"Karena kamu terus-terusan menggodaku dari tadi... Kamu tahu bukan bagaimana nafsu lelaki itu?"Aku tersentak dan masih bingung dengan situasi ini, aku tersenyum kaku. "Heh!?""Yu..." Wajahnya semakin maju. "Ya... ...!? Mmph!"Aku merasakan bibirku mulai bersentuhan dengan bibirnya. Ia meraup bibirku sangat lama hingga aku kesulitan bernafas.Ia mendorong tubuhku ke kasur hingga peganganku pada kain sprei yang menutup tubuhku pun terlepas. Ia bisa melihat tubuhku yang hanya mengenakan pakaian dalam saat ia melepaskan ciumannya. Iris Blue Diamondku tidak lepas memandangi dirinya yang sedang mengunci pergerakanku dengan tubuhnya yang merangkak di atas tubuhku.Ia meneguk kasar salivanya saat matanya menelusuri tubuhku hingga wajahku. Ia segera menurunkan wajahnya hingga masuk ke sela leher dan bahuku. Aku merasakan lidahnya yang menyentuh kulit leherku dan mengecupnya. Aku mengeram. Ia mengangkat wajahnya dan memperhatikan ukiran bekas kecupannya di leherku. Ia menyeringai setelah mel
Mentari masih berada tepat di atas kepala. Aku memperhatikan raut wajah Rean yang sedang menelusuri dan mencari sungai terdekat. Kepalanya hingga iris mata berliannya tidak henti bergerak. Rambut hitamnya yang lurus tersapu angin, aku bisa melihat dahinya. Saat ia menoleh ke diriku, ia melihatku sedikit terkejut. "Yu... Apa ada hal yang ingin kamu katakan?"Aku mengeratkan tanganku yang melingkar di lehernya dan menoleh ke arah lain."Tentu saja, bukan?"Ia berhasil menemukan aliran sungai. Ia berhenti melaju di dekat kaki air terjun dan memperhatikan sekelilingnya. Ia segera menepi di tepi sungai dan mendarat di sana. Aku turun dari pegangannya dan dengan bersemangat memandangi sekeliling tempat ini."Bukankah tempat ini sangat indah!? Aku rasa, tempat ini bisa dijadikan tempat wisata!""Kalau tidak salah, ini masih wilayah bagian Duke Oestiarl," ucap Rean."Oh, sepertinya sebelumnya aku pernah ke sungai ini waktu itu! Karena malam, suasananya terasa berbeda.""Kapan itu?""Setelah
"Tadi kamu mengatakan, tidak sepenuhnya percaya dengan perasaanku. Lalu, bagian mana yang kamu tidak percaya?"Aku mengerutkan dahiku. "Turunkan aku dulu!"Rean segera mengeringkan tubuh kami dengan sihir anginnya. Lalu, ia menebang salah satu pohon dengan sihirnya. Ia memisahkan bagian batang pohon dengan bagian percabangannya. Batang pohon yang berbentuk silindris itu, ia bawakan di dekatnya. Ia meletakkanku dan membiarkanku duduk di batang pohon tersebut."Jawab pertanyaanku!"Aku melupakan akan hal itu karena terlalu fokus dengan keterampilan sihir yang Rean lakukan. Aku segera mengatakan, "Em... yang mana tadi?""Bagian mana yang kamu tidak percaya?""Oh."Disela menunggu ucapanku, ia segera membawa beberapa daun, ranting, dan dahan pohon kering yang ia lihat di hutan dan membuat mereka terbang kemari hingga tersusun rapi di hadapanku."Itu... Aku hanya masih tidak mengerti... Saat waktu belum berputar kembali dan berubah, dari apanya kamu t
"Hee.... Kalau diingat-ingat lagi, bukankah kamu lebih menyukai Jesshiena daripada aku? Aku lihat kalian sangat akrab dan aku berpikir, tidak seharusnya aku mengganggu hubungan kalian!" "Bahkan saat aku mendekatimu, aku lihat kamu terlihat terganggu bahkan terlihat merasa risih. Apa jangan-jangan kamu masih ingin di dekatnya dari pada aku, huh!?""Seperti di peradaban modern itu juga... Kalian bahkan dianggap oleh mereka adalah pasangan!"Dengan ekspresi yang dingin aku mengatakan, "Aku bahkan berpikir tidak seharusnya aku mengganggu hubungan kalian."Rean tersenyum kaku mendengar pendapatku tentang situasi tersebut. Lalu, ia menghela nafas."Tidak! Aku hanya menganggapnya rekan, bahkan ia tahu aku tidak mencintai dia. Tentunya jauh berbeda suasananya jika bersamamu! Percayalah kepadaku kalau aku tidak tertarik dengannya, Yu!""Ya... Itu sangat sulit untuk dipercayai... Kamu bahkan tidak pernah mencoba mendekatiku. Selalu saja aku yang memulai, buk
Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke
'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak
Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur
"Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men