leherku dan mengecupnya. Aku mengeram. Ia mengangkat wajahnya dan memperhatikan ukiran bekas kecupannya di leherku. Ia menyeringai setelah mel
Mentari masih berada tepat di atas kepala. Aku memperhatikan raut wajah Rean yang sedang menelusuri dan mencari sungai terdekat. Kepalanya hingga iris mata berliannya tidak henti bergerak. Rambut hitamnya yang lurus tersapu angin, aku bisa melihat dahinya. Saat ia menoleh ke diriku, ia melihatku sedikit terkejut. "Yu... Apa ada hal yang ingin kamu katakan?"Aku mengeratkan tanganku yang melingkar di lehernya dan menoleh ke arah lain."Tentu saja, bukan?"Ia berhasil menemukan aliran sungai. Ia berhenti melaju di dekat kaki air terjun dan memperhatikan sekelilingnya. Ia segera menepi di tepi sungai dan mendarat di sana. Aku turun dari pegangannya dan dengan bersemangat memandangi sekeliling tempat ini."Bukankah tempat ini sangat indah!? Aku rasa, tempat ini bisa dijadikan tempat wisata!""Kalau tidak salah, ini masih wilayah bagian Duke Oestiarl," ucap Rean."Oh, sepertinya sebelumnya aku pernah ke sungai ini waktu itu! Karena malam, suasananya terasa berbeda.""Kapan itu?""Setelah
"Tadi kamu mengatakan, tidak sepenuhnya percaya dengan perasaanku. Lalu, bagian mana yang kamu tidak percaya?"Aku mengerutkan dahiku. "Turunkan aku dulu!"Rean segera mengeringkan tubuh kami dengan sihir anginnya. Lalu, ia menebang salah satu pohon dengan sihirnya. Ia memisahkan bagian batang pohon dengan bagian percabangannya. Batang pohon yang berbentuk silindris itu, ia bawakan di dekatnya. Ia meletakkanku dan membiarkanku duduk di batang pohon tersebut."Jawab pertanyaanku!"Aku melupakan akan hal itu karena terlalu fokus dengan keterampilan sihir yang Rean lakukan. Aku segera mengatakan, "Em... yang mana tadi?""Bagian mana yang kamu tidak percaya?""Oh."Disela menunggu ucapanku, ia segera membawa beberapa daun, ranting, dan dahan pohon kering yang ia lihat di hutan dan membuat mereka terbang kemari hingga tersusun rapi di hadapanku."Itu... Aku hanya masih tidak mengerti... Saat waktu belum berputar kembali dan berubah, dari apanya kamu t
"Hee.... Kalau diingat-ingat lagi, bukankah kamu lebih menyukai Jesshiena daripada aku? Aku lihat kalian sangat akrab dan aku berpikir, tidak seharusnya aku mengganggu hubungan kalian!" "Bahkan saat aku mendekatimu, aku lihat kamu terlihat terganggu bahkan terlihat merasa risih. Apa jangan-jangan kamu masih ingin di dekatnya dari pada aku, huh!?""Seperti di peradaban modern itu juga... Kalian bahkan dianggap oleh mereka adalah pasangan!"Dengan ekspresi yang dingin aku mengatakan, "Aku bahkan berpikir tidak seharusnya aku mengganggu hubungan kalian."Rean tersenyum kaku mendengar pendapatku tentang situasi tersebut. Lalu, ia menghela nafas."Tidak! Aku hanya menganggapnya rekan, bahkan ia tahu aku tidak mencintai dia. Tentunya jauh berbeda suasananya jika bersamamu! Percayalah kepadaku kalau aku tidak tertarik dengannya, Yu!""Ya... Itu sangat sulit untuk dipercayai... Kamu bahkan tidak pernah mencoba mendekatiku. Selalu saja aku yang memulai, buk
Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke
'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak